Chapter 34

2.8K 380 27
                                    

Semuanya dibuat menggelengkan kepala kerena tingkah Jimin yang berlebihan, dan overprotektif. Dan semakin parah saat Nari mulai merasakan morning sickness.

"Oppa tahu? Oppa sangat berlebihan..." ucap Nari sambil mengusap surai Jimin yang sedang menenggelamkan wajahnya pada perutnya.

"Untuk kebaikanmu."

"Aku tahu. Tapi Oppa tidak harus sampai melarangku melakukan semuanya."

Mendengar itu Jimin mendongak untuk menatap wajah Nari. "Kau tidak menyukainya?"

Nari menggeleng pelan. "Bukan tidak suka. Aku tahu Oppa sangat antusias. Tapi dengarkan aku, Oppa tidak harus melarangku melakukan ini dan itu. Aku akan baik-baik saja. Aku juga harus banyak bergerak agar tidak sakit..."

"Aku hanya khawatir..." lirih Jimin sambil menatap sendu Nari.

"Aku tahu. Tapi Oppa juga dengar sendiri saat pemeriksaan kemarin bukan? Dokter bilang kandungku baik, tidak lemah. Jadi tidak masalah jika aku melakukan hal seperti biasanya, mungkin hanya harus sedikit dikurangi."

Jimin menghela nafas, lalu mengangguk pelan. "Baiklah maaf jika aku berlebihan, aku hanya takut terjadi sesuatu..." ucap Jimin, lalu kembali menenggelamkan wajahnya pada perut Nari.

Sebenarnya Nari ingin meminta sesuatu juga pada Jimin, tapi ia sedikit takut. Sebenarnya Jimin tidak harus melakukannya nanti, tapi alangkah baiknya jika Jimin mengabulkan keinginannya. Sebab, ia sangat ingin sekali Jimin melakukan itu. Tapi seperti Jimin akan menolak permintaannya, sebab ini adalah hal yang Jimin tidak sukai.

"Oppa..." panggil Nari, dan Jimin hanya bergumam.

Sampai beberapa saat Jimin mendongak karena hanya hening yang ia dengar. Ia mengedipkan matanya beberapa kali saat melihat binar mata sang istri. Lantas ia mengubah posisinya menjadi sejajar dengan Nari.

"Apa? Kau ingin sesuatu?"

"Katakan saja," ucap Jimin lagi saat melihat sedikit keraguan pada raut wajah Nari.

"Aku ingin melihat Oppa melakukan sesuatu. Tapi aku yakin Oppa akan menolak, jadi lupakan saja..."

"Apa sangat ingin melihatku melakukan yang kau inginkan?" tanya Jimin, dan dijawab sebuah anggukan.

"Mengidam?"

Nari menggedikan bahunya. "Mungkin, bisa dibilang begitu. Habisnya aku ingin sekali melihatnya. Tapi, Oppa pasti tidak akan mau..."

"Akan kulakukan. Katakan saja, aku akan lakukan apapun."

Nari menahan senyum saat mendengar itu. "Sungguh? Janji?"

"Janji. Jadi, beritahu aku harus apa?"

Nari hanya tersenyum, dan terkekeh pelan.

***

"Sayang..." Jimin menatap Nari dengan tatapan memelas. Sumpah demi apapun, ia sedikit menyesal. Ah...tidak, ia benar-benar menyesal karena mengatakan akan melakukan apapun yang Nari minta.

Bugee Jumping, istrinya itu mengidam ia melompat dari ketinggian. Nari ingin melihat Jimin melakukan olahraga itu. Jimin bisa mati jika nanti Nari mengidam hal-hal seperti ini terus.

Wajah pria itu sedikit pucat saat seorang crew memasang kan perlengkapan sefety. Jimin ingin sekali protes, namun semuanya kembali tertelan saat melihat wajah senang sang istri.

"Sayang..." panggil Jimin dengan memelas.

"Oppa sudah janji."

"Tapi— Aish..." Jimin tidak jadi mengeluh saat melihat Nari murung.

Accident II✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang