Bismillah, selamat membaca
***
"Bagaimana bisa aku memilihnya sementara aku bahkan tidak pernah tahu perasaannya padaku,"
~Annisa Az-Zahra~Sesampainya di kamar aku menangis sesenggukan. Manjadikan bantal dan guling sebagai samsak pelampiasanku. Aku kesel sama Mama dan Papa. Mas Adit, kakak laki-lakiku saja nggak dijodohin masak aku sebagai anak perempuan satu-satunya dijodohin sih, kan nggak adil banget.
Aku bener-bener nggak ngerti sama jalan fikiran Mama dan Papa, bisa-bisanya di jaman modern ini masih menganut sistem perjodohan kolot itu. Aku juga punya cinta Ma, Pa. Aku pun punya impian ingin menikah dengan orang yang kucintai dan mencintaiku. Tapi pertanyaannya apakah dia juga mencintaiku?
Hampir setengah jam lamanya aku menangis di kamar. Nggak! Aku perlu keluar, untuk menjernihkan pikiranku. Kuambil jaket dan tas lalu langsung keluar kamar. Tujuanku hanya satu, ingin bertemu Ardi. Mengesampingkan harga diriku dan kuungkapkan segala perasanku padanya. Apapun jawabannya itulah yang akan jadi keputusanku.
Sebelumnya sedikit kuceritakan mengenai Ardi. Ardi adalah salah satu temen deketku dari duduk di bangku SMP sampai SMA. Dia anaknya pintar dan sangat aktif dalam kegiatan sekolah, sangat berbanding terbalik denganku. Aku bahkan sering minta tolong dia mengerjakan Pr-ku.
Selain Ardi, teman dekatku yang lain ada Dian dan Fajar. Mereka berdua baru-baru ini jadian setelah berteman kurang lebih lima tahun bersama. Ternyata bener, tidak mungkin seorang laki-laki berteman baik dengan perempuan tanpa salah satu atau keduanya saling jatuh cinta. Dan itu juga berlaku padaku, tapi tidak tahu dengan Ardi.
Bagaimana perasaannya yang sebenarnya padaku selama ini? Aku ingin sekali tahu itu. Karena kalau dilihat dari sorot matanya, gaya bicaranya, perlakuannya padaku, iti semua mengatakan dia juga memiliki perasaan yang sama padaku. Tapi di sisi lain aku juga ragu, karena dia juga nggak maju-maju.
Pernah aku mancing-mancing dengan mengatakan, "kamu pernah kepikiran kalau misal kita bakal berjodoh nggak sih Ar?"
Aku yang deg-degan menunggu jawabannya malah dibuat kesal karena dia menjawab dengan bercanda, "Pernah sih, tapi kayaknya nggak mungkin deh Nis, lagipula kalau dilihat dari mantan dan pacar kamu sekarang, aku bukan termasuk tipemu. Dan lagi kamu juga kurang tinggi kalau untuk kujadikan pacar." Jawabnya waktu itu sambil cengengesan di atas motor sepulang sekolah.
Dia nggak tahu kalau tujuan aku pacaran dengan Fahri dan mantanku sebelumnya itu sebenarnya hanya untuk melihat bagaimana reaksinya saja. Apakah akan ada kemajuan dari yang tadinya hanya sebatas teman dekat?
Tapi pada akhirnya, hubungan kamipun tetap jalan ditempat. Nggak ada kemajuan sama sekali. Pernah sih satu atau dua kali dia menyinggung hubunganku dengan Fahri. Tapi itupun hanya sebatas mengingatkan, "kamu hati-hati kalau pacaran, jangan mau dicium-cium atau berduaan apalagi di tempat sepi, kamu berdua sering nonton kan? Biasanya laki-laki suka modus kalau lagi nonton. Kamu harus bener-bener hati-hati." Gitu katanya.
Kalau hanya sebatas mengingatkan, bukan hanya Ardi saja. Dian dan Fajar juga berkali-kali mewanti-wanti untuk hati-hati, terlebih dulu Fahri terkenal playboy sebelum denganku.
Karena lelah menunggu sikap Ardi yang tak kunjung maju-maju itu, aku berpacaran dengan Fahri hampir dua tahun. Dihampir dua tahun itu aku berharap bisa sedikit saja menggeser nama Ardi dari hatiku, tapi nyatanya yang kulakukan selama hampir dua tahun itu sia-sia. Karena namanya bahkan hingga saat ini masih terus ada dan terpahat rapi di hatiku. Entah akan sampai kapan, aku tidak tahu.
Sudah cukup mengenai Ardi, kembali ke kami berempat. Nah, kami berempat berteman sejak dari SMP sampai sekarang. Kuliahpun berencana di kampus yang sama kecuali Fajar, yang kemungkinan akan kuliah di Bandung. Itu yang membuat Dian dilema. Anak itu takut banget Fajar selingkuh atau kegoda perempuan lain di sana. Padahal dulunya Dian tipe perempuan cuek dan nggak mau tahu. Eh sekarang bucin abis sama Fajar wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Dosen
Romance[Romance - Spiritual] "Aku mencintaimu Mas, teramat sangat mencintaimu. Tapi mungkin cintanya kepadamu lebih besar daripada cintaku untukmu. Maka menikahlah dengan dia." -Annisa Azzahra- "Aku sudah mengakad dirimu, dan pada saat i...