10

2.5K 339 40
                                    

***

Akhirnya hari kerja datang juga. Biasanya Jiyong sangat membenci hari Senin, tapi sekarang hari ini terasa seperti hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Setelah di hari Minggu kemarin ia harus bekerja sangat keras untuk menahan egonya– dihari Minggu Jiyong terpaksa makan siang bersama keluarga Yoona, juga keluarganya.

Selama makan siang, semua orang penasaran kapan Yoona akan hamil dan sebagainya. Ibu Yoona bahkan sudah meminta Jiyong untuk mulai memikirkan nama anaknya nanti. Jiyong merasa seperti tengah berada dalam siksaan neraka saat berada disana, sedang Yoona khawatir bom di sebelahnya akan meledak– bagi Yoona, Jiyong seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Belum lagi karena ayahnya yang terus menyuruh Jiyong melakukan ini dan itu.

Pertama-tama Tuan Im menyuruh Jiyong menyewa satu lagi asisten rumah tangga agar Yoona tidak perlu kelelahan memasak. Padahal tidak ada yang pernah menyuruh Yoona memasak, padahal sudah ada satu asisten rumah tangga yang selalu datang setiap pagi untuk membersihkan rumah. Kedua, Tuan Im menyuruh Jiyong untuk mulai mempersiapkan kamar bayi untuk cucunya nanti. Padahal Jiyong tidak pernah mencium Yoona kecuali di hari resepsi pernikahan mereka, Jiyong bisa jamin kalau Yoona tidak akan mengandung anaknya. Ketiga, Tuan Im ingin Jiyong dan Yoona menginap di rumahnya satu minggu sekali, karena sang ayah selalu merindukan putrinya. Padahal Jiyong tidak keberatan kalau Tuan Im ingin mengambil Yoona darinya, Jiyong justru senang karena pernikahan itu bisa segera di akhiri.

Lalu, yang paling membuat Jiyong kesal adalah omelan Tuan Im karena beliau berfikir kalau Jiyong menyuruh Yoona berhenti bekerja. Padahal, Yoona sendiri yang ingin berhenti bekerja dan mulai serius mengurus rumah tangga tangganya. Yoona yang ingin memikat Jiyong dan membangun rumah tangga sungguhan, Jiyong sama sekali tidak peduli dengan keputusan Yoona soal bekerja atau tidak.

Entah itu sungguhan atau hanya sandiwara, tapi semua orang disana sepertinya lupa kalau pernikahan itu hanya bisnis belaka. Rasanya hanya Jiyong yang ingat kalau pernikahannya dengan Yoona hanya sebatas usaha untuk mempertahankan dua perusahaan yang hampir bangkrut.

Kembali ke hari Senin dimana Jiyong merasa kalau bekerja adalah liburan sungguhan, hari ini pria itu keluar dari rumahnya dan berpapasan dengan Lisa di lift. Saat melihatnya, Lisa langsung memasang wajah kesalnya, seolah Jiyong baru saja melakukan kesalahan besar pada Lisa.

"Selamat pagi nona," sapa Jiyong karena Lisa tidak menyapanya lebih dulu. Padahal Jiyong sudah menunggu Lisa menyapanya, tapi gadis itu justru menjaga jarak dari Jiyong.

"Ya, pagi," sinis Lisa membuat Jiyong langsung bertanya– "ada apa denganmu? Ini masih pagi dan moodmu sudah jelek?" tanya Jiyong.

"Mana istrimu oppa?" tanya Lisa, masih terdengar sinis dan anehnya Jiyong langsung menyadari kalau tanpa disengaja ia telah melakukan sebuah kesalahan pada Lisa. Anehnya, tanpa disadari Jiyong merasa buruk karena Lisa marah padanya.

"Sudah berangkat kerja sejak satu jam lalu, bisakah kau berhenti menanyakannya? Ingin berangkat bersama? Kau akan ke agensi kan?"

"Tidak, aku akan pergi ke rumah Jisoo eonni," jawab Lisa yang kemudian keluar dari lift di tempat parkir, bersamaan dengan Jiyong. "Oppa! Kau tidak menggoda Jisoo eonni lagi kan?!"

"Tiba-tiba? Tentu saja tidak, dia sedang mengejar-ngejar Suga sekarang," jawab Jiyong, masih terdengar tenang sekaligus bingung. Jiyong tidak tahu kemana arah pembicaraan Lisa sekarang. "Aku hanya beberapa kali bicara dengan Jisoo di telepon karena Jisoo memintaku memperhatikan Suga dan musiknya, tidak ada yang lain, sungguh," jelas Jiyong, yang setelahnya justru bingung– kenapa aku harus menjelaskan masalah ini pada Lisa? Jiyong tidak memahami dirinya sendiri. Jiyong masih enggan mengakui kalau ia menyukai Lisa dan pria itu juga khawatir perasaannya mungkin akan membuat hubungan mereka jadi tidak nyaman.

"Kalau begitu ini hanya salah paham," jawab Lisa yang sekarang berdiri di tengah-tengah tempat parkir bersama Jiyong disana. "Pagi ini Yoona eonni pergi ke rumah Jisoo eonni dan marah disana. Yoona eonni bilang Jisoo sudah menggodamu dan kalian berselingkuh dibelakangnya. Ku pikir kalian benar-benar berselingkuh, aku benar-benar kesal kalau ada pasangan selingkuh tapi hanya pihak wanitanya yang di permalukan,"

"Tunggu," ucap Jiyong. "Apa yang sedang kau bicarakan? Apa yang Yoona lakukan tanpa sepengetahuanku?"

"Yoona eonni pergi menemui Jisoo eonni, seperti adegan-adegan dalam film, dia menampar Jisoo eonni kemudian menyiram Jisoo eonni dengan secangkir kopi. Yoona eonni bilang apa kau berselingkuh dengan suamiku? Kenapa kau selalu meneleponnya? lalu Jisoo eonni menjawab, tidak aku tidak berselingkuh dengan Jiyong oppa, tapi Yoona eonni tidak percaya dan menyiram Jisoo dengan segelas air,"

"Ini cerita sebenarnya atau kau menambahkan MSG didalamnya?"

"Dialognya MSG," jujur Lisa dan Jiyong langsung memijat pelipisnya. "Aku baru saja akan menemui Jisoo eonni, dia memintaku datang setelah Yoona eonni pergi. Tapi bisa saja Jisoo eonni yang memancing Yoona eonni sampai Yoona eonni marah, sepertinya sulit di percaya kalau Yoona eonni bisa melakukan hal sekasar itu, kalau Jisoo eonni yang memancing lebih dulu... Bukankah itu lebih masuk akal? Jisoo eonni sangat jahil,"

"Itu mungkin terjadi," jawab Jiyong yang sekarang mengeluarkan handphonenya, berencana menelepon Yoona.

"Teoriku benar kan? Kalau Jisoo eonni tidak jahil, Yoona eonni tidak akan marah. Maksudku selama ini Yoona eonni selalu bersikap anggun-"

"Yoona mungkin saja melakukan itu pada Jisoo kalau kau melihat bagaimana sikap orangtuanya, dia dibesarkan di lingkungan yang bisa melakukan itu," potong Jiyong yang sembari menunggu Yoona menjawab panggilannya justru memberikan satu kartu debitnya pada Lisa. "Pergilah menghibur Jisoo, pastikan Jisoo tidak menemui satupun reporter, tidak akan ada yang diuntungkan kalau masalah ini diketahui publik. Aku pergi, terimakasih untuk informasinya nona penggunjing," tambah Jiyong yang tanpa sadar mengusap puncak kepala Lisa sebelum ia berlari kecil menuju mobilnya dan melesat pergi dari gedung apartemen itu.

Jiyong menegur Yoona, pria itu marah karena apa yang Lisa ceritakan padanya. Menurut Jiyong, Yoona telah melakukan sesuatu yang sangat memalukan. Menurut Jiyong, Yoona telah membuatnya malu di depan Jisoo, juga di depan Lisa karena Jisoo langsung bercerita pada Lisa begitu Yoona pergi dari rumahnya. Semoga saja Lisa dan Jisoo tidak menceritakan masalah ini pada siapapun sehingga Jiyong tidak perlu merasa malu di depan rekan-rekannya di agensi.

"Aku tidak menyerangnya, aku hanya menyapanya karena kudengar dia mantan kekasihmu," ucap Yoona, masih bersikeras kalau ia tidak melakukan apapun pada Jisoo.

"Lalu kenapa kalau dia mantan kekasihku? Ku pikir kau gadis cerdas seperti yang dibanggakan appamu, tapi apa ini? Apa yang sebenarnya sudah kau lakukan?!" tanya Jiyong. "Bukankah supirmu itu juga mantan kekasihmu? Ya! Im Yoona! Bagaimana bisa kau mempermalukanku seperti ini?! Bagaimana kalau masalah ini sampai ketahuan publik?! Semuanya akan sia-sia! Pernikahan kita jadi sia-sia kalau kau tidak bisa menjaga sikapmu!"

"Aku benar-benar tidak melukai Jisoo, aku hanya datang untuk menyapa-"

Jiyong sudah muak mendengar ulangan pengakuan Yoona. Pria kesal itu kemudian berbalik, melangkah pergi tanpa sudi mendengar ucapan Yoona lebih lama lagi. Kini, pandangan Jiyong akan Yoona jadi semakin buruk berkat sikap wanita itu sendiri.

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang