Semua terasa berbeda hanya dengan mendapatkan nomor telpon pria China yang selama ini diincar Charlotte untuk diselidiki. Ia membuka ponselnya dan melihat-lihat foto Seven yang begitu banyak. Betapa hangat hatinya ketika ia melihat senyuman Inseong yang tak sengaja ditangkap kameranya, maupun kamera paparazzi.
Tidak ada yang tidak berubah... Semua berubah baginya. Mulai dari keseharian, hingga kebiasaan. Eunsang masih jarang ada di rumah, saat ia mengunjungi pemakaman Scarlett, Eunsang sudah mengunjunginya lebih dulu. Jelas, ia menemukan banyak bunga disana. Apakah JooHa? Charlotte tidak berpikir kesana.
Dan disisi lain, Xu De Hao merasa kebingungan dengan anaknya, Minghao yang semakin hari semakin rajin berdoa dan itu berlangsung lama. Tebakan jitu Hao mengatakan.. "Anak ini pasti meminta Tuhan mempertemukanku dengan adik Scarlett..".
Terkadang Hao ingin mengajak Ming untuk pergi ke tempat bermain agar tidak terus berdoa, karena ia merasa ditekan agar cepat menikah. Ayolah.. Aku tampan dan aku masih muda.. Batinnya.
Pagi ini saatnya Hao kembali bekerja di mansion Kim. Kabar yang ia dapatkan dari para maid adalah, kini mansion itu dikelilingi oleh garis polisi. Mansion yang hektaran... Oleh garis polisi. Baiklah, tidak bisa dibayangkan berapa banyak garis polisi yang diperlukan. Dan kabar yang ia dapatkan dari Ingui, ayahnya kini jarang di rumah.
Tebakan jitu Hao mengatakan bahwa ayah Scarlett juga jarang di rumah, kenapa ia tahu? Karena ia sering melihat ayahnya berdiam diri di dekat sungai belakang sebuah pabrik. Terkadang ia ingin menemuinya, tetapi hatinya berkata tidak.Xu De Hao_Jerry
Aku menyiapkan sarapan dengan bahan seadanya karena aku lupa pergi ke swalayan untuk membeli kebutuhan. Akan kubeli sepulang dari mansion. "Sarapan sudah siap, Ming ambil kemari.." Perintah ku pada Ming yang sedang fokus bermain game. Entah lah game burung marah..
Kemudian Ming menyusulku dan membawa piring yang sudah ku siapkan dengan makanan. Masih terfokus game nya, Ming mengambil ujung gelas dan piring di tangan yang sama, sang pengabdi sirkus.
"Ming berhati-hatilah. Jika jatuh, aku belum membeli bahan lagi." Ujarku pada Ming. Dan bagusnya ia sampai di meja makan dengan selamat. Aku menyusulnya sambil membawa piring ku dan piring ayah, kemudian aku membawa dua buah gelas berisi air.
Kemudian ayah datang sudah berpakaian lengkap. Menggunakan tuxedo dan jas yang membuatnya terlihat formal. Sedikit informasi, pekerjaan ayah adalah sebagai direktur di suatu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga besar Xu . Yang pasti, perusahaan itu hanya mempekerjakan orang-orang yang memiliki keahlian khusus di dalamnya. Dan aku? Mungkin aku hanya asisten privasi keluarga Kim, tetapi aku memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarga kim. Karena Pekerjaanku yang sebenarnya adalah, pengendalian sekte Xu Korea. Dan sebenarnya, menjadi asisten adalah tantangan tertinggi dari Xu, karena orang yang mengemban diwajibkan siap menanggung segala kebutuhan keluarga yang diintai. Dan aku menjadi asisten karena aku mengintai, bukan karena aku mau akan pekerjaan itu.
Jujur saja, menyenangkan menjadi asisten keluarga Kim yang gila jabatan itu. Setiap harinya ada masalah, dan orang yang mengemban masalah itu pastilah aset utama perusahaan, Inseong Kim. Terkadang Ingui bercerita padaku akan keinginannya untuk membebaskan kakaknya dari semua itu, namun ia hanyalah seorang anak biasa. Walaupun ia kaya.
Ayah berdeham, aku dan Minghao mengalihkan perhatian pada ayah. "Hao.." Aku melirik ayah, ayah membetulkan posisi duduknya menjadi tegak. "Apa ada yang mau kau ceritakan soal kemarin?.." Tanya ayah penuh selidik. Aku melihat ke arah Ming dan tatapannya seolah mengatakan bukan aku yang melakukannya.
"Kemarin?... Ya.. Seru!, aku bertemu dengan Inseong walau hanya foto nya saja dan di--" "--bukan Inseong!" Potong ayah. "Sangat terlihat jika pikiranmu sedang berusaha membuat cerita tentang hari kemarin. Kau bertemu adik mendiang nona GaEun?" Tanya ayah. Awalnya aku ingin memasukkan sesendok nasi ke mulut ku, tetapi aku menghentikannya tepat di depan mulutku ketika ayah berbicara seperti itu. Aku menurunkan sendok.
Menghela nafas sebelum memulai cerita panjang ini. "Jangan berkata apapun soal ini ke sekte karena aku sudah menceritakannya pada JooHa"
Ayah mengangguk mendengar perkataanku. "Huh... Kemarin aku berkata kepada ayah bahwa aku dan Ming akan pergi ke pemakaman. Itu betul. Di perjalanan, Ming berbincang denganku tentang kehadiran seorang ibu. Aku mengerti kode apapun yang Ming berikan padaku. Ming menanyakan ibu berarti Ming bertanya kapan aku akan menikah.
Kemudian aku berkata pada Ming bahwa... Saat di pemakaman nanti, mari meminta Inseong untuk membujuk Tuhan agar segera mempertemukanku dengan jodoh ku.. Ya.. Hampir seperti itu. Dan Ming memang pasti dengan ucapannya. Ia benar-benar meminta Inseong membujuk Tuhan. Dan tebakan Ming, gadis yang akan menjadi istriku kelak, tengah berjalan ke arah kami dengan tujuan yang sama kala itu. Aku berpikir bahwa Ming hanya bercanda dengan ucapannya, karena tebakan jitu seseorang tidak dianggap serius ketika orang itu mengatakan tebakan jitunya... Namun adik Scarlett datang dan menjatuhkan buku yang ia bawa di belakangku..." Aku berhenti karena lelah. Ayah masih menunggu kelanjutan ceritaku.
Aku menghela napas lagi "aku berbalik ke belakang dan ternyata itu adik Scarlett. Dan Ming bilang kepadaku bahwa tebakan jitunya tepat. Baiklah, aku mengakui keterampilan anakku. Kemudian nona Moon meminta nomor telpon ku dan ia mengajakku bertemu..." Ceritaku panjang lebar. Kuharap ayah mengerti. "Kapan?" Tanya ayah. Aku mengangkat kedua bahuku untuk menjawab ayah karena sudah lelah berbicara. Kemudian ayah diam. Ming pun diam.
Ayah berdeham lagi, "gadis itu dari sekte Moon kan?" Tanya ayah. Aku mengangguk. Ayah kembali berbicara "jika ia memang dari sekte Moon, dan kau benar-benar menikahinya... Apa kau sudah siap hidup tanpa cinta?" Tanya ayah serius. Aku terdiam. Ayah benar.
Ming menghentikan bermain game nya. Kemudian menaruh ponsel dekat piring. Ia menggerlingkan mata, "papa, ayah sendiri yang bilang... Tidak apa-apa jika wanita itu menikahi ayah karena harta, asalkan dia menyayangiku.." Kemudian Ming sedikit tertawa dan diikuti oleh ayah yang tertular oleh Ming. "Ming, ayahmu memang masih tertinggal di masa sepertimu.." Jawab ayah pada Ming.
Ya, aku kaya meskipun tidak memiliki bahan pangan sesuai ekspetasi karena aku belanja sesuai kemauanku. Rumahku ada dimana-mana tetapi kuberikan pada gelandangan dan sebagian kujadikan tempat belajar bagi anak-anak yang tidak mampu sekolah. Aku memiliki black card walaupun ayah dan Ming tidak mengetahui hal itu. Penghasilanku pun di atas ayah Inseong yang merupakan bos perusahaan Kim.
Dan... Rumah kami? Tidak besar. Tetapi cukup untuk bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[🔚]Fallin Flowers (Jun x Tzuyu)
Random[COMPLETE☀︎] [JUNTZU CP] "Bunga berhak memilih kemana dan pada siapa ia akan jatuh" ucapan Scarlett sebelum ia mati, terus terngiang di kepalaku. Bertemu Xu De Hao,membuatku mencerna ucapan Scarlett yang awalnya tidak penting. Ya, orang yang kala i...