Chapter 15

3.3K 447 45
                                    

Nari membiarkan Jimin menangis hingga perasaan pria itu jadi sedikit lebih lega. Lalu bibirnya mengulas senyum saat melihat Jimin perlahan melepaskan dekapannya, dan menoleh kearah samping sambil sedikit tertunduk.

Tangan gadis itu terulur menangkup lembut pipi Jimin agar menatap dirinya, dan mengusap air mata pria itu. Bisa ia lihat seluruh wajah Jimin yang memerah hingga ketelinga, karena menangis cukup lama.

"Merasa lebih baik?" tanya Nari pelan saat mata mereka telah saling bertatapan.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Nari lagi, saat melihat Jimin hanya diam sambil menatap lekat dirinya.

"Pulanglah..." Nari mengerucutkan bibirnya saat mendengar ucapan Jimin. Pria itu juga melepaskan kedua tangan Nari yang berada dipipinya.

"Oppa mengatakan itu lagi... Sudah kukatakan aku tidak mau, aku tidak akan pulang!" ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Nari-ya.."

"Apa?!" ucap Nari tegas, memotong ucapan Jimin.

Kedua tangan Nari menangkup kedua pipi Jimin lagi, dan membuat pria itu kembali menatap kearahnya saat Jimin handak menunduk.

"Lihat aku, dan dengar! Aku tahu Oppa begitu sangat terpuruk, begitu merasa sakit. Tapi Oppa tidak harus menyimpannya seorang diri, Oppa bisa membaginya. Dan juga, mau sampai kapan Oppa akan terus lari dan bersembunyi dari masalah yang Oppa punya?" ucap Nari yang membuat Jimin merasa tertohok dengan ucapan gadis di hadapannya ini.

"Jawab aku Tuan Park. Mau sampai kapan kau akan melarikan diri dari masalahmu sendiri?"

"Memangnya aku punya pilihan lain? Kau harus tahu, jika aku tidak bisa terus bergantung pada yang lain. Aku merasa sangat buruk, karena terus menyusahkan mereka. Mereka juga memiliki masalah dan kehidupan mereka sendiri yang harus mereka jalani. Jadi, apa yang bisa kulakukan selain menyimpannya sendiri dan melarikan diri dari semuanya?" ucap Jimin lirih.

Mendengar itu Nari menghela nafas. "Tapi aku tidak suka dengan caramu melarikan diri..." ucapnya, lalu ia bisa melihat Jimin tersenyum sendu.

"Untuk yang itu aku mengaku salah..." ucap Jimin pelan, dan di sambut kekehan pelan oleh Nari.

"Memang harusnya seperti itu. Jika Oppa merasa itu benar, maka aku akan memukulmu!"

Jimin ikut tersenyum saat melihat Nari tersenyum manis padanya. Lalu gadis itu meringis pelan saat melihat mata Jimin yang terlihat semakin menyipit karena sembab.

"Wah! Mata Oppa menghilang," ucapnya lalu terkekeh.

"Ini semua karenamu!" ucap Jimin. Membuat Nari melepaskan tangannya dari pipi Jimin, dan menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa jadi salahku?"

"Kau yang memintaku menangis. Dan sekarang kau mengejekku."

Nari kembali terkekeh pelan. "Baiklah-baiklah maaf. Aku akan mempertanggungjawabkannya."

"Bertanggungjawab?" tanya Jimin, dan dijawab dengan sebuah anggukan kepala.

"Eum. Sekarang menunduk, dan tutup mata Oppa." Pinta Nari membuat Jimin menaikan sebelah alisnya.

"Untuk apa?"

"Lakukan saja, kenapa cerewet sekali sih?"

"Akukan hanya bertanya. Kenapa malah mengomel seperti itu sih?" ucapnya dengan bibir yang mengerucut, sambil melakukan yang Nari katakan tadi.

Dan sesaat setelahnya Jimin mematung saat merasakan kecupan di kedua matanya yang tertutup. Saat ia membuka matanya, ia langsung di sambut dengan senyuman manis milik gadis yang ada di hadapannya ini.

Accident II✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang