C12. DEAL

885 31 2
                                    

Kriingg... kriiingg...

Rubby mengerutkan kedua alisnya saat mendengar bunyi suara yang mengganggu aktivitas tidurnya itu, lengan ia pun segera terulur meraba-raba nakas kecil yang berada disamping kanan tempat tidurnya itu, mencari sumber bunyi yang berani menggema memekakkan kedua telinganya.

Saat dirinya menemukan benda yang terasa bergetar digenggaman, Rubby pun menariknya kehadapan wajahnya itu lalu ia mengerjap mencoba membuka perlahan kedua matanya yang masih setia terpejam.

Rubby mendengus kesal, dengan segera dirinya mematikan jam wekker yang menunjukkan pukul 05.25 AM itu. Lalu ia menaruhnya kembali keatas nakas kecil disamping tempat tidurnya tadi.

Rubby pun bangun dari posisi tidurnya menjadi terduduk, ia meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal dan ia pun mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan bermaksud untuk sedikit menghilangkan rasa kantuk yang masih mengelilingi dirinya. Setelah kesadarannya dirasa sudah mulai kembali, ia pun turun dari tempat tidur dan melangkah dengan terseok-seok kearah kamar mandi.

"Ahh. Mengapa aku masih merasakan kantuk sekali seperti ini, tidak seperti biasanya." Rubby mengelus belakang lehernya itu secara gusar.

Rubby pun sampai didepan wastafel yang diatasnya terdapat cermin itu, ia langsung memutar kran air dan mulai membasuh wajahnya. Setelah selesai ia pun melanjutkan dengan menggosok giginya seperti biasa, agar tidak merasa risih saat sarapan nanti.

Setelah semua yang ia lakukan saat bangun pagi seperti biasanya selesai, ia pun melangkah menuju dapur, sambil mengikat rambutnya dengan asal. Rubby mulai membuka segala paper bag yang masih tergeletak diatas meja pantry, membalut sayuran yang ia beli kemarin malam di pusat perbelanjaan bersama dengan Jessy.

Ia mulai menata segala jenis bahan tersebut untuk melengkapi dapurnya, seperti telur dan sayuran hijau lainnya yang ia taruh di lemari pendingin dan juga mengisi segala tempat-tempat bumbu di dapur.

Rubby pun mengambil satu telur lalu membawanya menuju kompor. Dengan segera ia memanaskan wajan dan memecahkan telur tersebut lalu mulai memasaknya, menurutnya ia akan membuat sarapan berupa scrambled eggs yang akan ia padukan dengan sebuah roti selai dan susu hangat.

Setelah segalanya telah terhidang dengan rapi diatas meja makan, Rubby pun mulai memakan hidangan tersebut satu persatu. Rubby mengunyah dengan tempo seperti biasanya, ia pun menolehkan wajahnya kearah jendela yang berada disisi kirinya, memperhatikan sang fajar yang bersiap akan menyinari bumi dengan cahayanya yang terang.

Rubby mulai membawa pikirannya untuk mengembara, yang ia mulai dari memikirkan bagaimana nanti nasib kehidupannya mengenai percintaan, seperti apa sosok yang nantinya akan bersedia melabuhkan dirinya di dermaga hatinya itu.

Rubby pun kembali teringat saat pertemuan dirinya dengan Red kemarin, sekaligus pertama kalinya bibirnya itu menerima cumbuan oleh seorang lelaki, lalu pertama kalinya pula ia merasakan gelenyar kenikmatan yang ia rasakan saat tangan Red berani meremas kedua payudaranya yang sintal itu.

Rubby merasakan dirinya itu, ingin menjatuhkan terus menerus tubuhnya pada lembah kenikmatan yang diciptakan oleh seorang Red. Dari pertama kali ia menatap manik mata ocean keabuan redup itu, Rubby merasa ada yang aneh pada dirinya. Mungkin bisa dibilang pada hatinya.

Ketika Rubby mengunyah terakhir untuk sebuah roti yang beroleskan selai, Rubby pun mengusap lembut lehernya, lengan yang yang satunya pun meraih segelas susu yang telah tersisa setengah itu dan meneguknya secara perlahan.

Tetapi tiba-tiba Rubby teringat sesuatu yang membuat dirinya menghentikan aktivitas minum susunya itu, ia melebarkan pandangannya. Tanpa berpikir lama ia pun menaruh gelas susu yang tersisa sedikit lagi itu keatas meja makan. Dan ia segera mengambil langkah tegas menuju kamarnya.

SLAVE LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang