(Flashback on)
Suatu hari di pagi hari yang cerah, seorang anak laki-laki bertubuh tambun yang sudah memakai seragam lengkap untuk dirinya pergi bersekolah pun menuruni tangga dengan jiwa yang amat bersemangat, usianya sekitar delapan tahun, dan kini dirinya sedang menempuh pendidikan elementary school.
Sesampainya ia di dapur, dirinya pun menaruh tas ransel sekolahnya di kursi meja makan yang akan ia tempati untuk sarapan nantinya.
"Hai, Mommy." teriaknya menyapa seseorang yang sedang berkutat dengan wajan penggorengan yang sedang memanas di depan sana.
Seseorang yang dipanggil dengan sebutan 'Mommy' itu pun menolehkan wajahnya kearah belakang dimana sumber suara itu berasal. Ternyata pemilik suara itu putra tunggal tercintanya, yang sudah terlihat sangat tampan saat ini menurutnya.
"Oh Hai, My Honey Dominic. Kau sudah siap untuk berangkat sekolah?"
"Tentu, Mom. Seperti biasanya aku selalu bersemangat jika ingin berangkat sekolah, walaupun nanti sampai di sekolah semangatku itu memudar." Anak laki-laki bernama Dominic itu pun melangkahkan kakinya mendekat kearah Mommy-nya.
Sang Mommy yang melihat putranya akan menghampiri dirinya pun segera menunda kegiatan masaknya itu dengan mematikan kompor yang sedang menyala. Wanita cantik penuh kelembutan itu pun berjongkok menumpukan kedua lututnya dilantai untuk mengimbangi tinggi badan Dominic yang saat ini sudah berada dihadapannya.
"Honey. Kau tidak boleh seperti itu, saat di rumah ingin berangkat maupun sampai ke sekolah kau harus tetap selalu bersemangat." Sang Mommy pun mengelus sayang rambut anak laki-lakinya itu.
"Entahlah sepertinya itu sulit untuk dilakukan, Mom. Di rumah dengan disekolah sangatlah berbeda suasananya, saat di rumah aku memiliki teman yaitu dirimu dan Dad. Saat disekolah? Tidak ada satupun. Mereka lebih senang mengejekku 'si gembul' dibanding menjadikan aku sebagai teman main mereka."
Akibat dari lingkungan sosial di sekolahnya seperti itu, Dominic menjadi seseorang yang memiliki kepribadian selalu memilih melakukan suatu hal hanya dengan seorang diri. Dirinya yang selalu diejek oleh teman-temannya akibat memiliki tubuh berisi bisa dibilang tambun, menjadi sosok yang risih jika ada seseorang yang mendekatinya selain orang tua atau keluarga dekatnya, ia lebih suka menyendiri, bahkan duduk dikelas pun ia memilih untuk sendiri, jika di sekolah saat istirahat dirinya lebih senang pergi ke taman belakang sekolah yang memiliki suasana sepi ataupun ke perpustakaan untuk membaca buku dibanding dirinya itu memilih untuk pergi ke kantin.
Bagaimana tidak mungkin dirinya itu tidak memiliki satu pun sosok teman yang akan bermain bersamanya jika waktu terasa senggang, jika yang seharusnya menjadi teman dirinya itu malah menjadi pelawak konyol yang menjadikan dirinya sebuah bahan lelucon untuk di bully, diejek dan ditertawakan.
"Bagaimana bisa mereka mengatakan dirimu itu 'si gembul'? Mereka itu memang tidak bisa membandingkan seperti apa yang besar dan seperti apa yang terlihat sangat pas. Jadi memang diri mereka saja yang tidak pandai, Dom. Dan kau ini kan lebih pandai dari mereka, mengapa kau menyimpan omong kosong mereka, huh?" tegas Sang Mommy dengan nada yang masih terdengar lembut sambil membenarkan dasi anak laki-lakinya itu.
"Benar juga ya katamu, Mom." seulas senyum bahagia terbentang di wajah Dominic untuk Mommy tercintanya itu.
"Tentu saja, jadi kau harus tetap bersemangat okay. Tidak boleh terlihat murung seperti tadi saat mengatakan dirimu tidak semangat jika disekolah. Biarkan mereka yang berkata tentangmu itu apa saja, asal kau tidak boleh meniru buruknya mereka itu. Mom yakin suatu saat kau akan mendapatkan sahabat, bukan lagi hanya seorang teman."
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE LOVE [ON GOING]
Fantasy⚠️ROMANCE ADULT & VERY MATURE CONTENT 21+⚠️ •Dr.Rubby Steele, wanita cantik, bertubuh sintal nan padat, bersurai blonde panjang hingga punggung dan pemilik manik mata light grey ini adalah seorang dokter psikiater. Suatu hari, ia dipindah tugaskan...