8. Sempitnya Dunia

393 64 13
                                    

"Kak Biru!! Tali sepatumu belum kencang!!" Seorang lelaki dengan lebih cepat dari kecepatan cahaya terduduk jongkok di depan Chan.

Karena melihat ada yang berjongkok di depannya, mau tak mau Chan harus berhenti dari acara berjalannya.

Orang itu, Minho sedang menalikan ikatan sepatu, dua kali, seperti kebiasaan yang selalu dia lakukan sejak dulu semasa mereka sekolah.

"Tali itu harus diikat dua kali biar kuat menghadapi kehidupan."

"Tali itu harus diikat dua kali biar kuat menghadapi kehidupan."

Kalimat itu terucap bersama.

Minho menunjukkan senyum tiga jarinya, senang bahwa ternyata Chan masih ingat kebiasaan bahkan kalimat yang sering dia ucapkan.

Sedangkan Chan jadi ingat masa sekolah. Minho, masih sama, masih menjadikan kehidupan sebagai anutan hidup.

"Masih tak tau apa korelasi tali sepatu sama kehidupan, tapi karena kamu Jana jadi tak heran," Chan berucap.

Minho tentu saja hanya tersenyum untuk menanggapi.

"Kamu tak perlu beli sayur untuk makan malam, aku ada sayur lodeh di kulkas, nanti panasin dan makan sama Sore. Kayaknya aku bakal pulang malam," Chan mengucap sebelum naik ke motornya.

Minho senang. Channya melunak. Setidaknya Chan sudah tidak membahas pembahasan kemarin pagi ini.

"Siap!!"

Setelahnya Chan pergi dengan motornya dan Minho menunggu abang ojek online di depan indekos.

***

Minho dengan setumpukan berkas terlihat kesusahan membawanya. Minho baru tahu bekerja di kantor sekeras dan sedisiplin ini. Minho yang sudah hidup tertata dan displin saja masih kerapkali mengeluh. Ternyata kerja di kantor impiannya pun masih membuat dirinya mengeluh.

Sambat memang jadi rutinitas manusia, sudah tidak dapat dipisahkan. Seperti upil dan hidung yang telah menjadi satu.

Dengan setumpukan kertas yang harus dia bawa ke ruang manajer itu Minho jadi tidak bisa melihat pemandangan di depannya.

Bagaimana jika dalam keadaan Minho dan seorang lelaki di depannya pun tidak memperhatikan adanya Minho karena menunduk sembari bermain gawai?

Tentu saja, bertabrakan tidak dapat dielak.

"Maaf aku tidak tahu kalau ada orang di depanku," Minho berjongkok untuk mengambil kertas yang berserakan. Lelaki berhidung mancung itu sembari berdoa supaya jangan sampai ada kertas yang kotor.

"Aku yang tidak memperhatikan jalan, maafkan aku," lelaki yang menabrak pun bersuara. Dia juga merasa bersalah karena tidak memperhatikan jalan. Lelaki itu juga membantu Minho merapikan kertasnya.

Setelahnya, mereka berdua ke ruang manajer dan meletakkan tumpukkan kertas itu di atas meja.

"Terima kasih," ucap Minho ketika mereka telah berhasil keluar dari ruangan.

"Tidak perlu mengucap terima kasih. Omong-omong, aku teknisi IT, sudah kisaran lima tahun di sini. Kamu anak baru?" Lelaki itu memperkenalkan jabatannya pada Minho.

Minho mengangguk, "Aku Jana dan baru seminggu di sini, bagian marketing. Udah lima tahun? Padahal kamu terlihat masih muda," Minho dan ucapannya yang blak-blakan meski pada orang baru.

"Hmm, pakai orang dalam. Omong-omong namaku El-"

Belum sempat orang itu memberitahu namanya, ada orang yang berteriak.

"Elang!! Dicari papamu di ruangannya!"

Ketua bidang Minho terlihat memanggil pemuda di depan Minho karena Bapak itu melihat ke arah mereka.

"Ya, namaku Elang, sampai bertemu lagi Kak Jana!"

Nyatanya, dunia terlalu berputar-putar dan terasa kecil.

***









Ambilkan Bulan | minsungchan✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang