C9. CLUMSINESS

1K 36 0
                                    

#AuthorPOV

Tibalah kini hanya tersisa Rubby dan Red didalam ruangan, Rubby benar-benar merasakan suasana canggung sekarang.

Santai Rub, santai. Dia hanya pasienmu seperti yang biasa kau temui. Tidak usah canggung, sekarang ayo sapa dia. Rubby merapalkan segala ucapan dipikirannya.

Ia pun berdeham kecil, lalu menganggukkan kepalanya bermaksud mendukung dirinya sendiri. "Halo selamat siang, Mr.R." Rubby pun berjalan melangkahkan kaki jenjangnya kearah kursi yang tersisa yakni kursi membelakangi pintu.

Red hanya terdiam memperhatikan pergerakannya itu, diseberang kursi terhalangi meja disana.

Rubby yang telah terduduk dikursinya pun, menatap Red yang sedang memperhatikannya disana. "Perkenalkan saya Dr.Rubby Steele, dokter yang akan melayani anda dengan senang hati. Bagaimana maukah anda berteman dekat dengan saya? Anda bisa memanggil saya Rubby atau terserah anda saja ingin memanggil saya apa. Saya akan menerimanya." Rubby pun mengulas senyumnya saat setelah berbicara kepada Red disana.

Red melihat senyuman wanita itu, senyuman yang amat berhasil memukau dirinya seketika.

Sangat cantik, seperti namanya Rubby. Batu ruby. Yang cantik, mempesona, dan siapapun yang melihatnya akan terpanah dengan kilauan dari warna merah mudanya itu. tanpa Red sadar ia pun mengulas senyumnya, membalas senyuman Rubby tadi.

Dan Rubby pun yang melihat ulasan senyum dari Red itu berhasil tertegun pula diposisinya. Oh astaga, ia membalas senyumanku. Lihat betapa tampannya dirinya?! Harus aku apakan dirinya sekarang? Boleh aku membawanya pulang?. Rubby tersadar setelah perkataan batinnya yang terakhir itu.

Red seketika berdeham, ia pun beranjak dari kursinya lalu ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Rubby. Rubby yang melihat langkahnya yang semakin mendekat kearah dirinya pun hanya bisa diam tak berkutik. Hanya menunggu hal apa yang akan terjadi sesaat lagi.

Tenang Rub, lihat lengannya itu masih terikat. Dia tidak akan mencoba membunuh dirimu. Rubby bergumam dalam hati.

Red memberhentikan langkahnya tepat disisi kanan wanita yang sedang terpaku tatapannya hanya menghadap kedepan saja, tanpa berminat memalingkan wajahnya kearah samping untuk melihat kearah posisi Red sedang berdiri.

Red pun langsung mencondongkan tubuhnya kedepan, menghampiri ceruk leher Rubby. Rubby yang merasakan hembusan nafas dilehernya itu hanya bisa menahan desiran yang menggelitik dirinya dan ia berusaha menyembunyikan rasa gugupnya dalam-dalam.

Kondisi Rubby bisa dibilang terlihat cukup tenang dari luar, tetapi sebenarnya dalam dirinya sudah bergemuruh, hiruk pikuk seperti sedang peperangan.

"Bagaimana jika aku menjadi kekasihmu saja, Dokter? Hmm" Red mebisikkan kalimatnya itu dengan nada yang sangat terdengar sensual.

Sementara Rubby diposisi duduknya yang diam tak bergeming medengar suara dan kalimat yang Red lontarkan seperti itu pun sukses membuat darahnya berdesir lebih cepat dari sebelumnya, jantungnya pun berdetak tidak normal seperti biasanya. Suaranya itu sangat memabukkan untuk dirinya. Sangat berat, seksi dan ya.. terasa panas.

Rubby pun memberanikan diri memalingkan wajahnya kearah Red, seketika tatapan mereka pun bertemu. Antara manik light grey dan manik ocean keabuan redup itu.

Setelah masing-masing dari diri mereka terpukau dengan manik mata lawan bicaranya, Rubby pun memutuskan membuka suara. "A-apa yang kau maksud?"

"Hmm? Benarkah, kau tidak mengerti dengan ucapanku?" Red menaikkan sebelah alisnya. Masih dengan posisi yang sama, Red yang mencondongkan tubuhnya kearah Rubby. Dan Rubby yang tanpa segan-segan masih berani menatap manik Red.

Rubby merasa tidak kuat sebenarnya diposisi seperti itu, jika melihat wajah Red dari jarak sangat dekat seperti ini sangat membuatnya tidak tahan, bulu alis yang tebal, bulu mata cukup lentik, manik mata berwarna biru laut tetapi agak sedikit keabuan, hidung yang sangat mancung, bibir seksi berisi dibagian bawahnya yang telah berhiaskan bulu-bulu halus yang mulai tumbuh disekitar dagunya itu, lalu yang dibanggakan oleh seorang wanita terhadap seorang pria adalah garis rahang yang tegas dan kokoh itu.

Rubby benar-benar memuja dirinya, sangat sempurna tanpa cacat sedikit pun, bahkan menurutnya ia adalah lelaki tertampan yang ia temui pertama kali. Sepertinya tuhan menciptakan dirinya saat sedang merasa bahagia.

"Bolehkah aku merasakan bibir pink seksimu itu?" Rubby terkejut dengan penuturan kalimat selanjutnya yang Red lontarkan lagi terhadapnya.

A-pa lagi katanya? Ia membuat pikiranku kacau. Beberapa menit yang lalu ia membuatku ingin menghantam wajah tampannya, tetapi sekarang ia membuatku sangat canggung lagi-lagi. Rubby terus menerus bergumam dalam hati.

"Hmm, maafkan aku jika membuat dirimu kesal, karena menyebutmu jalang si bodoh tadi. Aku hanya sekedar membuat ejekan untuknya saja." ujar Red yang membuat gadis cantik dihadapannya itu tertegun dan sedikit menggigit bibir bawah bagian dalamnya.

Oh, God- damn! Kau seharusnya marah Rub sekarang. Mengapa malah merasa dirinya bertambah manis saat meminta maaf seperti itu. Diriku benar-benar payah. Aku ingin meledak saja sekarang. Rubby hanya bisa terus menerus bergumam dalam hati saja dan menikmati manik mata Red dihadapannya itu, tanpa mau berucap sepatah kata pun karena ia merasa sedang diposisi melayang-layang.

Mengapa dirinya diam saja si, huh? Aku seperti bicara dengan seekor hewan saja. Mmm... tetapi tidak ada hewan yang berparas cantik dan seksi sepertinya. Lalu bisa membuatku seperti terkena candu seperti ini. Red berseringai akibat gumaman hatinya itu serta melihat Rubby yang diam membisu dihadapan wajahnya.

Red sudah tak tahan dengan posisinya sekarang, apa lagi dengan disuguhkan pemandangan wanita sempurna dihadapannya yang sedang tertegun tak berkutik, menatapnya seperti tatapan mendamba terhadapnya. Layaknya wanita-wanita lain diluar sana yang akan rela menyerahkan dirinya untuk Red.

Ia pun memejamkan matanya lalu mencoba mendekatkan wajahnya kearah wajah Rubby secara perlahan. Rubby yang melihat pergerakan Red seperti itu pun sudah memberi lampu merah terhadap dirinya, tanda bahaya. Jari-jari Rubby meremas gelisah bagian dress di pahanya, tetapi entah mengapa Rubby mengikuti hasratnya dengan memejamkan matanya. Red semakin mendekat, menghapus jarak antara dirinya dan Rubby.

Red berhasil mencapai permukaan bibir Rubby yang terasa lembut di bibirnya. Dan Rubby pun dapat merasakan deru nafas Red dipermukaan wajahnya. Lalu Red pun mencoba mulai melumatnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba, "Hmm... Mr.R."

Red merasakan bibirnya sudah tidak lagi bersentuhan dengan bibir Rubby, karena sang pemiliknya itu menariknya mundur begitu saja. Red pun dengan segan membuka kedua kelopak matanya yang terpejam, sesaat dirasa ia mengalami penolakan.

"Maaf aku tidak bisa seperti ini." Rubby berucap dengan tatapan memohon yang diarahkan langsung kearah sorot mata Red yang sekarang mulai menajam.

Ssshit! Are you fucking kidding me, babe?! Kau menginginkannya tapi mengapa kau semunafik itu? Dan aku, aku tidak pernah ditolak seperti ini oleh seorang wanita manapun, dan kau beraninya?! Arghhh...
Red terus menerus menggerutu dalam hatinya.

"Okay." Red menegakkan posisi tubuhnya kembali, ia pun berjalan menuju kursinya dimana tempat dirinya tadi terduduk. Ia merasa kesal dengan ulah Rubby seperti itu, bagaimana bisa hasratnya yang sedang menggebu-gebu ditolak dengan sangat munafiknya. Red tahu, Rubby pun menginginkannya tapi mungkin dirinya lebih memilih logika dibanding hasratnya itu.

Wanita selalu saja membuat sesuatu menjadi rumit. Red pun terduduk kembali dikursinya, lalu ia menatap tajam kearah Rubby disana.








___________________________________________

📍Harus tinggalin jejaaaakkk
📢HARUS. Vote⭐ & Comment👌

POKOKNYA AUTHOR TERUS MAKSAAAAAA HEHE 😘

biar author semangat nulis chapter2 selanjutnya, jadikan sering update gitu ekek

SLAVE LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang