ASA 24

50 10 15
                                    

Tidak peduli akan kini, esok, lusa, dan selamanya.
Asa ku hanya berkutat dalam dirimu saja..

A S A

•••

I spent the night cycling with the most annoying person I fell in love with

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I spent the night cycling with the most annoying person I fell in love with.

- Auryn Peony

•••

PEONY, gadis cantik berbalut terusan denim celana di atas lutut itu tersenyum riang sembari sedikit mengintip ke kamar Revano yang terbuka seperempat. Sebenarnya ia ingin asal masuk seperti kebiasaannya selama hampir dua bulan ini, namun karena ia takut Revano sedang sibuk dan lupa menutup pintu alhasil Peony menjunjung tinggi kesopanan.

"Permisi."

Tidak ada jawaban. Peony curiga jika Revano tertidur di meja belajarnya, atau mabuk soal kimia. Gadis itu mulai berkeinginan memisahkan Revano dari pelajaran super mematikan itu.

"Kak Vano!" Teriak Peony lantang, khas gaya anak kecil yang menjemput temannya untuk bermain sepeda.

"Masuk,"

Peony mengembangkan senyumnya, gadis bermata sipit itu mendorong pintu jati di depannya perlahan dan mendapati Revano sedang duduk di meja belajarnya sambil menekuni laptop hitam berlogo terkenal. Cowok beralis tebal itu tampak amat sangat serius menatap layar laptop, bahkan ia tak perlu repot-repot mengalihkan pandangannya pada Peony.

"Eeh? Kirain lagi sibuk."

Terdengar hembusan nafas dari bibir merah pucat itu. "Emang, lo selalu bakat ganggu."

Peony tertawa lepas. Akhir-akhir ini ia memang sering tertawa karena menemukan sesuatu yang selama ini ia cari. Keluarga yang sebenarnya, hangat dan menyenangkan meski hanya berisi Papa Budi, Bi Ratih, dan Revano. "Seenggaknya ada bakatku yang Kak Vano akuin, aku jadi bangga Haha."

Dahi Revano berkerut. Jelas ia tidak sedang memuji seseorang namun respon gadis itu kelewat gembira. "Sehat?"

"Iya dongg! Kak pinjem flashdisk dong." Peony kini berdiri tepat di sampingnya, tentu saja bertumpu pada tongkat meski kakinya sudah tidak di gips. Hanya balutan perban putih sederhana.

Dagu Revano mengarah pada tumpukan buku siap UN di sampingnya yang di atasnya terdapat beragam flashdisk berserakan. "Itu ambil aja,"

Peony melirik kumpulan flashdisk itu dan mengambil yang bentuknya paling lucu, ah bukan flasdisknya tapi gantungannya. Gadis itu kini memperhatikan bandul huruf R di tali flasdisk kemudian beralih pada cowok di hadapannya yang masih memunggunginya. "Sibuk banget ya?"

"Hm, presentasi bio buat besok."

Peony berseru dengan intesitas suara tinggi. "Semangat! Kak Vano pastii bisaaa!"

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang