Matahari makin tersipu dengan menandakan bahwa hari terlihat makin sore. Sebuah motor masih melaju dengan mengikuti jalan yang diberikan oleh pengendara. Dua anak manusia kini masih berada diatas motor yang melaju itu. Kedua hanya menikmati pemandangan tanpa membuka suara. Terpaku dalam diam disebuah perjalanan ini membuat mereka hanya mendengar suara hembusan angin yang menyapu wajah mereka. Mereka adalah ify dan deva. Deva yang telah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai yang selalu dia bawa dalam tasnya lengkap dengan ify yang masih menggunakan seragam lengkap yang bedada dibelakangnya. Motor deva berhenti disebuah bukit yang indah dimana dari atas bukit terlihat danau yang sangat indah. Deva menggandeng tangan ify menuju atas bukit. Sesampainya mereka diatas bukit, mereka masih terbelenggu dalam diam. Ify hanya menikmati pemandangan yang deva tunjukkan.
'Tuhan memang adil. Disaat banyak manusia ingin merusak keindahan ciptaannya. Disitu justru tersembunyi banyak keindahan lainnya' batin ify yang senang melihat keindahan dihadapannya. Deva memecahkan suasana dengan menatap kakaknya.
"Kak... maafin gue tadi marahin lo" sesal deva. Ify hanya diam mendengarkan. Deva meneruskan perkataannya.
"Gue gini karna gue gak mau lo disakitin lagi. Gue gak mau lo berhubungan sama cowok brengsek itu lagi kak. Gue tau gue salah. Tapi apa lo beneren gak mau maafin gue kak? Kenapa lo diem aja kak? Lo kecewa sama gue?" Rundung deva. Ifye menghembuskan nafasnya perlahan dan duduk dirumput sambil memandang pemandangan didepannya tanpa mengalihakan perhatiannya. Deva mengikuti kakaknya duduk disamping kakaknya dan juga mengikuti pandangan kakaknya.
"Gue gak suka lo main kasar gitu dev. Gue tau lo mau jaga gue. Gue juga tahu lo mau jauhin gue dari debo. Tapi bukannya udah gue kasih tau kalo gue gak akan pernah balikan sama debo apapun masalahnya. Gue gak sebodoh itu untuk mau jatuh kelubang yang sama dev. Gue bangga punya adek kaya lo yang mau dan mampu jaga gue apapun keadaan gue. Tapi gue minta sama lo hilangin sedikit kebiasaan lo buat main kekerasan. Gimanapun debo dia masih tetap lebih tua dari lo. Lo harus tetap hargai dia sama seperti lo hargai gue, mama, juga papa. Lo bukan lagi anak kecil yang harus mukul temannya disaat teman lo ngerusakin barang lo atau dia gak sesuai dengan yang lo mau. Lo udah makin dewasa dev, lo harus ngerti gimana caranya lo menghargai orang lain selayaknya lo ingin dihargai oleh orang disekitar lo" Jelas ify tanpa mengalihakan perhatiannya. Deva menunduk mendengar perkataan kakaknya.
"Gue sama lo emang beda 3 tahun kak. Tapi gue sebisa mungkin untuk menjaga lo, mama dan papa. Gue satu-satunya anak cowok harapan papa untuk jaga keluarga kita kak. Gue udah rahasian semua kebusukan debo dari papa. Gue coba selesaiin semua masalah kita sendiri. Meskipun kita sering banget berantem tapi jauh dilubuk hati gue, gue sayang sama lo kak. Lo kakak gue yang paling gue sayang" ujar deva.
"Iyalah gue kakak lo yang paling lo sayang. Orang kakak lo cuma gue ogeb" sahut Ify. Deva menatap wajah ify yang mulai menunjukkan senyumannya.
"Lo udah gak marah kak?" Tanya deva.
"Kapan gue marah?" Tanya ify balik. Deva terkekeh melihatnya.
"Udah makin malem dev. Pulang aja yuk daripada mama sama papa marah kita pulang telat banget" ajak ify. Deva pun menganggukan kepalanya dan membantu ify menuruni bukit. Mereka pun menaiki motor lagi menuju jalan pulang disinari oleh sinar bulan yang baru saja menunjukkan wajahnya.
***
Ruangan monokrom masih menjadi tempat ternyaman untuk memikirkan semua masalahnya. Cowok hitam manis ini terlihat terbaring diatas kasur king size yang dibalut dengan sprai yang terlihat natural untuk ruangan monokrom ini. Cowok hitam manis ini memandang langit-langit sambil tersenyum membayangkan apa yang kini ada didalam pikirannya.
'Rio lo bisa gila kalo gini terus' batinnya. Rio, dia adalah cowok yang selalu menggoda ify, membuat ify kesal hingga cowok yang menjadi rival ify dalam berantem entah dalam hal sepele maupun hal yang sengaja ia cari kesalahannya. Sedari ia medapat kebenaran bahwa cowok yang dari kemarin menemani ify tersebut hanyalah seorang adik ify, ia tak dapat menyembunyikan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tanpamu [COMPLETE]
Fiksi PenggemarEntah mengapa aku memikirkannya? apakah aku mulai tergantung padanya? tapi mengapa aku membencinya? apakah ini cinta? dan apakah aku tak bisa tanpanya? -Aku Tanpamu