7.3 VVIP

9 0 0
                                    

Kami baru saja kembali ke posisi masing-masing setelah istirahat salat dan makan siang. Rian berjalan terus menuju teras untuk menepikan karton bertuliskan 'ISTIRAHAT' kemudian duduk pada kursi yang tersedia di depan toko. Sedang aku langsung menuju tempat jagaku seperti biasa. Meja kasir masih kosong, Pak Bos memilih memantau pekerjaan bagian Chandra dan Ilham yang memang banyak orderan akhir-akhir ini.

"Selamat datang." Suara ramah Rian terdengar.

Aku berdiri, bersiap menyambut dan melayani pelanggan yang baru masuk. Rian juga tampak berjalan menuju tempat berjaganya.

"Bos ke mana?" Si pelanggan bertanya sebelum aku membuka mulut menanyakan keperluanya.

"Pak Bos di dalam," jawabku ramah.

Dia mengangguk lalu mengalihkan pandangan pada rak souvenir di belakangku.

Aku melihat pada Rian, mencoba menanyakan tentang pelanggan dengan isyarat mata.

Rian menjawab dengan isyarat jempol yang ditempelkan di atas kepala, artinya orang yang berdiri di depanku ini adalah orang terdekat dari Pak Bos atau pelanggan VVIP.

Aku mengangguk lalu mencoba terus memasang senyum-sok-ramah di depan pelanggan.

"Nggak ada barang baru, ya?" Si pelanggan memajukan bibir dengan pandangan masih fokus pada jejeran souvenir. Setelah puas melihat-lihat, dia beralih menatapku lalu tersenyum kecil. "Pegawai baru, ya?"

Aku mengangguk kecil dan menjawab, "Iya."

Dia ikut mengangguk. "Panggilkan bosmu, saya mau bicara langsung sama dia," titahnya.

"Baik, sebentar, ya," jawabku lalu berjalan menuju area percetakan.

Setelah Pak Bos dan si pelanggan keluar bersama, Rian mendekat dan duduk di sampingku. "Tandai mukanya, Kak. Beliau salah satu pelanggan tetap toko ini. Punya koneksi juga sama pejabat kabupaten sini."

Aku mengangguk mengerti. Artinya lain kali aku harus jaga sikap jika berhadapan dengan orang itu.

Diary Anak RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang