34. You Were Beautiful

858K 65.8K 105K
                                    

34. You Were Beautiful

Apa kalian kangen kami?

Siap untuk mengisi komentar di setiap paragraf?

Sekarang gue tanya. Kalau lo semua punya adik cewek. Lo sayang dia. Lo jagain dia terus. Dan ternyata dia dijahatin sama cowok-cowok kaya lo lo semua. Seneng gak lo? Marah gak?” — Galaksi Aldebaran

Pernah tidak kalian merasa dikucilkan padahal kalian sedang berada di tempat yang ramai?

Atau pernahkah kalian berbicara tapi tidak ada satu pun yang membalas apalagi menoleh pada kalian?

Bagaimana rasanya? Sedih? Sakit atau hanya bisa diam saja?

Kejora sedang merasakannya sekarang. Semenjak hari itu. Tidak ada lagi temannya. Tidak ada yang menyapanya. Bahkan sekadar melirik pun mereka tidak mau. Hari ini sekolah sedang ada acara dengan mengundang salah satu grup musik paling terkenal di Tanah Air. Kejora melirik Fani. Perempuan itu sedang tertawa dengan teman-temannya yang lain. Biasanya hanya Fani yang menemani Kejora. Sekarang sudah tidak lagi.

“Emang rasanya sakit pas ngeliat temen yang kita punya malah lebih nyaman sama temennya yang baru,” cetus Jordan tiba-tiba.

“Ya ampun Jordan!” Kejora tersentak. “Ngagetin aja.” Kejora mengelus dadanya.

“Melamun terus sih lo Ra,” ujar Jordan seakan sudah perhatian sejak tadi.

“Kalau lo kesurupan di sini enggak ada Galak, Ra. Siapa yang mau gotong lo?” candanya.

“Dia gak dateng?” tanya Kejora mengganti nama Galaksi dengan kata dia.

“Dia siapa? Dia Asep? Dia Guntur? Dia Bams? Dia yang mana?”

“Galaksi,” Kejora menyebutnya dengan berbisik.

Jordan tertawa renyah. “Takut banget Ra nyebut nama Galak. Udah mantan sih beda ya Ra? Pas pacaran aja lo teriak-teriakin nama Galak pas di Warjok karena dia gak pulang-pulang.” Kejora bersemu merah mengingatnya.

“Gue paling suka tuh waktu lo ngejewer Galak karena dia bilang mau pulang bentar lagi tapi masih mojok ngerokok sama Guntur. Tunduknya Galak cuman sama Tuhan trus sama lu,” Jordan tertawa mengingatnya.

“Ya habisnya dia bikin kesel sih,” sahut Kejora malu-malu. “Ngerokok mulu. Kan sayang paru-parunya jadi enggak sehat.”

Jordan nyengir lebar. “Sayang paru-paru apa orangnya?” godanya semakin menjadi.

“Udah ah. Jangan gitu.” Kejora semakin malu dibuatnya.

“Ntar lagi juga dateng. Dia kan suka telat Ra. Rajanya telat dia itu. Kalau urusan Ravispa baru on time.”

“Bicarain apa nih? Gue ya?” dengan PD-nya Guntur bertanya.

“Akhlak lu benerin dulu Tur,” ucap Jordan.

“Lah akhlak gue positif vibes. Gak kaya lo. Negatif,” balas Guntur.

“Kasian Kejora lo tarik-tarik gitu,” tegur Jordan.

“Eh Ra? Sakit ya? Sorry-sorry Ra gue gak sengaja.” Guntur mengusap-ngusap pundak Kejora.

Dengan rikuh dan canggung Kejora menyentuh tangan Guntur agar tidak menyentuh pundaknya lagi. Merasa mengerti dengan perlakuan Kejora. Guntur langsung menurunkan tangannya. Dia juga tidak mau cari mati. Kalau dilihat Galaksi. Bisa habis Guntur di tempatnya sekarang.

“Kebiasa main sama cowok sih lo. Bukan sama cewek jadinya kasar gitu,” ujar Bams memperhatikan mereka dari belakang.

“Nah itu dia dateng Ra,” ucap Jordan menunjuk Galaksi yang baru saja datang.

GALAKSIKEJORA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang