13. Secret Room

581 107 17
                                    

"Kau menyuruhku menyelidiki Hyuna?" desis sebuah suara di ujung sambungan.

"Aish, aku meminta bantuan, bukan menyuruh, Jinx," ucap X membantah tuduhan lawan bicaranya yang entah berada dimana.

"Aku tidak ingin terlibat dengan perusahaan keparat itu, X. Kau tahu kan?"

"Secara tidak langsung, kau sudah terlibat. Kita bergerak di seputar mereka. Jadi mau tidak mau kita harus tahu rencana mereka sebelum kita berhasil menjalankan rencana kita. Bisa-bisa semua yang kita lakukan malah berakhir menjadi bumerang," bujuk X terburu-buru, sebelum Jinx mematikan sambungan mereka.

Jinx mendengus kesal. Rasanya ia ingin mengamuk, apalagi ia tahu kalau semua ucapan X benar. Jadi dia tidak bisa menyanggahnya. Hingga akhirnya ia terpaksa menyetujui dan mengatakan kalau akan ia yang menyelidikinya.

¤¤¤

June meraba dinding di hadapannya. Dirinya kini sedang berada di kamar tidur utama rumah Cynthia. Ruangan super mewah yang didominasi dengan warna pink dan kain berenda-renda.

Wallpaper nya berwarna soft pink dengan motif bunga-bunga, senada dengan tirai jendelanya yang menghadap ke halaman luas dan kolam renang.

Obsesi pink, bunga, dan renda Cynthia Koo sepertinya tidak berakhir sampai disana karena bahkan topi lampu tidur pun bermotif bunga dan berwarna pink, begitu juga kelambu dan bahkan sebagian besar baju Cynthia.

Pantas saja Lalice anti memasuki kamar itu, walau alasan terbesarnya adalah karena bau menyengat parfum basi yang tertinggal di kamar itu.

June bahkan hampir sakit perut karena tiba-tiba memproyeksikan tampilan Cynthia Koo, wanita paruh baya yang berpakaian seperti seorang remaja. Jahat memang, tapi June tidak peduli, toh Cynthia lah awal dari semua masalah anak-anak hasil percobaan.

"Lalice!" teriaknya diikuti bunyi kencang seperti kursi jatuh lalu setelahnya umpatan demi umpatan yang semakin kencang meluncur bebas ke telinga June.

"Yak! Suaramu itu sudah melebihi suara toa! Tidak bisakah kau memanggilku dengan nada biasa? Aku bahkan bisa mendengarmu jika kau berbisik sekalipun. Jarak antara kamar ... kamar?!" desis Lalice begitu menyadari kalau ia berdiri di depan pintu kamar keramat — begitu Lalice menyebutnya.

Tanpa pamit, Lalice berlari ke bawah menuju kamar mandi. Ia memuntahkan semua isi perutnya karena mencium bau parfum basi dari kamar Cynthia yang berkali-kali lipat jauh lebih menusuk karena kemampuan indra penciumannya yang abnormal.

"Are you okay?" Eunwoo terkejut menatap Lalice yang sedang menguras isi perutnya. "Tunggu di sini, akan kuambilkan minum," ujarnya sambil berlari ke dapur.

Lalice menghela napasnya dengan lega setelah meminum segelas air yang diberikan oleh Eunwoo yang menatapnya dengan tatapan yang tidak Lalice mengerti.

"Kau lupa meminum pil mu? Apa aku akan menjadi ayah? Ayo aku periksa. Wah aku harus memberi tahu June kalau dia akan menjadi paman," racau Eunwoo dengan tatapan berbinar, bersiap teriak memanggil June sampai Lalice membungkam mulut Eunwoo dengan tangannya.

"Jangan bermimpi di siang bolong, Mr. Cha! Aku tidak pernah melupakan pilku dan terima kasih karena kejeniusanmu, pilmu begitu manjur."

"Kau tidak ingin menjadi ibu dari anakku?" lirih Eunwoo dengan tatapan merajuk, membuat Lalice mendengus malas.

"Kau sungguh bertanya seperti itu padaku?" tanya Lalice karena tidak tahu harus menjawab apa. Tetapi karena Eunwoo sama sekali tidak menjawabnya, Lalice akhirnya berdiri. Setelah menutup penutup toiletnya lalu mendudukinya, ia menatap Eunwoo yang masih berjongkok di dekatnya menatap dengan tatapan yang sama.

The Angel of Death - EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang