5.4 Chandra

7 1 0
                                    

Beralih pada penghuni bagian percetakan. Pada sisi ini selalu terjadi kebisingan yang kadang tidak bisa dikendalikan. Bukan dari mesin cetak yang terus bekerja sesuai perintah dari operatornya, melainkan dari musik keras nan syahdu yang menjadi pengiring sang operator.

Namanya Chandra, penganut aliran musik dangdut garis keras. Seolah ingin membawa kami mengikuti alirannya, Chandra dengan sengaja membawa speaker portable untuk meninggikan lantunan musik dangdut dari ponselnya. Dan para rekan kerja pun sudah maklum dengan kelakuannya itu. Mungkin juga karena lelah menegur dan mengeluh padanya.

Aku tidak keberatan dengan musik dangdut. Beberapa bahkan menjadi favoritku. Tapi, rasanya tida semaniak Chandra. Bisa kupastikan jika daftar lagu yang mengisi playlist ponselnya dipenuhi lagu dangdut hanya dengan melihat reaksinya saat mendengar lantunan musik dangdut. Meski tangan dan matanya fokus pada pekerjaan, pinggul hingga kakinya senantiasa bergoyang mengikuti irama musik. Cukup menghibur.

"Dangdut is the music of our country, Bro," jawabnya suatu hari sambil memukul meja saat aku menanyakan alasan dia menyukai dangdut.

Aku hanya menanggapi dengan mengangguk dalam.

"Banyak pesan yang bisa kita dapatkan dari ragam lirik lagu dangdut. Kau tahu lagu—"

"Sudah. Waktu istirahat sudah habis, kembali bekerja." Adi memotong kalimat Chandra lalu berlalu menuju ruangannya.

Chandra berbalik dan menatapku lekat. "Lain kali kita bahas lebih mendalam lagi, Bro," ucapnya sambil mengepalkan tangan seolah akan melakukan perjuangan besar.

Aku mengulas senyum untuknya dalam hati meneguhkan diri untuk menjaga jarak darinya selama masa istirahat jika tidak ingin direcoki dengan filosofi lirik lagu dangdut.

Diary Anak RantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang