ASA 15

84 25 5
                                    

BAB 15

Now Playing :
Dusk till dawn, Zayn Malik & Sia


But you'll never be alone.
I'll be with u from dusk till dawn.
--

Tidak ada yang baik-baik saja saat
orang yang ia sayangi terluka, dan tidak akan ada orang yang baik-baik saja ketika kehilangan orang yang ia sayang.

••

A S A

A S A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SUDAH setengah jam lamanya, Vemila dan Kamal bolak-balik mengecek gudang tersebut. Namun hasilnya selalu saja sama. Nihil. Tidak ada tanda-tanda Peony di sana. Mila megacak rambutnya frustasi. Seharusnya ia tidak meninggalkan Peony sendirian apalagi kondisinya sepucat tadi. Mila benar-benar mengumpati dirinya sendiri. Ia memang tidak becus menjadi sahabat Peony, ia benar-benar menyesal.

Di lihatnya jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul setengah dua, dan kurang satu jam lagi bel pulang akan di bunyikan. Mila hampir membenturkan kepalanya sendiri ke pintu gudang itu saking depresinya.

"Mal ini mata gue gak rabun kan? Ini itu gudang LH, tapi Auryn gak ada." Rutuk Mila menunjuk ruangan tertutup di depannya.

Teman sekelasnya yang sedikit berisi itu mencoba menenangkan. "Iya Mil, iya. Emang Auryn gak ada, apa kita tanya Pak Ardi aja ya?"

"Aduh jangan deh Kamal, lo mau ngerusuh? Dari tadi bapak itu juga sensi sama kita-kita." Mila menggigit jarinya. Ia benar-benar panik dan tidak tahu harus apa.

Kamal sendiri tidak yakin jika Peony bisa petgi jauh-jauh setelah ia di hukum panas-panasan bolak-balik lapangan selama hampir satu jam. "Ya sapa tau kan Pak Ardi tau di mana Auryn."

"Minta bantuan sapa gitu kek?" Gadis berseragam olah raga itu mondar-mandir tidak jelas.

"Mang Jaja?" Tanya Kamal, seingatnya Mang Jaja biasanya suka mengelilingi area sekolah yang sangat luas ini. Maklum, sekolah mereka sekolah kompleks.

Mila menggeleng kecil. "Gue malah gak lihat Mang Jaja dari tadi pagi."

"Ayo kita mencar nyarinya!" Kamal menjentikkan jarinya. Cowok berperawakan tinggi dan berkulit sawo matang itu menunjuk ke barat. "Gue ke arah green house, lo ke lapangan."

"Boleh." Mila mengangguk setuju.

Pikiran Mila benar-benar kacau. Ia tak sampai hati membayangkan keadaan Peony bahkan setelah kakinya yang belum sembuh total itu di paksa berjalan. Peony memang kadang-kadang selalu meremehkan keselamatannya sendiri, dan Mila membenci itu. Sungguh, Mila sangat-sangat ingin memarahinya jika mereka sudah bertemu. Tapi, kemana Mila harus mencari gadis itu sekarang? Sedangkan hampir semua kelas masih sibuk dengan pelajarannya masing-masing.

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang