9

2.4K 370 27
                                    

***

Selesai makan, Jiyong keluar dari rumah. Yoona sudah menegurnya, ia menyuruh Jiyong untuk merapikan dirinya sebelum pergi tapi Jiyong tidak mau dengar. Jiyong tidak berencana bertemu pejabat penting, ia hanya ingin keluar untuk menghirup udara segar dan menurutnya ia tidak perlu berdandan hanya untuk melakukan itu– walaupun akan lebih baik kalau Jiyong mandi terlebih dahulu.

Begitu keluar, Jiyong langsung menekan bel pintu rumah Lisa. Jiyong tidak mengenal seorang pun selain Lisa disana dan ia juga tidak punya tempat tujuan sekarang. Hanya Lisa satu-satunya harapan untuk Jiyong agar bisa melepas penatnya. Kira-kira butuh waktu lima menit sampai Lisa membukakan pintunya untuk Jiyong. "Maaf, aku baru selesai mandi," ucap Lisa yang sudah tahu kalau ada tamu yang menekan bel pintunya, tapi belum bisa ia buka kan pintu.

"Kau akan pergi ke suatu tempat?" tanya Jiyong, bersamaan dengan Lisa yang memberinya jalan untuk masuk ke rumah.

"Tidak," ucap Lisa. "Aku baru selesai olahraga," lanjut gadis itu sembari menendang matras yoganya ke sudut ruang tengah. Lisa mempersilahkan Jiyong duduk, gadis itu juga bertanya alasan Jiyong datang, dimana Yoona dan kenapa Jiyong tidak bersama Yoona di akhir pekan seperti ini. Tapi alih-alih menjawab, Jiyong justru bertanya apa Lisa punya mie instan atau tidak. Sepotong steak untuk makan siang pria yang belum sarapan tidaklah cukup.

Biasanya Lisa punya mie instan kemasan gelas, tapi karena semalam Ten dan Taeyong datang lalu menghabiskan dua gelas mie instan terakhirnya, siang ini Lisa harus memasak mie untuk Jiyong. "Oh! Aku dapat dua rumput laut!" ucap Lisa sembari menunjukan dua lembar rumput laut kering di dalam kemasan mie instannya. "Tapi biasanya aku membuang mereka, oppa mau memasak mereka atau membuangnya?"

"Masak saja, aku akan memakannya," jawab Jiyong, yang sempat menoleh untuk melihat rumput laut yang Lisa tunjukan namun kembali fokus melihat bingkai-bingkai foto yang disandarkan ke dinding. "Tapi kenapa kau membuang rumput lautnya? Kau tidak suka rumput laut?"

"Suka," jawab Lisa dari dapur. "Aku akan memasaknya kalau rumput lautnya hanya satu. Tapi kalau dapat dua aku jadi kesal. Kenapa aku harus dapat dua? Kenapa rumput lautnya berpasangan? Kenapa semua orang berpasangan sedangkan aku tidak? Kenapa hanya aku yang tidak punya pasangan? Augh... Aku jadi kesal kalau memikirkannya,"

"Kenapa kau kesal? Kau sudah punya pasangan," komentar Jiyong sembari menunjuk pintu kamar Ten. Jiyong bisa tahu kalau itu kamar Ten karena pintunya tertutup dan ada kunci pintu otomatis di pintunya, sedang pintu kamar Lisa terbuka dan Jiyong bisa melihat beberapa tas Lisa dari celah pintunya.

"Dia bukan pasanganku, kamu hanya teman serumah," ucap Lisa.

"Tapi kenapa kau berbohong lalu bilang kalau kau tinggal sendiri dan Ten adalah tetangga apartemenmu?" tanya Jiyong yang sekarang berjalan ke dapur, duduk di meja makan dan menunggu Lisa menghidangkan mie instannya.

"Kalau aku bilang kami tinggal serumah, orang-orang akan terus bertanya, seperti oppa sekarang," jawab Lisa sembari menghidangkan mie instan buatannya di atas meja. "Saat pria dan wanita tinggal bersama, siapa yang akan percaya kalau mereka tidak berkencan? Sebenarnya ini menganggu urusan asmaraku, tapi mau bagaimana lagi, aku harus membantu temanku yang kesulitan,"

"Apa kesulitannya?" tanya Jiyong dan Lisa menaikan alisnya. Ia lebih suka mengatakan kalau Ten miskin daripada menyebut Ten gay, tapi Jiyong tidak mungkin percaya kalau Ten benar-benar miskin sampai tidak bisa membeli rumah sendiri.

"Tidak semua idol kaya raya sepertimu oppa," jawab Lisa yang kemudian mengarang cerita kalau Ten baru saja kehilangan banyak uang karena investasi palsu. "Tapi tidak ada bedanya tinggal disini sendirian atau dengan Ten. Kami tetap jarang bertemu. Hari ini saja Ten pergi ke Amerika, katanya dia akan tinggal disana selama satu bulan," oceh Lisa sementara Jiyong hanya mendengarkan sembari melahap mie instan di depannya.

Selesai makan, Jiyong berterimakasih layaknya manusia sopan pada umumnya. Pria itu menawarkan diri untuk mencuci mangkuknya dan Lisa dengan senang hati mengizinkannya. Kapan lagi seorang G Dragon mencuci piring di rumahnya. Sembari mencuci piring, Jiyong bertanya– siapa yang mengambil foto-foto di bingkai di ruang tengah, juga bertanya siapa yang menggambar dikanvas-kanvasnya.

"Bingkai hitam hasil fotoku, bingkai lainnya hasil foto Ten, kalau gambar, semuanya Ten yang menggambar," jawab Lisa, tidak begitu tertarik untuk membahas gambar-gambarnya karena membicarakan hubungan Jiyong dengan Yoona jauh lebih menarik baginya. "Tapi oppa, apa istrimu tidak ada dirumah? Kenapa oppa kesini?" tanya Lisa, untuk kedua kalinya karena tadi Jiyong tidak menjawabnya.

"Kenapa kau terus menanyakan itu?"

"Penasaran," jujur Lisa. "Kita tidak cukup dekat untuk membicarakannya ya?" tanya Lisa dan Jiyong langsung mengiyakannya.

Hari itu Jiyong menghabiskan waktu berjam-jam di rumah Lisa. Rumah Lisa memang tidak serapi miliknya, namun tempat itu masih lebih nyaman jika dibanding dengan daerah kekuasaan Jiyong di rumah Yoona. Di rumah Lisa, Jiyong bisa bebas berkeliaran– kecuali ke kamar Ten. Pria itu bisa merokok di balkon, berbaring di sofa, membaca komik-komik milik Lisa, menonton TV dan yang paling menyenangkan adalah mengganggu Lisa bermain game. Jiyong pikir hanya Jisoo yang kecanduan game, tapi ternyata Lisa lebih parah dibanding mantan kekasihnya itu. Kalau Jisoo asik dengan game-game di handphonenya, Lisa justru senang memainkan game yang sama dengan Chanwoo dan Bobby.

"Ya! Jung Chanwoo! Kenapa kau menembakku?!" omel Lisa dari dalam kamarnya sementara Jiyong sedang merokok di balkon yang berjarak lima langkah dari tempat Lisa duduk sekarang.

"Kau bilang kau tinggal disini karena tidak ingin bertemu dengan teman-temanmu seagensimu, tapi kau tetap bertemu dengan Chanwoo di game?" tanya Jiyong, yang hanya duduk di atas kursi kayu, merokok sembari menonton Lisa melalui pintu kaca yang saat ini ia buka. Tidak ada bedanya Jiyong merokok di luar atau di dalam kamar Lisa, karena angin tetap membawa asap rokok Jiyong masuk.

"Ada Bobby oppa juga- ya! Ya! Ya! Jangan mati sekarang! Heish! Hanbin oppa payah sekali," keluh Lisa namun tetap fokus menjelajahi layar gamenya dan membuat Jiyong terkekeh di belakang. "Hei, kalian kenal Suga oppa kan? Asistennya Teddy oppa," ucap Lisa memulai gosipnya. Ia dapat gosip baru tadi karena Jiyong bilang kalau Jisoo mengirimkan lagu buatan Suga padanya. "Sepertinya Jisoo eonni benar-benar menyukai Suga oppa, bagaimana? Kalian masih mau mengejarnya? Bobby oppa? Hanbinie? Hei! Ya! Jawab aku sialan!"

Lisa memutar kursinya sekarang, menatap Jiyong dengan wajah tak berdosanya sembari melepaskan headphone di kepalanya. Dengan santai gadis itu berjalan ke balkon, mengambil duduk di sebelah Jiyong kemudian meminta sebatang rokok yang ada di atas meja.

"Kenapa? Ada apa disana? Kenapa dengan senyummu itu? Kau jadi terlihat mengerikan,"

"Bobby dan Hanbin oppa keluar dari game, timku hancur," jawab Lisa yang kemudian tertawa. Tertawa karena membayangkan wajah kesal Bobby dan Hanbin karena informasinya tadi. "Aku sudah bilang berkali-kali pada mereka untuk segera mendekati Jisoo eonni, tapi mereka tidak mau mendengar. Bobby oppa sungkan pada Hanbin dan Donghyuk, begitu juga sebaliknya. Mereka tidak berani bersaing mendapatkan Jisoo eonni sampai akhirnya Jisoo eonni terpikat oleh Suga oppa," cerita Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya– Jiyong memahami kebimbangan yang dialami ketiga pria itu.

***
Kecepatan jempolku bertambah kalo yang komen banyak dan ga ada next next club wkwkw

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang