O7

100 29 6
                                    

tanpa aku kasih tau. pasti kalian paham gimana caranya menghargai

...

nana duduk di sofa tak terpakai yang ada di rooftop. dia memakan bekalnya disana. seenggaknya rooftop cukup menenangkan untuk dirinya yang punya banyak beban.

setelah memastikan makanannya habis, nana berjalan kembali ke kelasnya. baru aja dia turun dari tangga, bahunya udah ditarik kemudian dibenturkan ke dinding.

"shua"

"HEH! BERANI BANGET LO GODAIN HYUNJIN!"

"aku.. enggak. aku gak deketin hyunjin, hyunjin yang deketin aku..."

shua terkekeh remeh. menarik dagu nana kencang. membuat nana meringis karena kepalanya terbentur tembok.

"sok cantik banget"

kotak bekal di tangannya di ambil. di hempaskan ke lantai dan diinjak hingga patah. nana pengen nangis aja rasanya.

"dengerin gue, kalo lo deketin hyunjin lagi, lo bakal tau akibatnya"

"aku gak deketin hyunjin..."

"NGELAWAN?!"

tangan shua sudah melayang. nana memejamkan matanya. menerima layangan tangan yang pasti rasanya sangat perih.

tapi, untuk beberapa menit nana tidak merasakan apapun di pipinya. dia mendongak. sedikit terkejut ketika melihat hyunjin yang memegang tangan shua.

"gue gak suka kekerasan, shua"

"lepas!"

"harus gue ulang?"

"ck, iya! gue pergi! lepasin!"

hyunjin melepaskan tangannya kemudian membiarkan shua yang berjalan dengan kaki menghentak. kedua temannya mengikuti di belakang.

hyunjin menatap nana yang sedari tadi hanya diam. gadis itu mengalihkan pandangannya kemudian berjongkok merapikan patahan kotak bekalnya dan membuangnya ke tong sampah.

"makasih"

nana menunduk kemudian berjalan menjauhi hyunjin. langkahnya sedikit terburu karena hyunjin mengikutinya di belakang.

"nana!"

nana berhenti ketika hyunjin berhasil menyusul dan berdiri di depannya guna menghentikan langkah si gadis. napas keduanya terengah. yang satu emosi dan yang satunya lagi khawatir.

"mi-minggir"

"enggak"

"hyunjin, please~"

"maaf"

nana diam. pandangannya menunduk. bersyukur koridor yang sekarang tengah sepi karena murid-murid mungkin sedang bergerombong menuju kantin.

"maaf"

"maaf"

hyunjin terus mengulang kata maaf. membuat nana tidak bisa menahan tangisnya.

"maaf"

"di-diam"

"enggak sampai lo maafin gue"

nana diam.

"maaf"

bahu nana masih bergetar. hyunjin diam kemudian beranjak memeluk nana. dia paham kalau nana masih belum menerima kata maaf. karena itu dia memberikan pelukan hangat supaya gadis itu tenang.

...

jiha berjalan keluar gerbang. menemukan jeongin lagi disana. pria itu masih belum menyerah. jiha menghela napas. baik, dia akan membicarakan semuanya ke jeongin hari ini.

"kaka nunggu yuna?"

jeongin tersenyum ketika jiha berada di depannya.

"enggak, gue nungguin lo"

"ayo"

jeongin pengen ngambil tangan jiha tapi langsung dijauhkan oleh sang gadis. senyuman jeongin sedikit luntur.

"kita ke taman kota"

jeongin hanya menurut.

tidak perlu lama mereka sampai di taman kota. jeongin memarkirkan motornya kemudian berjalan berdampingan sama jiha disana. mencari kursi kosong yang bisa menampung mereka.

mereka duduk di kuris dengan es krim berbeda rasa di tangan masing-masing.

"enak?"

jiha mengangguk.

"enak"

jeongin senyum. dia tidak pernah bosan memperhatikan wajah cantik jiha. gadis disampingnya ini begitu membuat jeongin terpesona.

rambut hitam jiha jatuh. keluar dari barisan.

"lo cantik, jiha"

jeongin bergerak buat menyelipkan rambut jiha yang menutupi pandangannya. sementara gadis di sampingnya hanya diam. dia ragu. jeongin memperlakukannya dengan baik dan kalau boleh jiha jujur, dia mulai menaruh rasa pada yang lebih tua.

tapi, rasa itu terlarang. dia harus menghentikan sebelum menjadi semakin besar.

...

🖇FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang