ThirtySeven

326 47 6
                                    


Happy Reading______

***

"Jadi Om masih mau kasih kesempatan buat Selfi, setelah semua yang terjadi.?!" Tanya Ridwan tak terima.

Sementara Fildan menjawabnya tanpa beban sedikitpun. "Kenapa tidak.??"

"Sudah sepatutnya, jika seseorang yang berbuat salah diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Papa benar kan, Ra.??" Fildan meminta pendapat pada Rara, yang kini diam seribu bahasa.

Dan rupanya, jawaban yang Fildan inginkan nihil. Putri kandungnya itu tak kunjung bersuara sedikitpun, meski Fildan sudah menunggu penuh harap.

Tapi bagaimana bisa, Rara memberi pendapat disaat dirinya merasa begitu terkejut?

Penjelasan Fildan mengenai masa lalu, sangat jauh berbanding terbalik dengan apa yang Selfi kisahkan padanya. Rara merasa sudah dipermainkan oleh kakak tercinta, yang ia percayai selama ini. Tapi apa daya Rara. Rasa sayangnya yang teramat besar pada sang kakak, membuatnya berfikir.

Jika saja dirinya berada diposisi Selfi, mungkin Rara pun akan merasa cemburu. Tapi tidak dengan mempermainkan kepercayaan seperti yang Selfi lakukan. Tapi Rara juga tidak ingin papanya kecewa, jika dirinya menjawab 'tidak'. Ya, Rara yakin, papanya pasti tidak akan suka.

"Rara.. om Fildan nanya kekamu. Ayo dijawab." Bisik Afisan.

Sontak Rara pun tersadar dari lamunan karena teguran Afisan.

"Semua keputusan ditangan Papa. Jadi, Rara akan ikuti apapun itu." Singkat Rara.

Rara percaya. Mungkin dengan jawaban seperti itu, papanya tidak akan kecewa. Rara ingin membuktikan, bahwa dirinya adalah putri yang baik. Meski rasanya sulit memaafkan perbuatan sang kakak, tapi Rara tidak ingin egois. Rara tidak ingin papanya berfikir begitu.

Fildan tersenyum menanggapi jawaban Rara. Putrinya itu benar2 baik. Lain halnya dengan Ridwan yang berseru karena tak terima.

"De, apa2an sih?! Kenapa loe maafin Selfi gitu aja.??" Ujar Ridwan.

Abang berkulit hitam manis itu lantas berbalik dan menatap nyalang Selfi, yang masih menunduk diam disisi Fildan.

"Loe liat itu, Sel! Ade yang udah mau loe hancurin, maafin loe dengan segampang itu. Tapi loe apa?? Hah?!" Sentak Ridwan.

Ia mencoba mendorong Selfi, akan tetapi ditahan oleh Fildan.

"Cukup, Wan! Kamu tidak ada hak untuk memutuskan apa yang benar, dan apa yang salah. Ini rumah saya. Jadi sayalah yang berhak disini."

***

"Ra..."

"Rara.."

"Ra.. woi!! Bangun loe!"

Seruan Alif dan Nabila sontak membuat tubuh mungil Rara terlonjak kaget.

"Iihh, kalian apa2an sih?! Ngagetin aja." Dengus Rara, sebal.

"Lagian, loe daritadi diem aja. Padahal kan pelajaran udah selesai, dan kita harus nganteen sekarang. Cacing2 diperut gue udah pada disko nih." Rengek Nabila.

"ditikam ASMARA"//Lanjutan// (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang