*Bother;-1*

13.9K 638 19
                                    

Telingaku memang tak dapat mendengar suara.

Tapi mataku masih berfungsi untuk melihat.

Hidungku masih berfungsi untuk mengendus.

Bibirku masih bisa bergerak untuk berbicara.

Lalu kenapa, kamu masih mencoba berbohong dengan lisanmu?

Kenapa, kamu masih berbohong dengan gerakmu?

Tak perlu pura-pura jika sedang di dekatku.

Karena aku tau semua yang ada padamu adalah palsu.

"Dewa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dewa!"

"Dewa!"

"Dewa, main, yuk!" seru dua orang berbeda gender tersebut dari luar pagar rumah Dewa.

Dewa menyibak tirai kamarnya yang menghalangi kaca. Memberi isyarat pada kedua temannya untuk menunggu sebentar. Cowok itu mengambil note kecil dan bolpoin di atas meja belajar. Mengambil jaket yang menggantung di balik pintu dan segera bergegas turun.

Suara langkah kaki yang tergesa membuat Arumi menoleh dan menunda sejenak kegiatan mencuci piringnya.

"De, vitaminnya sudah diminum, kan?" ucapnya sedikit berteriak. Dewa berhenti di ruang tengah, cowok itu berbalik. Kakinya melangkah menuju sang bunda. Secepat kilat anak itu mencium pipi bunda dan menyalami tangannya.

Arumi menahan tangan Dewa saat anak itu akan pergi. "Vitaminnya sudah?" Dewa mengangguk.

"Hati-hati jangan capek-capek," kata Arumi memperingati. Pasalnya Dewa itu sedikit bandel dari pada anak pertamanya.

Anak itu tersenyum manis dan mengangguk. "Dewa main dulu. Assalamu'alaikum," ucap Dewa berpamitan, sebelum akhirnya tubuh kecil itu menghilang pada tembok pembatas yang menghubungkan antara ruang tengah dan depan.

Arumi menghela napas dan tersenyum kecil. "Wa'alaikumussalam," timpal Arumi seraya memandang udara kosong yang tak lagi menampilkan tubuh kecil Dewa.

Dewa menyimpan note dan pulpennya di saku jaket. Kemudian cowok itu mengambil sepeda yang terparkir di garasi. Dewa menuntunnya sampai depan pagar menghampiri Judha dan Pesona yang sudah menunggu.

"Mau kemana?" tanya Dewa pada kedua temannya.

Raut wajah Judha terlihat seperti tengah berpikir. Pesona yang gemas pun menempeleng kepala Judha.

"Sok mikir aslinya aja zonk," celetuk Pesona, kemudian gadis itu tertawa saat melihat wajah cemberut Judha.

Cewek jadi-jadian yang satu ini memang sangat menyebalkan menurut Judha. Dia saja heran bagaimana bisa berteman dengannya dari kecil sampai sebesar ini.

BotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang