*Bother; 6*

3.6K 294 49
                                    

Dua hari tanpa kehadiran Dewa rasanya ada yang hilang. Jhewa memang baru mengenal anak itu tapi rasanya aneh saja ketika tidak ada suara bising yang membuat Jhewa jengah dan selalu mencak-mencak setiap saat.

Gadis itu mendengkus, teman-teman satu kelasnya terlihat sangat ambisius dan individualis. Mereka begitu serius mendengarkan Pak Karim yang tengah menjelaskan materi di depan. Jhewa menyangga kepala dengan tangan kanannya. Tangan kirinya asik memainkan skeatboard mini yang ia bawa.

Tak lama terdengar kursi di samping Jhewa berderit. Dengan sumringah gadis itu menengok ke sumber suara lalu ekspresi datar lah yang terlihat setelahnya.

Senyum konyol Judha menyambut netra membuat Jhewa mencebik tak suka.

"Pasti lo berharap kalau gue Dewa, ngaku lo," kata Judha dengan sedikit guyonan.

Jhewa tertawa sumbang. "Pertama lo pede banget, kedua nggak usah sok tau, ketiga pergi lo! Gue suka alergi kalau liat orang nggak cakep."

Judha menatap tajam dengan hati dongkol. Ini maksud Jhewa dia jelak gitu?

Tadinya Judha mau melawan, tapi sepertinya percuma. Pasti dia yang akan kalah. Masih ingatkah dengan pepatah jika cewek selalu benar. Nah, dan itu berlaku untuk cewek jadi-jadian seperti Jhewa. Baiklah  Judha akan mengalah dulu untuk saat ini.

"Lo ngatain gue jelek?" kata Judha kemudian.

"Gue cuma bilang nggak cakep. Tapi, kalau lo sadar diri bagus, deh. Jadi nggak usah gue perjelas," kata Jhewa acuh.

Dalam hati Judha menggerutu dulu Mama gadis ini ngidam apa, deh. Kenapa anaknya bisa menyebalkan seperti ini.

"Nanti pulang sekolah gue mau jenguk Dewa. Nggak ngajak lo sih, cuma mau bilang aja. Tapi, kalau lo mau ikut boleh lah biar rame."

Kadang Jhewa tidak mengerti dengan orang yang duduk disebelahnya saat ini. Judha terlalu tidak jelas menurutnya. Kadang ketus, kadang galak, kadang nyebelin, kadang baik, nano-nano banget hidupnya. Kok bisa Dewa berteman dengan orang aneh macam Judha. Ngatain orang aneh padahal sendirinya pun sama saja.

Apa tadi kata Judha. Nggak mau ngajak tapi ujung-ujungnya ngajak juga, 'kan?

Sebenarnya Jhewa ingin ikut. Tapi, gengsi sama teman-teman Dewa yang lain. Apalagi sama Pesona gadis itu terlihat  memancarkan aura permusuhan dengannya. Mungkin karena awal pertemuan mereka diawali dengan kejadian yang tidak baik. Ya, mungkin.

"Ma ...." Belum selesai Jhewa berucap  suara tegas Pak Karim terdengar tegas.

"Judha Bagaskara! Kembali ke tempatmu." Kalimat yang terucap dengan tegas itu membuat Judha terdiam dan mengangguk kaku. Cowok itu kembali ke tempat duduknya tanpa kata. Jhewa yang melihat itu tersenyum menang. Setidaknya nggak ada perusuh selain Dewa yang merecokinya.

Pulangnya, Judha, Pesona dan Wawan datang menjenguk Dewa di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pulangnya, Judha, Pesona dan Wawan datang menjenguk Dewa di rumah sakit. Tadinya Judha sudah mengajak Jhewa untuk yang kedua kalinya tapi gadis itu tetap menolaknya. Jhewa terlalu keras kepala dan Judha tak suka terlalu memaksa.

BotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang