BAB 16
Now playing :
Helium, Sia•••
Gak ada yang salah dari air mata. Kesatria hebat sekalipun bisa menangis bukan karena ia lemah, tapi karena ia punya hati.
•••
A S A
•••
"PAK ARDI, saya mau bicara sebentar.""Revano, saya dan Pak Ardi sedang membahas program Green Club untuk sekolah kita. Nanti saja ya?" Tawar Pak Budi menenangkannya. Namun hal tersebut tak dapat menangkan Revano. Jelas sekali dari suara datar miliknya, ada sesuatu yang tertahan dan akan meledak dalam hitungan detik.
Revano menggeleng, ia menunjuk Pak Ardi tepat di wajahnya. "Gak bisa Pa, aku ada perlu saja orang ini."
"Jaga sikap Kamu, Vano." Pak Budi geleng-geleng kepala. Ia memang cukup pusing menghadapi anak sematawayangnya.
Pak Ardi masih bersikap sopan. Namun Revano menganggapnya hanya sebagai seorang penjilat. Pria paruh baya itu melihat Revano dengan wajah penuh senyuman. "Mungkin Revano memang ada perlu penting dengan saya Pak,"
"Baiklah, silahkan."
Revano berdiri tepat di depannya. Pria paruh baya yang menurutnya sudah membangunkan macan tidur. Revano benar-benar tidak suka di ganggu. "Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Bapak, di mana Auryn?"
Dahi Pak Ardi bergelombang. "Auryn? Mengapa kamu menanyakan hal itu pada saya?"
"Bajingan!" Umpat Revano tepat di depan wajah Pak Ardi.
Pak Budi berusaha menarik lengan putranya namun gagal. Tenaganya tak sebanding. "Revano! Tahan emosi kamu!"
"APA PANTAS SEORANG GURU MENGHUKUM MURIDNYA MEMINDAHKAN POT SEBANYAK ITU KE LAPANGAN DENGAN KONDISI KAKI CACAT SEPERTI ITU, HAH?!"
"Dia tidak mendengarkan perintah saya! Saya hanya mendidiknya supaya disiplin." Balas Pak Ardi tidak merasa bersalah sama sekali.
"Oh great. Atas nama kedisiplinan, bapak membuat punggung Kamal memar karena penggaris kayu. Atas nama kedisiplinan juga, bapak menyiksa adik kelas saya yang bahkan untuk berjalan saja ia kesusahan. Luar biasa!" Seringai buas tercipta di wajah Revano.
Pak Ardi tersenyum kecut. "Apa gadis sok pahlawan itu mengadu?"
Revano menarik kerah baju Pak Ardi. Emosinya di luar kendali. "Jangan pura-pura tidak tahu. Sekarang, jawab Pak, di mana Auryn?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA
Teen Fiction"Tentang kita yang berbeda dalam memandang ASA." Seperti kelopak bunga khas tirai bambu yang teramat indah, begitulah paras Auryn Peony. Gadis ketua jurnalistik yang pemberani, tidak takut apa pun, dan selalu terlihat kuat. Hingga pada suatu hari P...