Ekstra. Biru, mereka

495 48 15
                                    

Dari Chan, dapat ditarik simpulan jika ada kesempatan maka gunakan sebaik-baiknya.

Dari awal Chan tidak benci pada Minho. Jika saja dia mau belajar mencintai seperti yang Minho lakukan, mungkin dia bisa bersama bahagia dengan mantan tunangannya itu.

Beberapa hari lalu, Minho membatalkan tunangan mereka karena lelaki yang sebenarnya manis dan mirip kucing itu telah membawa Jisung menemui sang bunda di kampung.

"Biar Kak Biru tidak terikat lagi padaku," ucap Minho sebelum dia pulang kampung.

Persetan, tidak lagi terikat tapi malah tercekat diri Chan rasanya.

Kalau itu bukan Chan mungkin sudah menangis meraung-raung menyesali perbuatannya.

Tentu saja Chan tidak menangis. Tidak ada kata menangis dalam kamus Chan, dirinya sendiri saja sudah lupa kapan kali terakhir dia menangis karena saking sudah lamanya.

"Menangislah jika ingin menangis," sebuah suara yang mendekat tidak membuat Chan terkejut.

Dari suaranya pun Chan sudah tahu siapa orang itu, "Aku tidak akan menangis," Chan menjawab.

"Kamu memang batu," orang itu lalu duduk di samping Chan.

Lama diam, dua cucu adam itu sedang menikmati hembusan angin di atas balkon indekos yang terasa lumayan dingin untuk ukuran daerah Surabaya.

"Siapa yang membukakan pintu kos padamu?" Tanya Chan guna memecah keheningan.

"Opo penting ta cuk?"

Kali ini Chan kaget mendengar menuturan si lawan bicara.

"Wow Allen!!! Belajar darimana?"

"Aku tahu kalau kamu akan kehilangan keduanya, jadi aku belajar umpatan untuk mengumpatimu," lelaki yang dipanggil Allen itu menjawab dengan santai sembari mengosok-gosokkan telapak tangannya sendiri.

Ini kenapa Surabaya jadi dingin sekali sih?

Pikiran si Allen masih memikirkan bagaimana bisa Surabaya dingin sebelum harus terhenti karena sebuah jaket yang tersampir di bahu untuk menutupi tubuhnya.

"Kalau keluar tuh pakai jaket. Kebiasaan."

"Iya Ru iya," Allen membenarkan jaket milik Chan di tubuhnya.

"Omong-omong, sungguh unfaedah sekali kamu belajar mengumpat lebih baik kamu belajar mata kuliah yang selalu dimarahi pak Bejo," usul Chan dengan nada jenaka.

"Bang Uji ya yang bukain gerbang tadi? Dia emang gabut sekarang, udah tinggal nunggu wisuda tapi masih di sini," Chan memberikan tmi pada Allen.

"Tau banget kalau sekarang kamu lagi mengalihkan pembicaraan."

Chan tersenyum dengan menunjukkan gigi depannya.

"Itu salahku karena melepas yang sebenarnya telah kugenggam, untuk apa menangis kalau itu salahku," Chan akhirnya berbicara setelah mereka kembali diam.

"Will, kamu itu manusia, wajar nangis," Allen menepuk bahu Chan berusaha menguatkan.

"Will? Tumben?"

"Pengen aja cari panggilan baru, biar anti mainstream," Allen menjawab seadanya.

"Manusia mana yang terus bikin orang lain benci sama dia. Aku udah kayak titisan iblis yang diubah jadi manusia aja yang bisanya cuma nyakitin," Chan menghembuskan napas berat setelah mengungkapkan perasaannya.

"Sekarang aku nanya, iblis mana yang rela masakin sayur tiap hari ke orang lain, iblis mana yang bantuin orang tiap ada matkul sulit, iblis mana heh?? Iblis mana yang mau mene-"

"Len-"

"Kamu bukan iblis Will, kamu manusia yang memang banyak salah dan aku paham kok karena itu memang sifatmu. Maaf ucapanku tempo lalu. Kamu enggak menyia-nyiakan Jana, Will tapi kamu memang tidak berjodoh dengannya," Allen berucap.

Kalian tahu? Allen adalah teman sekelas Chan yang pernah bertanya mengenai Minho di gazebo fakultas mereka. Allen juga teman yang sekampung dengan Chan.

"Kamu bisa mulai buka hati lagi Will," Allen kembali menepuk bahu Chan.

Chan membetulkan, dia akan mencoba untuk jadi orang yang lebih peka dan menjalani keseharian dengan hati serta perasaan.

"Mulai buka hati padaku misalnya," Allen mengedipkan kedua matanya kerap, guna menggoda.

"Apa maksudnya?" Dahi Chan hampir bertaut saking herannya.

"Biru William, yang tanpa sadar banyak membuat hati terbuka untuknya. Biru William, yang tanpa sadar selalu mengulurkan bantuan tangan pada orang yang membutuhkan. Biru William, dengan segala sifat baik yang tertutup buruknya. Kamu masih mampu mengikat banyak orang hei!!!"

Setelah mengucapkannya Allen mendekat ke arah Chan, lalu berbisik di samping telinga kanannya, "Maka pilihlah akuuuu~"

***











Kapan lagi ngonser sambil nulis wkwk

Maaf kalo gak ngepppiilll ya hyung soalnya ai nulis sambil dengerin lagu jedug2 :(((

Btw, ada yang mau ditanyakan lagi soal ff ini?

Ambilkan Bulan | minsungchan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang