Minho kira setelah afirmasinya itu akan membuat dia dan Jisung akan berhubungan dengan lancar.
Manusia hanya bisa mengira-ngira sedangkan Tuhan yang menentukan dan menggoreskan takdir.
Minho dari tadi sudah berbicara dan berceloteh sampai berbusa tapi hanya ditanggapi deheman oleh Jisung.
"Re, tau kan tetangga sebelah? Nah dia itu yang paling sering main ke rumah nemenin bunda sekarang."
Jisung hanya berdehem sambil tiduran di ranjang Minho dan membelakangi si empunya kamarm
"Re, jangan hmm hmm mulu dong, kak Jana kan-"
"Kak Jana!! Sore itu sakit gigi! Nih sakit. Sedih banget kak Jana ngomong mulu dari kemarin!!!" Jisung dengan teriakan tiga oktafnya mengagetkan Minho dengan berbalik badan lalu mencebik lucu setelahnya.
Mereka saat ini masih berada di rumah keluarga Surendra di Yogyakarta tepatnya kamar Minho.
Minho memang cuti bekerja sedangkan Jisung izin kuliah. Minho belum apa-apa sudah cuti kerja, alasannya sih mau tunangan dengan Jisung di kampung. Dengan bantuan orang dalam, tentu saja Minho diperbolehkan.
Minho yang mendapati mata Jisung akan mengeluarkan air mata pun berinisiatif memeluk sang kasih.
"Sakit banget, hiks," disela pelukan Minho, Jisung tumpahkan air matanya pada akhirnya.
"Sejak kapan sakitnya, Re?" Telinga Jisung langsung berdamai, suara dari pertanyaan Minho sungguh mensurgakan telinganya.
"Kemarin waktu di kereta udah ngerasa sakit tapi Sore tahan-tahanin soalnya gak mau bikin kakak khawatir tapi ini sakit banget," Jisung mengungkapkan hal itu dengan lancar seperti tidak sedang sakit gigi.
"Ya udah bobok aja, maafin Kak Jana ya," Minho mengelus bagian rambut belakang Jisung. Sampai Minho dapat mendengarkan suara dengkuran halus dari orang di dekapannya beberapa saat kemudian.
"Tidur nyenyak, sayangnya Kak Jana," Minho menidurkan Jisung di kasur kamarnya. Lalu Minho mengecup pipi gembil Jisung yang tadi membuat sang empunya menangis. Berharap supaya rasa sakit di bagian sana dapat hilang.
"Rasa sakit, pergi jauh-jauh dari Sore ya."
***
"Kamu serius sama dia, le?" Bunda Minho sedang menyiapkan makan malam untuk sang putra dan orang yang kemarin dia kenalkan sebagai calon tunangan.
Minho mengangguk lalu membawa semangkuk sayur lodeh untuk diletakkan di atas meja makan.
"Kamu udah ngomongin ini sama Biru?" Bunda bertanya lagi.
Minho diam.
"Belum sepenuhnya tapi aku juga tidak mau Sore akhirnya bersama kak Biru," Minho menjawab lalu dirinya duduk, memikirkan apa yang baru saja bunda dan dirinya bicarakan.
"Ini bukan perasaan dendammu karena telah kalah dengan Biru kan? Kamu yang akhirnya punya perasaan ke Biru marah karena Biru malah jatuh cinta ke Sore."
Minho tiba-tiba bimbang padahal dia sudah memikirkan ini sebelumnya. Kenapa sang bunda membuatnya kembali dilema? Kenapa pernyataan bunda seperti benar?
Bunda meletakkan lauk tempe dan ayam goreng di samping sayur lodeh. Lalu ikut duduk di kursi samping Minho.
"Yakinkan perasaanmu, le. Bunda tidak mau kamu menyesal dan menyakiti orang lain," bunda mengelus puncak kepala Minho.
![](https://img.wattpad.com/cover/216969255-288-k505953.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambilkan Bulan | minsungchan✓
Short Story(💋) Biru, Renjana, Sore. Tiga kata, tiga manusia, tiga kepribadian. [180320ㅡ080420]