Chapter 39

2.5K 312 28
                                    

"Kau sedang menggodaku atau apa?" tanya Jimin saat Nari tiba-tiba duduk di pangkuannya dengan hanya menggunakan kemejanya dan celana dalam.

Nari langsung memukul kening Jimin cukup kencang hingga pria itu meringis.

"Berhentilah berpikiran mesum!" Jimin berdesis sebal mendengar itu.

"Sakit!" Keluh Jimin sambil merengut sambil mengusap keningnya. Namun, Nari malah mengulas senyum. Sambil menatap Jimin lekat, membuat kening Jimin berkerut halus.

"Apa? Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Jimin masih sambil mengusap keningnya.

"Tidak apa. Hanya saja..Kerja bagus..." ucap Nari pelan membuat Jimin berhenti mengusap keningnya, lalu mengedipkan mata beberapa kali.

"Hm?" gumamnya sambil menatap Nari penuh tanya.

"Kerja bagus Park Jimin-ssi. Bagaimana perasaan Oppa sekarang? Lebih lega bukan?"

Ah... Ya, sekarang Jimin mengerti kemana arah pembicaraan istrinya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Jimin sambil menatap lekat kedua mata Nari.

Tangan kiri Nari terukur menangkup pipi kanan Jimin, sedangkan tangan kanannya di gunakan untuk memainkan rambut hitam milik Jimin.

"Lebih... Baik?"

Jimin terlihat berfikir sebentar. "Tidak juga," ucapnya iseng.

"Sakit! Sakit! Sayang sakit!!" pekiknya saat tangan Nari mencubitnya tepat dibagian tatto di rusuknya. Ah... Itu benar-benar menyakitkan, ditambah lagi ia bertelanjang dada. Jadi, cubitan Nari langsung mengenai kulitnya.

"Berhenti melakukan kekerasan sayang. Sakit..." rajuknya.

"Rasakan itu. Aku bertanya serius tahu!" ucap Nari kesal.

"Aish.."

Jimin berdecak pelan. Ia menarik tubuh Nari agar lebih mendekat, lalu memeluk Nari dan menenggelamkan wajahnya pada bahu istrinya itu.

"Haruskah aku berterima kasih pada Jungkook?" tanya Jimin membuat kening Nari berkerut halus, lalu terkekeh pelan sambil membalas memeluk tubuh Jimin.

"Kenapa jadi Jungkook Oppa?"

"Ini terdengar jahat dan brengsek. Tapi nyatanya aku bersyukur karena Tuhan memberi Jungkook takdir lain saat itu. Jika saja... Jika saja kami tidak pergi minum dan mabuk sebelum pernikahan Jungkook. Dan, jika saja Jungkook tidak bertemu dengan Hyeran dan melakukan hal yang tidak pantas. Mungkin aku juga akan mendapatkan takdir lain. Mungkin kita tidak akan pernah bertemu..."

"Jika saja hari itu tidak pernah terjadi apapun, mungkin sekarang aku sudah mati. Jikapun masih hidup, aku tidak akan lepas dari amarah dan kebencian..."

"Kau tahu hidupku berubah perlahan-lahan setelah bertemu denganmu. Hidupku berubah sangat banyak setelah bersamamu. Kau membantuku melepas satu persatu kebencian ku..."

Nari terkekeh pelan saat mendengar itu. "Terdengar menggelikan, aku merinding mendengarnya. " Gurau Nari, membuat Jimin juga ikut terkekeh pelan.

"Terserah bagaimana kau menganggapnya, tapi aku benar-benar serius."

"Aku tahu. Aku juga tidak menyesal bertemu dengan Oppa..." ucap Nari sambil mengusap surai belakang Jimin.

Masih dengan posisi yang sama, hening sesaat menyelimuti mereka. Jimin semangkon mengeratkan pelukannya.

"Sayang..." panggil Jimin lalu dijawab dengan sebuah gumaman oleh Nari.

"Bukankah posisi kita sudah pas untuk bisa membuatkan Ai adik?" goda Jimin. Namun, dihadiahi sebuah cubitan maut di pinggangnya, lagi. Membuat ia menggaduh kesakitan dan melepaskan pelukannya.

Accident II✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang