28

2.4K 291 16
                                    

***

Cahaya dalam ruangan itu redup, ruangannya cukup luas dengan dua puluh meja bundar berkursi empat dengan sebuah panggung kecil di sudutnya dan ada meja bar di sudutnya yang lain. Bar itu, bukan bar yang ramai dengan musik DJ sebagai iringannya, bukan juga bar dengan musik-musik klasik seperti yang selalu dikaitkan dengan Mozart atau Chopin. Ada tujuh meja yang terisi di ruangan itu dan semuanya berjauh-jauhan. Seorang wanita berdiri di tengah panggung kecilnya, menggendong gitar akustiknya, memainkannya sembari menyanyikan sebuah lagu buatannya sendiri.

Beberapa hal berwarna hitam
Beberapa hal berwarna putih
Duniamu yang membosankan berwarna hitam dan putih
Padahal, ada begitu banyak jenis abu-abu, kau tidak tahu?
Kebaikan bisa dengan mudah menghilang
Kau harus berfikir dua kali sebelum menyukaiku
Orang yang paling ku cintai, bisa jadi anjing jahat bagi orang lain
Orang yang paling kau benci, adalah anak kesayangan seseorang
Kita semua berpura-pura menjadi pahlawan, tapi bagaimana jika kita adalah penjahat di sisi lainnya?

Lagu yang pernah Jisoo katakan pada Lisa beberapa waktu lalu, terdengar mengalun di ruangan luas itu. Lisa menyukainya, lagu itu juga Stella yang menyanyikannya. Lisa suka berada di bar itu, karena pemilik sekaligus penyanyi disana sering kali menyanyikan lagu yang sesuai dengan suasana hati Lisa.

"Bagaimana dia tahu isi hatiku sekarang? Dia menyanyikan lagu yang tepat," gumam Lisa sembari mendengarkan lagu yang tengah mengalun disana, lagu itu membuatnya mengabaikan wanita yang duduk di hadapannya dengan mata sembab dan wajah marah.

"Kau berkencan dengan suamiku, iya kan?"

"Tidak," singkat Lisa.

"Suamiku menyukaimu, kau juga menyukainya,"

"Tapi kami tidak berkencan," balas Lisa, punggungnya masih duduk tegak di kursinya. Ia tidak berani bersandar dan bersikap tidak sopan pada wanita yang lebih tua darinya.

Ucapan-ucapan Yoona sama sekali tidak mengancamnya. Lisa hanya sedikit khawatir kalau Jiyong berhasil datang kesana. Ia ingin sekali mengutuki Jisoo yang beberapa menit lalu memberitahunya kalau Jiyong sedang pergi mencarinya. Lisa heran, kenapa Jisoo tidak bisa menjaga dua rahasia sekaligus. Ia sudah menjaga rahasia kalau Lisa dan Jiyong berkencan, dan sekarang Jisoo tidak bisa menjaga rahasianya yang lain.

"Kalian pasti menganggapku lucu-"

"Eonni-"

"Ya! Kenapa ada manusia tidak tahu diri sepertimu? Kau selalu tersenyum memanggilku eonni, eonni, tapi kau menusukku dari belakang!"

"Eonni membiarkanku melakukannya, bukan begitu? Sejak kapan eonni tahu kalau kami saling menyukai? Kenapa sebelumnya eonni diam saja? Kenapa eonni baru marah sekarang? Karena kejadian yang terakhir kali itu? Maaf, aku benar-benar minta maaf karena membuatnya mengabaikan panggilanmu, aku juga minta maaf karena menyukai suamimu. Kalau kau ingin aku berhenti menemuinya, bagaimana caranya? Kami bekerja di perusahaan yang sama dan aku juga tidak bisa pindah rumah begitu saja. Bagaimana kalau kalian saja yang pindah? Kau punya uang, daripada memberikan uang di tasmu itu padaku, lebih baik kau memakainya untuk pindah rumah,"

"Kau benar-benar tidak tahu malu," ucap Yoona, hanya itu yang bisa ia katakan karena Lisa terlalu samar untuknya.

Lisa tidak seperti Jisoo yang membalas ucapannya dengan bantahan-bantahan pasti, gadis itu meminta maaf padanya tanpa menurunkan harga dirinya. Entah ucapannya tulus atau tidak, Yoona tidak bisa memutuskan.

"Aku benar-benar minta maaf, karena menyukai suamimu. Tapi minta maaf saja tidak cukup untukmu, bukan begitu? Kau butuh solusi agar aku tidak menyukainya lagi. Aku hanya memberimu solusi, kau bisa pindah-"

"Izinkan aku memukulmu sekali saja," ucap Yoona, bersamaan dengan masuknya Jiyong ke dalam bar itu.

"Jangan sekarang," jawab Lisa, yang pertama kali melihat kedatangan Jiyong. Karena Jisoo memberitahunya kalau Jiyong sedang mencarinya, Lisa tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pintu masuk. Gadis itu khawatir Jiyong akan datang dan menemukannya. "Kau boleh memukulku, tapi jangan sekarang-"

Yoona tidak bisa menampar Lisa apalagi memukulnya. Ia tidak bisa melakukan itu. Kalau ada kopi panas di meja mereka, ia akan menyiram Lisa dengan kopi itu. Tapi sayangnya, mereka sedang minum wine malam itu, jadi gadis itu berdiri, ia menyiram Lisa dengan sebotol wine yang ada di hadapannya. Lisa tidak bisa berkata-kata saat cairan fermentasi itu membasahi rambut dan wajahnya. Lisa lebih mengkhawatirkan reaksi Jiyong dibanding dengan baju putihnya yang malam ini pasti akan sangat kotor.

"Apa yang sedang kau lakukan Im Yoona?!" bentak Jiyong, bersamaan dengan hancurnya botol wine yang pria itu rebut dari tangan Yoona. Jiyong merebut botol wine itu sembari mendorong Yoona, ia membuat Yoona jatuh terduduk di kursinya kemudian melempar botol di tangannya ke lantai. Membuat wine mahal itu bercampur dengan pecahan botol dan debu di lantai.

Microphone yang dipegang penyanyi diatas panggung jatuh karena kejutan Jiyong, beberapa orang di restoran itu juga langsung menoleh begitu melihat amarah Jiyong yang meluap-luap.

"Sampai kapan kau akan melakukan ini?! Melukai Jisoo, memata-matai semua wanita di agensiku dan sekarang kau melakukan ini pada Lisa?! Di tempat umum?! Kau sudah gila?! Kau ingin memberitahu semua orang kalau rumah tangga kita berantakan?! Ya! Beritahu semua orang kalau aku mengabaikanmu! Kalau aku tidak mencintaimu! Beri tahu semua orang kalau aku ingin segera bercerai denganmu!" marah Jiyong yang kemudian menoleh saat Lisa menyentuh tangannya.

"Oppa, kau mempermalukan dirimu sendiri, selesaikan saja ini di rumahmu," bisik Lisa yang saat itu berdiri, ingin melangkah pergi dari sana. Sangat memalukan baginya karena di siram di tempat umum begitu, tapi melihat reaksi Jiyong justru membuatnya sedikit senang– ia tidak menduga Jiyong akan semarah itu hanya karena Yoona menyiramnya, ia bahkan tidak terluka seperti Jisoo tempo hari.

"Kau sudah sangat keterlaluan, aku tidak bisa menahan ini lagi, kita benar-benar bercerai, sekarang. Hubungi pengacaramu," perintah Jiyong yang kemudian mengejar Lisa, ia tahu Lisa akan benar-benar terlihat seperti simpanannya kalau ia mengejarnya begitu, tapi Jiyong merasa tidak bisa membiarkan Lisa pergi begitu saja. "Lisa tunggu sebentar!" teriak Jiyong membuat Lisa ingin mengutuk pria itu. Lisa tahu Jiyong mengkhawatirkannya tapi pria itu bisa memperhatikannya nanti– di rumah.

"Aku benar-benar minta maaf atas perbuatan istriku," ucap Jiyong, yang menahan Lisa kemudian membungkuk untuk memberi Lisa sebuah permohonan maaf yang sopan– seolah Jiyong benar-benar malu dan menyesal atas kejadian itu. Pria itu tidak hanya mengejutkan Lisa, tapi juga orang-orang di bar itu. "Istriku sudah mempermalukanmu seperti ini karena masalah keluarga kami, aku benar-benar minta maaf padamu," ulang Jiyong yang sekarang berdiri kemudian memberikan jaketnya pada Lisa, meminta Lisa untuk memakai jaket itu sendiri. "Aku akan menanggung semua kerugianmu, aku benar-benar minta maaf,"

"Iya, oppa, ku harap kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi," ucap Lisa.

Keadaan berbalik karena kedatangan Jiyong, karena sikap Jiyong karena keputusan pria itu. Lisa yang sebelumnya dianggap pelacur simpanannya, kini menjadi menjadi korban kekasaran Yoona. Mungkin Jiyong sengaja melempar botol wine yang Yoona pegang tadi– sengaja mengejutkan Yoona dan membuat Yoona masih membeku sampai sekarang. Membuat Yoona tidak percaya kalau Jiyong baru saja marah besar karena ia mengganggu Lisa. Jiyong tidak semarah itu saat ia melukai Jisoo waktu itu. Hari itu, perselingkuhan yang Lisa dan Jiyong lakukan selama beberapa bulan terakhir, terkubur oleh sikap kasar Yoona.

***
!!! TAMAT !!!

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang