Jisung tak punya teman dekat, lebih tepatnya dia tak pernah membuka dirinya lebar-lebar dengan orang lain walaupun itu sudah terlalu dekat karena terus berada di kelas yang sama.
Jisung menutupi semuanya. Termasuk perceraian orang tua. Namun karena keluarganya adalah keluarga terkemuka dan papanya adalah putra bungsu pak Hasyim, orang nomor lima se-Surabaya, perceraian orang tua Jisung bukan suatu hal yang privasi.
"Sumpah demi apa ? Ortu Sore cerai ? kok bisa ? Bukannya mereka kelihatan akur-akur aja selama ini?" Ucapan teman-temannya saat dia datang sampai sekolah waktu itu.
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa dijawab oleh Jisung karena dirinya sendiri tidak tahu alasan orang tuanya bercerai. Sudah dikatakan jika bunda dan papanya adalah orang yang harmonis.
Menolak untuk klarifikasi privasi keluarganya yang telah mencuat keluar itu, Jisung hanya berdehem dan bergeming saat itu.
"Re, kakak berangkat ya," pamitan Minho membuyarkan lamunan Jisung mengenai masa lalu.
Jisung mengangguk, "Hati-hati ya kak Jana."
Minho tidak lagi menjawab dan sudah berlalu keluar kamar.
Jisung juga sedikit heran mengenai Minho. Sejak semalam teman sekamarnya itu hanya bicara seperlunya dan bahkan saat dia pulang sebeluk isya' kemarin, Minho sudah tidur.
Jisung berpikir Minho menghindarinya, dengan tanpa dasar.
***
Minho menunggu di depan indekos untuk berangkat ke kantor. Ya, dia menunggu Hyunjin untuk menjemputnya. Si lebih muda sendiri yang menawarkan, katanya sih karena dia tidak ada mata kuliah hari ini jadi pergi ke kantor dan Minho bisa berhemat. Tentu saja Minho setuju.
"Jangan lupa sabuknya, Kak," Hyunjin memperingati.
Minho langsung tersadar dan memasang sabuk pengamannya sendiri sebelum Hyunjin memasangkannya karena pemuda tampan yang lebih tinggi darinya itu mulai mencondongkan tubuhnya ke arah Minho.
"Sudah aku pasang, terima kasih ya Lang."
Hyunjin langsung kikuk dan kembali ke posisinya sebelum menjalankan kembali mobilnya untuk pergi ke kantor.
"Gimana perasaan kak Jana setelah ngantor di perusaan papa?"
"Seru banget. Semua karyawan kayaknya open minded banget dengan ide-ide baru gitu padahal mereka kebanyakan sudah berumur, seperti katamu," Minho menyampaikan opininya.
"Memang itu yang menjadi nilai plus perusahaan papa, bukannya menyombongkan perusahaan keluarga sendiri tapi perusahaan papa itu bagai nomor satu masalah kekompakan dengan pikiran dewasa setiap individu."
Minho manggut-manggur tanda setuju karena memang benar semua perkataan Hyunjin itu.
"Seneng banget kakak kerja di sana, Lang," Minho berucap jujur sembari menatap keluar jendela yang menampilkan kemacetan.
"Aku juga seneng kak Jana kerja di sana."
Minho langsung menoleh ke arah Hyunjin, "Apa?"
"Maksudnya aku seneng perusahaan papa akhirnya ada wajah baru dan berkompeten seperti kak Jana," Hyunjin meralat dan langsung berfokus pada acara mengemudinya.
***
Jisung menyampirkan totebagnya di bahu kanan dengan menenteng sebuah gitar di tangan kiri.
"Mau berangkat kuliah?" Chan bertanya ketika Jisung melewati depan kamarnya.
Jisung mengangguk.
"Bareng aja yuk, kakak juga mau berangkat," Chan menawarkan diri. Pun juga dirinya membawa sebuah gitar.
"Boleh, Kak. Makasih ya," Jisung berucap.
"Jadi tampil gitaran nanti?" Tanya Chan sembari berjalan ke parkiran indekos.
"Jadi dong kak, kan ini udah bawa gitar," Jisung menunjukkan gitarnya.
Chan hanya menyengir dengan cekungan di kedua sisi pipi yang terlihat.
"Kakak juga mau gitaran nanti. Mau duet?" Chan kembali menawarkan diri.
"Boleh, Kak. Yuk yuk."
Obrolan terpotong karena mereka sudah sampai di parkiran dan harus naik ke motor milik Chan. Sebelum itu, Chan memberikan gitarnya kepada Jisung untuk minta dibawakan.
***
Double update karena lima hari tidak update ehehe
Kalian mau liat momentnya siapa nih selanjutnya? Biar nanti alurnya jalan~
Banginho
Minsung
Chansung
Hyunsung
Hyunknow
Minlix
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambilkan Bulan | minsungchan✓
Short Story(💋) Biru, Renjana, Sore. Tiga kata, tiga manusia, tiga kepribadian. [180320ㅡ080420]