ASA 20

92 22 14
                                    

BAB 20

Tidak dianjurkan membaca
bagi penderita diabetes!! ⚠️

    •••

I believe you
I believe in every word that you say
I love you all the way
Now I can swear
Love is not a game that children play
So tell me that you'll stay
‘Til I met you
I never knew what love was
‘Til I met you
This feeling seems 
to grow more every day
I love you more each day
 

  Til I Met You, Angeline Quinto

------

Kau membuat hidupku berubah menjadi lebih ber-Asa kala aku mengenalmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau membuat hidupku berubah menjadi 
lebih ber-Asa kala aku mengenalmu.

-Revano Sadewa-

▪︎ ▪︎ ▪︎

"RYN, lo mending nangis daripada diem kayak gini." Mila terus saja meracau di mobil. Untuk kali ini Revano mengijinkan Peony duduk di kursi belakang agar leluasa bercerita sesama sahabatnya. Namun yang Revano lihat sedari tadi hanya kecemasan Mila dan keterdiaman Peony. Kontras sekali.

"Ryn, liat deh, boneka lo lucu banget sih. Gue udah bawa semua barang dan foto di kamar lo. Lengkap, lo gak perlu sedih oke?" Mila mengambil salah satu boneka beruang dari tas dan memainkannya. Namun di detik berikutnya ia bertambah murung. "Ryn, senyum dong, gue tuh gak suka ya lihat sahabat terbaik gue sedih kayak gini. Lo udah merdeka oke? Gak akan ada namanya lo di babuin di rumah."

Revano sedikit banyak tersiksa menyaksikan keterdiaman gadis itu. Ia tentu tidak menyukai situasi ini. Revano jauh lebih menyukai Peony yang selalu berisik soal impiannya, yang selalu berani menerima tantangan dari siapa pun tanpa pikir panjang, yang selalu sok pemberani, sok membencinya, sungguh Revano ingin Peony-nya kembali.

"Ryn, jangan bikin gue bingung dong. Kita beli eskrim coklat yuk? Lo kan suka banget tuh!"

Tetap saja Peony tidak menjawab. Gadis itu terhenyak, ia masih setia memandangi bulir-bulir harapan yang menguar bersama angin malam di luar jendela mobil. Peony sungguh kehilangan segalanya. Ia benar-benar tak menginginkan apa pun selain bundanya.

Peony selalu saja diam, hingga mobil yang membawanya berhenti di depan pekarangan rumah mewah itu. Peony ingat jika ia pernah kemari sepulang dari toko buku untuk mengerjakan PR Kimia. Ia memejamkan mata, berharap setidaknya kesadaran dan keberaniannya kembali menguasai diri. Entahlah, perasaannya campur aduk macam gado-gado.

"Bi Ratih bisa bantu siapin kamar tengah?" Tanya Revano pada wanita tua yang sedikit terkejut akan kedatangan mereka bertiga.

"Iya den, bisa atuh." Jawabnya sambil berjalan di depan Revano yang kini membawa dua tas milik Peony.

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang