Now Playing :
Menyimpan Rasa - DevanoAku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang CintaTapi mengapa
Kini denganmu
Aku Jatuh Cinta🌻🌻🌻
•••
"Kamu mungkin bukan tipe cowok romantis dan manis dalam berbicara, tapi satu yang ku tahu, caramu memperlakukanku benar-benar membuat jantungku berdetak dramatis."
•••
-Oleh Juleha untuk Romeo -A S A
🌻🌻🌻
REVANO tak henti-hentinya memutar bola matanya malas saat Peony terus saja berkicau tentang si pedagang sate di perempatan jalan dekat sekolah. Terhitung sejak Peony menolak makan di restoran pilihan Revano dan memilih makan Sate Ayam di pedagang kaki lima, gadis itu jadi amat bersemangat. Tampak nya, ia cukup kenal dengan penjual sate yang ia sapa dengan nama Mang Arya. Sebenarnya Revano tidak pernah makan di tempat ini, seumur-umur Revano tidak pernah makan di pinggir jalan, namun karena gadis keras kepala itu yang memaksa jadi ia menurut. Untuk pertama kalinya, gadis ini membuat Revano mencoba hal baru.
Kios Pedagang Kaki Lima lengkap dengan spanduk merah-oranye bertuliskan SATE MANG ARYA ini tampak tidak terlalu buruk untuk mencipta kenangan pertamanya makan di pinggir jalan. Revano mengikuti gadis di depannya yang sudah duduk di salah satu kursi plastik biru di meja paling pojok. Pandangan gadis itu tampak sangat bahagia, seperti baru saja memenangkan lotre, entahlah, kadang Revano merasa kecanduan membuat gadis ini tersenyum bahagia. Itulah alasan mengapa ia mau menyetujui acara makan kali ini berubah dari yang sebelumnya tertuju pada Restorant seafood bintang lima di pusat kota menjadi ke tempat yang cukup bising oleh deru motor jalanan.
Revano duduk tepat di depan gadis cantik itu. Mata sipitnya yang beriris hazel seolah menyapu pandangan menakjubkan di sekeliling, padahal hanya ada satu-dua pelanggan yang makan dengan lahap lengkap dengan anak kecil berusia sekitar lima tahun yang berjalan ke sana ke mari sambil menjunjung tusuk sate. Revano mendengus, kalau di pikir-pikir Peony memang selalu tersenyum oleh hal-hal sederhana. Seolah dengan kesederhanaan itu kebahagiaan akan mengiringinya.
"Waduh! Eneng Ryn, mari-mari duduk dulu." Mang Arya, laki-laki paruh baya dengan kaos putih polos dan sarung coklat latte itu tampak sumringah sekali.
Ia menghampiri Peony seolah menjumpai anaknya sendiri. Dan gadis cantik itu pun menyalami tangan Mang Arya tak kalah excited. Pandangan Mang Arya kini beralih pada Revano, cowok tampan dengan balutan jaket denim yang jauh dari tipikal daftar pelanggannya di tempat ini. Tampang-tampang orang gedongan, batin Mang Arya.
Dengan sopan, Mang Arya menunjuk pemuda itu dengan ibu jari. "Saha ieu neng? Pacarnya ya? Kesep pisan uy! "
"Gantina, anjeunna téh kakak kelas Ryn, Mang." Peony menjawab dalam bahasa sunda.
Mang Arya pun mangut-mangut seraya mengipas wajahnya dengan kipas sate. Pandangannya menerawang jauh setelah bergantian menatap Peony dan Revano. "Kalian kalo di liat-liat tèh seperti romeo dan juliet."
"Romeo juleha kali, juliet mana ada yang pesek, Mang." Revano langsung menyeletuk dan sukses mengundang pelototan tidak terima dari Peony.
Tak ayal gelak tawa pecah dari pria paruh baya berkumis tebal itu. "Hahahaha, bisa aja si kasep."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA
Teen Fiction"Tentang kita yang berbeda dalam memandang ASA." Seperti kelopak bunga khas tirai bambu yang teramat indah, begitulah paras Auryn Peony. Gadis ketua jurnalistik yang pemberani, tidak takut apa pun, dan selalu terlihat kuat. Hingga pada suatu hari P...