14

573 38 0
                                    

Jongin pun mengikuti Yoongi masuk ke dalam rumahnya.

Yoongi mengambil segelas jus jeruk dari kulkasnya kemudian mengajak hyungnya itu ke belakang rumahnya,dimana ada taman,kolam renang,juga tempat untuk duduk bersantai.

"Duduklah,dan minum ini.Perjalanan dari Seoul ke Daegu pasti membuatmu haus,"Ucap Yoongi.

Jongin pun menuruti perintah Yoongi.

"Kau pasti meminta penjelasan kan?"Tanya Yoongi.

Kemudian Jongin hanya mengangguk lesu.

"Akan kuceritakan semuanya,bahkan beberapa hal yang tidak kau ketahui dari dulu,"Ucap Yoongi.

Kemudian Yoongi menghela nafasnya dan memulai ceritanya.

"Seokjin anakmu itu,aku mengkhawatirkannya sejak kejadian itu.Sehari sesudah kematian Hana noona,aku menemukan Seokjin dengan keadaan mengenaskan,dengan luka di kepalanya yang masih basah,mukanya pucat sekali,juga badannya yang sangat dingin.

Saat di rumah sakit,suhu badannya sudah di 28° celcius sedangkan suhu normal adalah sekitar di 37°celcius.Saat itu,jika saja aku terlambat datang,mungkin suhu tubuhnya sudah di bawah 28° dan itu sudah sangat berbahaya bahkan bisa mengancam nyawanya.

Saat itu adalah pertama kalinya aku melihat Seokjin dengan keadaan yang menyedihkan.Seluruh badannya bergetar,ia menggigil padahal aku sudah memberinya 2 buah selimut yang sangat tebal.

Belum lagi dengan ia yang sudah kesulitan bernafas sehingga aku memakaikannya nasal canulla dan dia bahkan sepanjang malam mengigau,ia merindukan ibunya,ia merindukan sifat adiknya,ia takut pada ayahnya,dan semua itu benar benar membuatku tak tega melihatnya seperti itu.

Hatiku sakit melihat keponakanku sendiri bahkan menangis dalam tidurnya.Namjoon bilang mungkin kau menyakiti Seokjin,dan aku juga berprasangka seperti itu.

Saat itu aku benar benar marah padamu hyung.Aku yakin kalau Seokjin itu anak yang baik dan usianya masih 6 tahun,tidak mungkin ia melakukan hal sekeji itu.

Saat itu Seokjin sadar,ia menangis,ia masih belum bisa menerima semuanya.Dan karena hal itu,aku baru mengetahui kalau dia punya asma.

Aku khawatir dengan keadannya jadi aku memintanya untuk tinggal bersamaku,tapi dia menolak dan memaksa untuk pulang.

Sejak saat itu,Seokjin tidak pernah menangis lagi,tetapi dia menjadi anak yang sangat tertutup.Ia juga sungkan bila sedang bersamaku atau Namjoon.

10 tahun kemudian,disaat hari ulang tahunnya yang ke 16,aku dan Namjoon ingin membuat kejutan untuknya.

Tapi sampai sore hari,kami tak menemukan lokasinya.Hingga pukul 7 malam,kami menemukannya sedang duduk seorang diri di pinggir Sungai Han.

Memegang sebuah kue kecil yang kuyakin harganya tak lebih dari 2000 won.Ia meniup sendiri lilinnya kemudian menatap langit dengan mata yang berkaca kaca.

Kami datang dan memberinya kado juga kue.Dia sangat bahagia,kulihat matanya juga berkaca kaca,tapi ia menahannya.

Kemudian keesokan harinya aku dikejutkan dengan Namjoon dan Seokjin yang tiba tiba datang ke ruangan kerjaku.Namjoon mengadu jika Seokjin itu nakal,ia mencoba membuka jaket Seokjin tapi Seokjin tak mengizinkannya.

Aku bingung apa yang terjadi sebenarnya.Ternyata setelah aku menyuruhnya untuk membuka jaket itu,tangannya terluka parah.

Aku menjahit luka itu karena lukanya cukup lebar.Seokjin tak mengobatinya dengan benar karena obat merah miliknya telah habis.

Aku tahu betul itu menyakitkan baginya,tapi ia tak pernah mengeluhkan hal itu padaku.Aku tanya kenapa bisa seperti itu.Beruntung ia masih mau jujur kalau itu perbuatanmu yang melukainya dengan pecahan botol wine.Sebuah kado yang indah di hari ulang tahunnya bukan?

Second Chance(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang