Prolog

1.2K 153 10
                                    

Seorang wanita cantik berwajah seperti boneka menatap sebuah gedung tua yang terlihat seperti sarang hantu di kejauhan, berlindung di kegelapan malam.

Berpakaian serba hitam, membuatnya seakan menyatu dengan sekitarnya.

Seorang lelaki tinggi berkulit putih dengan wajah malaikat yang menggunakan pakaian hitam yang nyaris setipe dengan si wanita sedang memeluknya dari belakang dengan posesif.

Menimbulkan umpatan-umpatan tidak beradap oleh lelaki tinggi lainnya yang berwajah keras di samping keduanya.

"Can you please stop it?" protes si pria yang bernama June itu dengan mata memohon.

Sudah cukup baginya mendengar desahan dan melihat tak sengaja kelakuan kakak kembarnya dan temannya yang sedang bercumbu di jok paling belakang mobilnya di malam sebelumnya.

"Go find yourself a woman, my dear brother in law," desis Eunwoo sebelum mengecup leher kekasihnya, Lalice yang dijawab dengan umpatan panjang oleh June.

"So, kita akan tinggal disini atau hanya datang untuk mengacau kesana?" tanya Lalice sambil menunjuk gedung tua yang sedari tadi mereka perhatikan menggunakan dagunya.

"What do you think? Do you like this town? Kota ini tidak sebebas dan sebrutal New Neamh," tanya June melirik Lalice.

Bukan menjawab pertanyaan June, Lalice malah melepaskan pelukan Eunwoo pada pinggangnya lalu membalik tubuhnya,menghadap pria tampan dengan senyuman malaikat di depannya.

"Menurutmu, apa kita harus tinggal disini?" tanya Lalice mengecup singkat bibir Eunwoo, sedangkan June lagi-lagi mendengus kesal.

"Sepertinya menarik, kenapa tidak? kurasa tinggal selama beberapa bulan akan menyenangkan," katanya menatap lembut ke mata wanitanya.

June kembali mendengus sambil beranjak pergi menuju mobil mereka, diikuti Lalice dan Eunwoo yang sudah terbiasa dengan mood June yang buruk jika menangkap make love mereka tanpa sengaja.

"Kau sudah punya tempat tinggal?" tanya Lalice dari belakang punggung June.

"Hmm, sebuah rumah mewah tersembunyi milik Cynthia Koo," jawabnya yang kini disertai seringaian dan kilatan mata yang menyeramkan.

¤¤¤

Mingyu menggebrak meja kopi di hadapannya dengan marah. Ia beru menyadari kehilangan targetnya setelah dua hari kasus Sullivan terjadi.

Jemarinya dengan lincah menghubungi seseorang melalui ponselnya sambil berjalar hilur mudik tak sabaran di apartemen studionya yang berada tidak terlalu jauh dari kantor polisi tempatnya bekerja.

"Hallo, sir?" jawab suara pria yang berada di ujung lain.

"Temukan jejak ketiga kelinci itu! Gunakan otakmu! Laporkan padaku secepatnya," cerocos Mingyu kesal.

"Tapi sir, semua data mengenai mereka menghilang, bahkan data yang kau kirimkan melalui email juga menghilang. Kami kehilangan satu-satunya informasi tentang mereka....tapi tenanglah, kami sudah memanggil Z untuk menggambar raut wajah mereka," jawabnya cepat ketika nafas berat Mingyu terdengar di telinganya, sebelum atasannya itu benar-benar memaki dan membunuhnya.

"Lakukan dengan cepat!" desis Mingyu menutup sepihak sambungannya lalu melemparnya asal ke sofa miliknya lalu beranjak ke arah kulkasnya, mengeluarkan sekaleng beer dan meminumnya dengan cepat.

Ia harus mendapatkan mereka, pikirnya. Ia akan mengejar mereka dimanapun mereka bahkan hingga ke ujung dunia pun, tekadnya.

¤¤¤

The Angel of Death - EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang