24

2.3K 290 10
                                    

***

"Oppa," panggil Lisa, ia guncang tubuh Jiyong yang berbaring di sebelahnya, pria itu masih terlelap, masih mengantuk sama sepertinya. "Oppa, bangun," pinta Lisa, masih sembari menggoyang-goyangkan bahu Jiyong yang justru bergerak memunggunginya. Jiyong masih belum ingin bangun. "Oppa, bangun," ucap Lisa untuk ketiga kalinya dan kali ini Jiyong bangkit. Pria itu duduk, dengan kaos dan celana pendeknya yang kusut setelah dipakai tidur, juga dengan rambutnya yang acak-acakan.

"Tirai," perintah Lisa dan masih dengan mata yang setengah terpejam, Jiyong membuka tirai di kamar Lisa, membiarkan sinar matahari masuk dengan sempurna dan menerangi pagi mereka.

Kini, Lisa ikut turun dari ranjang. Gadis itu lantas menggandeng Jiyong yang duduk di dekat jendela dan menariknya masuk ke dalam kamar mandi– masih di dalam kamarnya. "Oppa masih mengantuk?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. Kini kedua orang itu berdiri di depan cermin dan westafel. Lisa terkekeh, ia nyalakan kran air di depannya kemudian membasahi tangannya disana. Dengan tangannya yang basah, Lisa membasuh wajah Jiyong. Ia mengusir kantuk dalam diri prianya dengan air dingin dari kran.

Selesai membasuh wajah serta menggosok gigi, keduanya keluar dari kamar mandi. Kantuk sudah pergi sekarang, tubuh keduanya terasa begitu segar setelah berolahraga dan tidur semalam tapi di luar ia mendengar suara berisik. Taeyong pasti datang, pikir Lisa karena Ten tidak mungkin sibuk di dapur di pukul tujuh pagi ini. Sembari menggandeng Jiyong, Lisa melangkah keluar kamarnya dan mengunjungi dapur, menyapa Taeyong yang sedang menyiapkan sarapan disana.

"Aku sempat penasaran sepatu mahal siapa yang ada di pintu itu. Ternyata Jiyong hyung, selamat pagi," sapa Taeyong.

"Selamat pagi," balas Jiyong.

"Oppa masih berani datang kesini?" tanya Lisa yang sekarang duduk di meja makan, mencicipi semangkuk daging yang baru saja Taeyong hangatkan. Taeyong tidak datang kesana untuk memasak, ia hanya menyiapkan meja makan dengan semua lauk yang ibunya bawakan untuknya. Ia hanya membagi masakan ibunya dengan Lisa dan Ten. "Setelah ku peluk dan membuatku dihina fansmu?"

"Kenapa kau sangat kasar padanya? Dia memberimu makan," tegur Jiyong dan Lisa hanya memamerkan senyum canggungnya, Lisa sudah terlalu sering bersikap seperti itu pada Taeyong dan Ten hingga kedua pria itu tidak lagi merasa tersinggung karenanya.

"Sepertinya ada yang salah dengan otakmu," balas Taeyong. "Kau yang memelukku dan kau yang membuatku dapat masalah, seharusnya siapa yang merasa bersalah? Aku? Tidak salah?"

"Aku juga dapat masalah, semalaman," celoteh Lisa sembari merangkul lengan Jiyong yang duduk di sebelahnya.

"Wah... Pantas saja kau terlihat sangat bahagia nona," komentar Taeyong yang entah kenapa justru membuat Jiyong merasa sedikit malu. Jiyong tidak biasa membicarakan hubungan seksualnya dengan orang-orang yang bukan teman dekatnya.

Kira-kira dua puluh menit setelahnya, Ten keluar dan mereka sarapan berempat. Tapi Ten masih sedikit kesal karena Lisa memeluk Taeyong. "Kau bilang lebih baik Taeyong oppa kena skandal denganku daripada dengan Jaehyun oppa, berhentilah kesal pada hal-hal yang tidak perlu," cibir Lisa karena Ten terus menatap sinis padanya.

"Maaf hyung, sarapan pagimu harus diselingi dengan pertengkaran-"

"Akh! Sakit!" seru Lisa, memotong ucapan Taeyong karena Ten menendang kakinya.

"Kenapa? Kau mengigit lidahmu? Ada daging disini, kenapa kau menggigit lidahmu?" ucap Ten, tanpa rasa bersalah sama sekali. Pria itu telah sukses mengibarkan bendera perangnya dan Lisa tidak sudi kalah darinya.  Masih dengan senyum liciknya, Ten mengulurkan sumpitnya, berencana mengambil sosis di depannya, namun Lisa justru merebut mangkuk sosis itu kemudian menghabiskan lima potong sosis yang ada di dalamnya.

"Heish, kau akan tersedak kalau makan seperti itu, kau tidak pernah makan sosis?" tegur Jiyong, sembari menuangkan segelas air kemudian menaruhnya di sebelah mangkuk nasi Lisa.

"Aku sangat suka sosisnya," jawab Lisa, setelah ia selesai menelan semua sosis yang ia ambil, ia meledek Ten yang tidak sempat mencicipi sosis dengan bumbu kesukaannya.

Ten bertanya pada Taeyong apa masih ada sosis lainnya, tapi Taeyong mereka kehabisan sosis pagi ini. Ten yang tidak sempat merasakan sosis-sosis itu karena Lisa, sekarang berencana membalas perbuatan Lisa. Tanpa berfikir, Ten mengikuti jejak Lisa– pria itu mengambil semangkuk tumis pakis yang hendak Lisa ambil kemudian menghabiskannya dan menyesal setelahnya. Ten tidak menyukai sayuran itu, tapi karena dendam dalam dirinya ia memaksakan diri menghabiskan tumis pakis itu.

"Whoa... Baiklah, habiskan semuanya, di kulkas masih ada kalau kau masih lapar," ucap Lisa yang sekarang terkekeh, karena ia dapat melihat wajah kesal dan menyesal Ten.

Selesai sarapan, Jiyong pulang ke rumahnya. Tidak ada Yoona disana karena hari sudah cukup siang. Gadis itu pasti sudah ke kantor pagi ini. Jiyong hanya pulang untuk mandi dan berganti pakaian. Sedikit bersiap-siap sebelum kemudian ia pergi ke agensi bersama Lisa. Setidaknya butuh waktu tiga puluh menit sampai Jiyong siap kemudian kembali menjemput Lisa di rumahnya. Namun saat pria itu datang, Lisa masih di kamar mandi, perutnya sakit karena terlalu cepat menelan sosis-sosis tadi.

"Jadi kalau aku pindah, kau akan melakukan itu untukku?" tanya Ten, memastikan kembali tawaran Jiyong, mumpung Lisa belum keluar dari kamarnya.

Sembari menunggu Lisa, Jiyong meminta Ten untuk pindah dari rumah Lisa. Awalnya Ten menolak, pria itu bilang ia tidak akan pergi dan membiarkan Jiyong jadi semakin dengan Lisa. "Aku memang berhenti menyuruh kalian putus, tapi itu tidak berarti kalau aku juga setuju," ucap Ten, mengutarakan alasannya enggan pindah dari sana. Tapi Jiyong memberinya tawaran luar biasa– seperti lagu Pallete milik IU, Jiyong akan muncul di salah satu lagu yang Ten buat– dan Ten kesulitan untuk menolaknya. Seorang G Dragon akan bernyanyi dengannya, Ten tidak akan dapat kesempatan seperti itu lagi kalau ia menolak sekarang.

"Akan ku pikir-"

"Terima saja," ucap Taeyong, menyela Ten. "Kapan lagi kau akan dapat kesempatan seperti ini? Toh kau bisa pindah ke apartemen di lantai atas atau ke gedung sebelah, kau bisa tetap dekat dengan sahabatmu. Kau juga tidak perlu lagi bertengkar setiap saat dengan Lisa,"

"Lalu bagaimana dengan kita?"

"Apanya yang bagaimana? Kau bahkan marah melihat fotoku dengan Lisa, jangan menjadikanku alasan untuk tetap disini. Sekarang, itu bukan lagi masalah," jawab Taeyong membuat Ten semakin tergoda pada tawaran itu.

"Baiklah, aku mau-"

"Tapi jangan sampai dia tahu," potong Jiyong yang sedari tadi melirik ke arah pintu kamar Lisa. "Aku tidak bisa melakukan hal yang sama dengannya, akan jadi masalah kalau dia iri karena aku akan bergabung di lagumu,"

"Ya, kapan aku harus pindah?"

"Secepatnya."

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang