Fourty

307 48 6
                                    


Sebelum kecerita, author mau bilang
Dipart 39 ada typo ya mengenai nenek Afisan yang udah gak ada.
Waktu itu aku nulisnya neneknya masih ada bahkan komunikasi via skype..
So, buat yang terlanjur baca author minta maaf.
Tapi sekarang udah gk typo koq, soalnya udah author revisi
Kalo gak percaya cek aja hh

Happy Reading____

***

Selama menyusuri lorong ditemani oleh Rara menuju kelas abang sepupunya itu, Selfi merasa sangat gugup. Selfi benar2 cemas, apakah abangnya itu akan memaafkan dirinya atau justru Ridwan semakin membencinya?

Tapi bagaimanapun, itu adalah syarat yang Rara ajukan agar Selfi mendapat kepercayaan kembali. Selfi harus bisa membujuk Ridwan supaya mau memaafkannya. Karena Ridwan merupakan orang yang paling kecewa dengan tindakan Selfi beberapa hari lalu. Dan jika Ridwan mau memaafkan, maka Rara pun akan berlaku sama.

"Bang!.." seru Selfi ketika dilihatnya Ridwan yang akan memasuki ruang rapat Osis.

Selfi berlari kearah Ridwan dkk itu berhenti karena panggilannya, diikuti oleh Rara. Sampai pada saat RaSel berhenti didepannya, Ridwan hanya diam dan memandangi keduanya bergantian. Tapi jangan ditanya tentang mimik mukanya yang masih saja terlihat dingin bagi Selfi.

"Bang, Ceppy kesini mau minta maaf. Ceppy janji, bakal lakuin apapun yang abang minta. Asal bang Uwan mau maafin Ceppy dan kasih kesempatan buat Ceppy berubah bang.." ucap Selfi dalam satu hembusan nafas.

"Emang apa urusan gue sama loe? Apa pentingnya gue maafin atau gak? Toh loe bukan adek gue, dan gue bukan abang loe."

"Bang!!" Kali ini Rara yang berseru pada Ridwan dengan tatapan tajamnya, disertai gelengan.

Ridwan tau. Yang Rara lakukan itu untuk memberinya peringatan agar tidak mengungkit soal hubungan darah antara mereka bertiga. Karena disana masih ada teman2 osis Ridwan yang sebentar lagi akan melakukan rapat Osis. Sementara itu, Selfi hanya menunduk tanpa berani menatap abangnya.

"Gue gak ada waktu buat sekarang. Mending loe buktiin keseriusan loe itu. Tunggu sampe gue selesai rapat. Kalo perlu, loe berdiri ditengah lapangan sana sampai urusan gue kelar. Ngerti loe?" Ujar Ridwan sebelum akhirnya masuk kedalam ruangan bersama kakak2 osis, meninggalkan RaSel didepan pintu itu.

Rara hanya bisa menatap sayu pada Selfi yang masih menundukkan kepalanya. Rasanya Rara sendiri tidak akan sanggup jika berada diposisi itu. Ingin rasanya Rara merengkuh tubuh rapuh kakaknya, akan tetapi Ia urungkan.

"Ka Ceppy coba lagi besok. Dan.. maaf, Rara juga belum bisa maafin ka Ceppy." Ujar Rara, seraya mengusap bahu Selfi dengan lembut kemudian berlalu pergi.

Mau bagaimana lagi? Hanya itu yang bisa Rara lakukan sekarang. Apalagi luka hatinya masih terasa perih untuk diingat. Sementara perbuatan Selfi yang mempermainkan kepercayaannya itu sungguh menyakitkan hati Rara.

Disetiap langkahnya meninggalkan sang kakak, airmata Rara tak henti2nya mengalir deras. Rasa sakit atas luka, bercampur dengan rasa iba akan nasib Selfi. Kakak angkatnya itu begitu kesulitan untuk sekedar mendapat maaf baik dari Ridwan, juga Rara. Bahkan Aulia selaku sahabat baiknya pun ikut mendiami Selfi.

***

Brakk!!

"Rara!" Teriakan Afisan saat memanggil namanya sontak membuat Rara dkk terkejut.

"ditikam ASMARA"//Lanjutan// (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang