Baskara di atas sana mulai meninggi seiring perputaran jarum jam yang tak henti mengalunkan detak-detak samar. Suara burung-burung yang bercicit merangkak masuk pada gendang telinga dan sedikit mengusik dua pemuda yang tertidur dalam satu tempat yang sama.Tirai yang sedikit tersibak membuat cahaya terang dari luar menelusup masuk ke dalam ruangan. Menyorot tepat pada wajah salah satunya.
Dewa mengerjap pelan. Sedikit meringis saat tangannya terasa kebas dan sedikit berat. Ia juga merasa ada sesuatu yang melingkar di perutnya. Dewa tak bisa bergerak, sempit. Ya, bagaimana tidak sempit kalau Biyu saja ikut tidur di sampingnya. Di atas brankar yang sama dengannya. Sebuah senyum melengkung tipis di wajah manisnya. Ia kira Biyu akan pergi lagi seperti sebelumnya.
Lama Dewa memandang wajah damai Biyu ketika tertidur. Sampai tak sadar jika ada sosok lain yang sedari tadi memperhatikan dari pintu yang sedikit terbuka. Ada getar cemburu yang terlihat kentara. Sorot tajam itu ia layangkan pada sosok lain yang masih terlelap di samping Dewa.
Sedikit takut jika sosok itu akan menggantikan perannya. Ia belum siap. Tidak boleh ada yang dekat dengan Dewa selain dirinya. Tidak boleh ada yang mendekati Dewa tanpa seijinnya. Dewa miliknya, hanya miliknya dan itu sudah paten.
Andaru kembali menutup pintu dan duduk termenung di depan ruangan Dewa. Rasanya seperti percuma ia minta pada kedua orang tuanya untuk cepat-cepat pulang karena khawatir dengan Dewa.
Sedangkan di dalam ruangan Dewa, Biyu mulai membuka matanya dan dengan cepat Dewa pura-pura kembali tertidur. Bisa bahaya kalau dia ketauan tengah memperhatikan Biyu sedari tadi.
Biyu langsung bangkit, menggaruk rambutnya asal dengan mata mengerjap pelan. Dia melihat Dewa yang masih terlelap di atas ranjang.
Pintu terbuka dari luar Biyu menoleh sebentar dan menemukan Andaru berdiri di sana dengan tatap tajam dan tangan terkepal. Biyu tidak peduli. Cowok itu menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja dan segera pergi dari sana.
Ketika tubuh mereka bersimpangan tak ada sepatah katapun yang keluar. Mereka hanya saling lirik dengan begitu tajam. Dewa mengintip, sedikit takut juga jika mereka berdua akan bertengkar di sini. Apalagi saat melihat tatap mata sang kakak yang menyeramkan.
Dewa sedikit bernapas lega saat tak ada baku hantam yang terjadi. Untung saja Abimanyu langsung pergi dan Andaru segera menghampiri Dewa.
Biyu menghisap rokoknya dalam-dalam. Bibirnya tersungging ke atas. Matanya menatap nyalang cowok di depannya. Setelah menghembuskan asap rokok dengan, santai. Dia membuang putung rokok tersebut ketanah dan menginjaknya dengan tanpa perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bother
Teen FictionDewa bahkan tidak pernah meminta apapun pada Tuhan. Bahkan ketika ia di tuding sebagai pembunuh ia hanya diam. Ketika di bully dia hanya diam. Ketika dunia tak menginginkan dirinya ada dia juga diam. Tapi, untuk yang satu ini bolehkah dia egois. Bo...