'apa gue beneran suka sama kak rio? semua yang terlintas dikepala gue selalu tentang kak rio. tapi kenapa gue masih sering sebel sama dia. tadi aja gue udah sebel sama dia' batin ify.
***
Kamar biru masih menemani gadis ini dalam diamnya. Duduk sambil merenung bukan lagi sebuah kejanggalan yang terjadi untuknya. Camilan di meja juga sama sekali belum disentuhnya. Perban dilututnya pun masih terlihat basah terkena air. Suara ketukan pintu juga belum menyadarkannya. Hingga si pembuat suara membuka pintu dan mengomel.
"Kak ify lo kema..na" Omel cowok yang baru saja muncul dari balik pintu. Merasa terpanggil ify pun menengadahkan kepalanya melihat siapa yang memanggilnya. Sang adik mengerutkan keningnya melihat sikap kakaknya. Sang adik pun mendekati kakaknya dan duduk disampingnya.
"Lo kenapa kak? Masih sakit ya?" Tanya deva halus. Ify hanya mengangguk tanpa melihat deva. Setetes air matanya jatuh, membuat deva tak tega melihat ify. Deva pun menarik ify dalam pelukannya. Mereka mungkin sering bertengkar namun mereka saling menyayangi dan menjaga.
"Kenapa lo nangis?" Tanya deva.
"Gue gak papa" Jawab ify singkat dalam pelukan deva. Ify pun merasa lebih tenang dan melepaskan pelukan deva.
"Ngapain lo disini?" Tanya ify heran.
"Mama sama papa dateng. Waktunya makan malam. Lo kebawah atau makan disini?" Tanya deva sedikit berhati-hati dengan pertanyaannya.
"Gue kebawah aja. Takut mama sama papa makin khawatir. Ntar gue cuci muka dulu" Ujar ify sambil melangkah perlahan kearah kamar mandi di kamarnya. Deva melihat kue di meja yang masih utuh, deva pun mendekatinya.
'Lo banyak pikiran ya kak? Sampek kesukaan lo gak lo sentuh sama sekali' batin deva. Deva pun duduk di kursi meja belajar ify. Ify masih melangkah dengan perlahan dan mendapati deva yang duduk di kursi meja belajarnya. Deva yang merasakan kehadiran ify pun memecah keheningan sebelum ify melakukannya.
"Ini lo gak mau kak? Gue bawa lagi nih ya kalo lo gak mau" Ujar deva menunjuk kue dihadapannya.
"Oh iya gue lupa makasih ya dep" Kata ify. Deva mendengus sambil menghampiri ify.
"Nama gue deva, D E V A pake V bukan P kak ipi" Dengus deva. Deva pun menggandeng ify dengan telaten. Ify terkekeh mendengar dengusan deva.
"Kak berat lo berapa?" Tanya deva. Ify mengerutkan keningnya.
"Nih tangga kalo ngikutin lo makin jauh" Sinis deva. Ify paham maksut deva.
"40" Jawab ify singkat. Deva pun melepaskan gandengannya dan melangkah kedepan ify. Ify pun tanpa pikir panjang mengalungkan tangannya pada leher deva. Deva pun membantu sedikit kakaknya naik kepunggungnya. Merasa kakanya telah siap deva pun melangkah dengan perlahan.
"Lo cungkring tapi berat sumpah" Desis deva.
"Kan lo yang nawarin, gue sih dengan senang hati mengiyakan" Jawab ify enteng. Sampai di meja makan mama dan papanya sangat terkejut melihat deva yang menggendong ify.
"Kakak kamu kenapa?" Tanya sang papa.
"Biasa kek anak TK lari, jatuh deh dia" Jawab deva sekenanya sambil mendudukan ify di kursi makan. Ify yang tak terima dengan jawaban deva pun memukul punggung deva.
"Kurang ajar lo ngatain gue anak TK. Gue TK lo belum lahir kali" Sebal ify.
"Lo pukul gue sekali lagi gue gak akan bantu lo naik" Ancam deva.
"Udah ada papa kali" Jawab ify sambil memeletkan lidahnya.
"Udah makan dulu aja. Nanti kamu harus jelasin kenapa kamu bisa jatuh" Kata sang papa.
"Deva dari tadi mau tanya dianya yang gak mau jawab pa" Adu deva.
"Udah gak usah diterusin" Ucap sang mama sebelum ify membalas perkataan deva.***
Hari makin malam. Suara binatang malam pun mulai terdengar. Ruang tamu megah masih dihuni oleh 4 orang lengkap dengan ponselnya. Mereka fokus dengan dunianya sendiri hingga gadis ini meletakkan ponselnya disampingnya sambil merintih kesakitan. Mendengar rintihan gadis itu semua mata terfokus padanya sambil meletakkan ponsel diatas meja."lo kenapa kak?" tanya cowok yang duduk tepat disampingnya sambil melihatnya dengan wajah khawatir melihat gadis ini mengeluarkan banyak keringat didahinya. Gadis ini menggelengkan kepalanya.
"kak ify lo gak usah bohong. wajah lo udah berkeringat banyak. lo infeksi ya?" tanya adiknya. Ify kekeuh menggelengkan kepalanya.
"kakak belum ganti perbannya?" tanya mamanya yang ada disisinya. melihat anaknya kesakitan sang papa mencari kotak p3k.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tanpamu [COMPLETE]
FanfictionEntah mengapa aku memikirkannya? apakah aku mulai tergantung padanya? tapi mengapa aku membencinya? apakah ini cinta? dan apakah aku tak bisa tanpanya? -Aku Tanpamu