16. Clash at District 132

517 106 7
                                    

Musim dingin malam itu, begitu parah. Salju yang menumpuk membuat orang enggan keluar dari peraduannya. Tetapi tidak demikian dengan beberapa orang berpakaian serba hitam yang mengendap-endap ke distrik 132 — tepatnya di daerah lingkungan yang ditakuti oleh masyarakat sekitar — meninggalkan jejak kaki yang dengan cepat tertutup kembali oleh salju yang sesekali masih turun.

Dahulu, di jaman ketika komplek yang berpenghuni hanya sepuluh kepala keluarga itu masih berjaya, hanya orang-orang berdarah biru beserta para maid dan butler merekalah yang bisa tinggal disana.

Memang tidak terlalu banyak. Tapi masing-masing rumah memiliki luas yang begitu besar dan semuanya bergaya Victorian.

Sebuah komplek yang dijaga sangat ketat, bahkan hanya orang-orang berijin khusus atau tamu yang diundang salah satu pemilik rumah yang dibolehkan masuk.

Karenanya, ketika perampokan dan pembunuhan mengerikan terjadi di salah satu rumah sekitar hampir tujuh puluh tahun yang lalu, semua warga di sekitar perumahan shock.

Keadaan semakin parah ketika di hari berikutnya penghuni beberapa rumah lain pun tewas mengerikan. Korbannya bukan hanya para bangsawan yang ada di sana, tetapi juga mereka yang bekerja di sana.

Polisi tentu saja berusaha sangat keras mencari siapa pembunuhnya namun, bagaikan hantu, mereka tidak mampu menemukan pembunuhnya. Sejak itu, bangsawan yang tersisa memilih pergi dari komplek itu dan rumor mulai berhembus tanpa filter yang entah bagaimana hanya pembunuhannya yang dibicarakan sedangkan perampokannya menguap begitu saja.

Hingga pada akhirnya orang begitu percaya kalau salah satu bangsawan disana melakukan perjanjian dengan iblis dan tidak mampu mengabulkan timbal balik perjanjiannya dengan iblis sehingga sang iblis marah dan membantai orang yang ada di komplek tersebut.

Di komplek yang sama itulah, yang kini di datangi oleh lima orang berpakaian hitam. Mengendap-endap dan bersembunyi di balik bayang-bayang dan kelamnya malam. Tujuan kelimanya hanya satu. Rumah bergaya Victorian yang berada di tengah komplek. Rumah yang menjadi markas Bleeding Heart.

Satu per satu, kelima orang itu berpencar, mengepung rumah tersebut. Mereka adalah Grim, salah satu kelompok elite organisasi dan mereka adalah front liner yang tidak suka membunuh seperti pengecut — bagi mereka membunuh dalam senyap adalah pengecut.

Skool berdiri di depan pintu antik yang terbuat dari kayu lalu mengetuknya dan berteriak memanggil Bleeding Heart untuk menghadapi mereka.

Benar, team yang menamakan kelompok mereka Grim memang segila itu dan Bleeding Heart pun tidak kalah gilanya dengan mereka.

Lolli, gadis bertubuh mungil yang masih terlihat seperti anak-anak walau usianya sudah 25 tahun sekaligus pemimpin Bleeding Heart membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Seakan mau mengatakan kalau ia tidak takut berhadapan dengan pria kurus penuh tattoo dan piercing menyeringai menatap gadis mungil yang memakai pakaian ala lolita.

 Seakan mau mengatakan kalau ia tidak takut berhadapan dengan pria kurus penuh tattoo dan piercing menyeringai menatap gadis mungil yang memakai pakaian ala lolita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Angel of Death - EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang