Chapter 22

2.7K 396 24
                                    

⚠️⚠️⚠️

Nari merasakan jika Jimin bersikap sedikit aneh. Beberapa kali ia melihat pria itu terlihat sangat gelisah, namun saat sadar ada yang memperhatikan. Sikap pria itu berubah jadi terlihat setenang air di kolam. Terlihat sering melamun. Saat ia menanyakan apakah ada masalah atau tidak? Jimin selalu menjawab tidak, semuanya baik-baik saja.

Tatapan sendu itu... Nari tahu jika Jimin tengah menyembunyikan sesuatu dari semua orang, termasuk dirinya.

Seminggu belakangan ini Jimin terus terbangun ditengah malam, dengan sekujur tubuh yang dialiri keringat. Dan nafas yang terengah, juga terkadang terlihat sesak. Selama seminggu itu pula Nari terus tidur dikamar Jimin untuk menemani pria itu. Tidak ada kata tidur nyenyak bagi Jimin selama seminggu belakangan ini, begitu menyesakkan. Mimpi buruk selalu menghantuinya akhir-akhir ini.

Nari tahu hal itu saat ia masuk ke kamar Jimin untuk menyimpan segelas air disana untuk pria itu minum saat bangun nanti. Namun ia benar-benar terkejut saat melihat Jimin tiba-tiba duduk terbangun dari tidurnya sambil terbatuk-batuk, dan terlihat sesak nafas. Dan esok harinya hal yang sama terjadi. Saat Nari masuk ke kamar Jimin, pria itu terlihat seperti kesulitan bernafas dengan keringat yang membasahi piyama tidur yang pria itu kenakan. Melihat itu, dengan segera ia langsung membangunkan Jimin. Pria itu terlihat meraup banyak oksigen saat terbangun.

Dan malam ini Nari tidak bisa terlelap. Ia takut Jimin akan mimpi buruk lagi malam ini. Ia yakin Jimin sedang menyembunyikan sesuatu, dan diperkuat dengan sikap aneh pria itu yang sering terlihat melamun. Nari menatap teduh wajah terlelap Jimin, jari lentiknya mengusap lembut surai hitam milik pria itu.

"Apa sangat sulit mengatakan sesuatu yang sedang kau sembunyikan pada kami? Padaku? Kenapa kau senang sekali menyembunyikan sesuatu dari kami? Kau harusnya mengerti, jika kami sayang, dan juga khawatir padamu. Jadi, bisakah kau lebih jujur dan terbuka pada kami?" ucap Nari pelan, dan hanya keheningan yang menemani suara gadis itu. Jimin tidak akan mendengarnya, sebab pria itu masih terlelap.

***

Suara helaan nafas terdengar dipagi hari. Jimin, ia sedikit merasa lega saat mimpi buruk itu tidak datang lagi semalam. Ia menoleh menatap wajah Nari yang masih terlelap dengan sangat pulas sambil memeluk dirinya. Jimin sedikit memiringkan posisi tidurnya untuk memeluk tubuh Nari, lalu mengecup kening gadis itu.

Sebulan lagi, gadis di pelukannya ini akan resmi menyandang marganya, resmi menjadi pasangan hidupnya, akan terus hidup bersamanya. Ia begitu bahagia. Saking bahagianya, ia sampai takut akan terjadi sesuatu pada gadis ini, atau pada orang-orang yang berharga baginya. Ia takut semua yang berharga baginya direnggut paksa lagi.

Suara pesan masuk ke ponselnya membuat lamunan Jimin terpecah. Ia kembali menghela Nafas pelan sebelum melepaskan secara perlahan pelukan Nari pada tubuhnya, untuk mengambil ponselnya. Ia terduduk, lalu membuka pesan yang masuk.

Dan Jimin mematung saat melihat pesan yang masuk kedalam ponselnya. Rahangnya mengeras setelah membaca pesan itu, rasa takut, dan terancam kembali melingkupi dirinya.


Unknown

Kurasa sudah cukup waktu satu minggu yang kuberikan padamu.

Sudah siap dengan permainannya Jimin-ssi?

Kau harus tersanjung, karena aku telah membuatkan sebuah permainan yang begitu seru untukmu...

Ingin tahu spoilernya?

Sungguh aku tidak bohong, ini akan sangat seru!  >_<

Accident II✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang