*Bother; 3*

5.3K 341 76
                                    

Nanti kamu akan merasakan rindu saat semuanya berlalu dan mulai hilang satu persatu.

Suara nampan yang beradu dengan meja membuat ketiga anak muda yang duduk di sana mengangkat kepala guna melihat si pelaku yang bersangkutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara nampan yang beradu dengan meja membuat ketiga anak muda yang duduk di sana mengangkat kepala guna melihat si pelaku yang bersangkutan.

Refleks tangan Pesona terangkat memegang kepala dan meremat pelan rambutnya. Mimpi apa dia semalam hingga hidupnya harus terusik oleh kehadiran makhluk yang tak sedap untuk dipandang ini.

"Hai Bro, gila lo tambah cakep aja, Wa." Dewa tersenyum menanggapinya. Lelaki itu berpindah menatap Judha yang duduk di samping Pesona.

"Judha my bro ...." Cowok itu menjulurkan tangannya mengajak Jhuda tos ala anak muda.

"Apa kabar, Bro?" tanya Wawan pada Judha.

"Gue baik. Lo sendiri gimana?" jawab Judha diiringi tanya. Jujur sebenarnya Judha sudah tidak sanggup menahan tawanya, tapi untuk menghargai Wawan dia harus berusaha bersikap normal.

"Hai, Ayang." Wawan melirik Pesona dan berkedip genit. Pesona hanya diam. Rasanya gadis itu ingin menendang wajah sok ganteng cowok di depannya saat ini juga.

Judha tak dapat lagi menahan tawa. Tak peduli dengan tatapan mematikan milik Pesona.

"Ayang pala lo kayang," sahut Pesona galak.

Tapi, manusia setengah waras seperti Wawan mana peduli. Lihat saja, bukannya takut kini cowok itu malah berdiri dari duduknya dan naik ke atas kursi. Judha dan Dewa saling lirik seolah bertanya melalui tatapan. Kemudian mereka saling mengedikkan bahu dan menunggu apa yang selanjutnya akan Wawan lakukan.

"Oy, semuanya dengerin Wawan mau bersyair!" seru cowok itu yang berhasil membuat meja mereka menjadi pusat perhatian.

"Atas Nama Cinta-Kahlil Gibran

Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun.
Cinta adalah kesesuaian jiwa
dan jika itu tak pernah ada,
cinta tak akan pernah tercipta
dalam hitungan tahun bahkan abad."

Sorak sorai dan teriakan menggema, bahkan Judha sudah terpingkal-pingkal di tempatnya. Dewa pun terkekeh dan menggeleng. Sedangkan, Pesona menyembunyikan kepalanya di kolong meja, malu.

"Ayang gimana aku keren, 'kan?" Wawan berbangga diri karena banyak yang bahagia mendengarkan ia bersyair.

"Pergi jauh-jauh dari hidup gue bisa nggak, sih." Pesona mulai kesal.

BotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang