Waktu semakin berlalu tanpa bisa dihentikan sejenak. Pemandangan pantai yang indah menemani dua sejoli ini memadu kasih. Duduk di tepi pantai tanpa alas kaki menjadi kebiasaan wajar saat berada dipantai. Suara deburan ombak seperti sedang bercerita tentang mereka. Dalam diam mereka tenggelam dalam fikiran masing-masing. Rangkulan pada pundak tak sedikitpun renggang. Si gadis pun mulai melepaskan tangan yang merangkulnya, membuat pasangannya menolehkan kearahnya.
"Kenapa?"
"Gak. Foto yuk kak. Masak pemandangan sebagus ini dianggurin sih" Ajak gadis itu pada pasangannya. Mereka adalah ify dan rio yang berjanji untuk bertemu sebelum rio tinggal di korea. Ify dan rio pun berdiri dan menggunakan kamera hp rio berfoto ria. Mereka saling tertawa sejenak melupakan kenyataan bahwa mereka akan berpisah untuk waktu yang cukup lama.
"Fy, lo udah mandi kan?"
"Udah kok. Kenapa emangnya?"
"Gak papa kan kita disini dari tadi sebelum sunrise. Gue pikir lo kambuh males mandinya"
"Gue mandi gak mandi tetep cantik kok"
"Iya emang lo mandi gak mandi memang yang paling cantik"
"Bisa aja lo kak" Obrolan berakhir. Seperti tak mengerti dengan kondisi dan situasi ini, rio dan ify tak mengerti apa yang harus menjadi obrolan mereka. Biasanya mereka selalu mengobrolkan banyak hal. Tapi sekarang topik pun tak bermunculan diotak mereka. Otak mereka seakan menyuruh menikmati hari ini dengan bahagia. Itu saja sudah cukup. Matahari semakin naik dan berjalan menuju atas kepala yang menandakan tengah hari akan tiba. Rio menggandeng tangan ify dengan sepatu yang dibawa ditangan lainnya, begitu juga dengan ify yang juga membawa sepatunya ditangan lainnya dan menggenggam tangan rio mengikuti langkah kaki rio. Rio berhenti disebuah gubuk yang masih dapat melihat keindahan pantai dari bangku gubuknya. Rio menyuruh ify duduk disampingnya. Ify menuruti permintaan rio.
"Fy, gue tau setahun bukan waktu yang sebentar. Kalo dalam waktu setahun itu lo jenuh nungguin gue dan lo berfikir buat cari pengganti gue. Gue ikhlas fy, gue akan lepasin lo selama lo bahagia. Tapi asal lo tau, nama lo akan selalu ada di hati dan fikiran gue" Ucap rio membuat ify menolehkan wajahnya menatap wajah rio. Wajah yang tenang namun tak menggambarkan suasana hatinya saat ini. Ify mengamati wajah rio, namun tak ada perubahan dari wajahnya. Rio seakan yakin dengan apa yang diucapkannya. Ify menghela nafas perlahan dan mengalihkan pandangannya.
"Lo tau setahun emang gak lama kak. Dan lo berada sangat jauh. Gue gak akan tau apa hati lo tetap untuk gue atau bahkan gue tersisihkan. Bukan hanya gue yang ada dihubungan ini. Tapi juga ada lo. Kalo lo memperkirakan gue bisa oleng dalam menunggu apa lagi lo. Lo yang selalu dikagumi semua murid disekolah kita. Cowok tampan, dingin dan sosok kulkas berjalan yang sangat mencuri perhatian semua orang. Dan gue beruntung dapat memiliki lo sebagai orang yang selalu ada disamping gue. Gue beruntung dapat merasakan kehangatan dari sosok dingin disekolah. Kalo emang lo bisa temuin yang lebih baik dari gue disana. Lo boleh memilih sama dia. Gue hanya akan mengucapkan selamat buat lo" Balas ify.
"Fy, gue gak akan bisa sering hubungin lo. Waktu sekolah disana yang panjang. Waktu belajar disana. Gue bahkan gak tau apakah gue bisa sekedar istirahat sejenak saja. Apa lo yakin lo akan beneran menunggu gue?" Tanya rio.
"InsyaAllah gue yakin. Tapi, kalo gue balikin pertanyaan itu ke lo, apa lo yakin bisa nunggu kembali ke gue atau terpikat disana?" Balas ify sambil menolehkan wajahnya menatap rio. Rio terdiam dan menatap ify juga. Rio menghela nafasnya. Ify memang anak yang cukup keras kepala. Jika dia telah menginginkan satu hal, dia akan berpegang teguh pada hal itu. Rio menarik tubuh ify perlahan dalam dekapannya. Rio membelai rambut ify.
"Lo adalah gadis pertama yang bisa semena-mena ke gue. Lo adalah gadis pertama yang berani buang bola basket kesayangan gue ke danau. Lo adalah gadis pertama yang gak terpikat dengan gue pada pandangan pertama. Lo adalah gadis pertama yang bilang gue resek. Lo adalah gadis pertama yang bikin alergi gue kambuh. Lo adalah gadis pertama yang bikin gue khawatir. Lo adalah gadis pertama yang bikin gue gila saat lo menghindar. Lo adalah gadis pertama yang selalu gue fikirkan setiap detiknya. Lo adalah gadis pertama yang buat gue mencari tentang kpop. Dan lo adalah gadis pertama yang mampu cairkan es di hati gue. Lo gadis pertama yang mampu merubah es ini menjadi air hangat. Gue mungkin gak sempurna. Tapi kalo hati gue udah milih lo, lo bisa apa selain dukung gue buat nunggu" Kata rio panjang. Perkataan rio membuat ify terisak dalam pelukan rio. Ify makin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang rio. Rio terus mengusap punggung ify, mencoba menenangkan gadisnya itu. Getaran bahu ify mulai mereda, pelukan ify pun mulai melonggar. Rio melepaskan pelukannya dan menatap ify dalam, ify membalas tatapan rio dan tersenyum.
"Kalo lo tau gue gak bisa apa-apa selain dukung lo buat tunggu waktu kembali ke gue. Kenapa lo gak dukung gue buat tunggu lo juga? Sekuat apapun negara benci menyerang, kalo rakyat negara cinta bersatu mereka akan kuat dan menang" Kata ify sambil tersenyum.
"Iya kita harus bersatu. Gue tau lo bisa. Lo bukan gadis biasa. Lo gadis gue yang kuat dan berani. Lo jangan nangis lagi ya. Gue gak mau ada yang peluk lo selain gue" Jawab rio. Ify terkekeh mendengar jawaban rio.
"Berarti deva juga gak boleh peluk gue?" Goda ify. Rio mendengus mengingat sosok adik kekasihnya ini yang jika berjalan berdua dengan kekasihnya bak pasangan serasi.
"Coba gue bisa larang, tapi kan adik lo. Lo sih kalo udah sama deva kek sama pacar" Keluh rio. Ify tertawa melihat wajah sebal rio.
"Mana ada gue sama deva kek pacar. Yang ada ngecosplayin tom and jerry" Tawa ify. Rio melihat ify yang mulai tertawa lagi ikut menarik bibir untuk tersenyum.***
'Kenapa diwaktu seperti ini waktu berjalan sangat cepat? Kenapa hari ini datang? Gue masih belum sepenuhnya rela kak rio berangkat' batin ify.
"Gue gak boleh egois" Yakin ify menatap pantulan dirinya di cermin sambil memoles dirinya. Hari ini hari terakhir melihat rio mengijakkan kakinya di tanah yang sama dengannya. Hari ini hari keberangkatan rio. Ingin ify mencoba berfikir ini hanya mimpi. Namun apa daya jika takdir masih belum berpihak padanya. Ify keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar deva yang ada depan kamarnya. Deva muncul dari balik pintu kamarnya dengan pakaian rapi. Deva telah berjanji ikut kakaknya untuk mengantar keberangkatan rio. Deva tersenyum melihat kakaknya.
"Gua ganteng kan kak?" Goda deva.
"Idihhh pd gila lo" Sinis ify.
"Jujur dong kak. Gue ganteng kan?" Goda deva.
"Buruan sebelum gue jatuhin lo dari tangga" Ancam ify. Deva hanya mengerucutkan bibirnya dan berjalan dibelakang kakaknya.
"Bilang aja punya adik ganteng gitu. Susah amat muji adik sendiri" Dumel deva dari belakang ify. Ify yang mendengar hanya menahan kekehannya. Mama dan papanya yang sedang duduk di ruang tamu pun menoleh kearah mereka setelah menyadari kedatangan mereka.
"Kalian mau kemana? Rapi banget" Tanya papanya.
"Tuan putri minta dianterin ketemu pangerannya" Sindir deva.
"Rio beneran berangkat hari ini sayang?" Tanya mamanya. Ify mengangguk menjawab pertanyaan mamanya.
"Yaudah hati-hati. Deva naik motornya jangan ngebut-ngebut. Jaga kakak kamu" Pesan papanya. Deva hanya mengacungkan jempolnya. Deva dan ify pun menyalami mama dan papanya lalu berangkat menuju bandara.***
Enam orang sedang berbincang ditengah keramaian bandara. Dua sejoli ini sedari tadi yang berada diantara enam orang lainnya selalu saling menggenggam erat tangan satu sama lain seolah tak ingin terpisah. Bahkan saat mereka berbincang.
"Kak, udah kali pegangannya. Toh masih ngobrol belum berangkat. Kak ify gak akan gue embat juga kok" Kata ray.
"Apaan sih lo? Iri ngomong gak usah banyak bacot" Sahut rio. Ify langsung mencubit pinggang rio.
"Apaan sih fy?" Tak terima rio.
"Lo tuh ya. Sama ray juga kaga ada ngalahnya. Udah kali tinggal lepas tangan gue sebentar toh masih disini" Kata ify. Rio pun hanya cemberut sambil melepas tautan tangannya.
"Muka lo jelek kak kalo gitu hahaha" Tawa deva lepas melihat wajah rio.
"Tau yo, ada mama sama papa juga masih gak mau lepas sama ify. Mama kamu cemburu tuh" Kata papa rio.
"Uhh mama sini deh rio peluk" Ucap rio sambil memeluk mamanya.
"Yo kan kamu berangkatnya sama mama. Kamu minta mama gelindingin di pesawat?" Kata mama rio yang melepas pelukan rio.
"Udah siap-siap sana. Udah di panggil noh" Kata deva. Rio pun memeluk papanya sambil berpamitan pada papanya.
"Dev, gue pergi dulu ya. Gantiin gue dulu ya. Antar jemput kakak lo" Kata rio pada deva.
"Lo kata gue ojek pribadi kak ify apa. But, selama tuh lampir baik dan gak ngeselin gue lakuin kak" Sahut deva yang dibuahi kekehan ringan dari semua yang ada disana. Sementara rio berpamitan pada deva dan ray, ify memeluk mama rio.
"Mama hati-hati ya. Ify doain mama lancar selama perjalanan ma" Kata ify dalam pelukan mama rio.
"Iya makasih sayang. Meski setahun rio gak ada dirumah nanti, ify tetep main ya kerumah temenin mama" Ucap mama rio yang diangguki ify. Rio pun menatap ify dan mendekap ify erat.
"Lo inget semua ucapan gue kan?" Bisik rio. Ify hanya mengangguk dalam dekapan rio.
"Gue sayang lo. Selama lo bahagia gue akan bahagia. Jangan sedih karna sedih lo juga buat gue sedih. Jangan terjebak sama pikiran buruk walau gue gak kabarin lo ya" Bisik rio lagi. Lagi-lagi ify hanya mengangguk. Rio membelai rambut ify dan menciumi puncak kepala ify. Mereka melepaskan pelukannya sambil tersenyum. Rio mencium kening ify lama melepaskan apa yang mungkin tak akan dilakukannya selama setahun kedepan. Selepas berpamitan rio dan mamanya pun berangkat sedangkan ify dan yang lain kembali ke parkiran dan pergi dari sana.***
Seminggu telah berlalu selepas kepergian rio. Kesepian selalu menemani ify saat menunggu deva datang menjemput atau sedang menunggu bis bersama teman-temannya. Ify dkk hanya bisa berbincang mengingat kekasih mereka yang sedang jauh disana. Kini ify menunggu deva menjemput dan ify berdiri di pagar sekolahnya. Kenangan tentang rio yang selalu mengantarnya selalu berputar dikepalanya setiap melihat kearah parkiran. Tiga temannya telah pulang terlebih dahulu karena urusan masing-masing.
'Lo udah kaya candu buat gue. Seminggu tanpa lo udah terasa berat buat gue. Masih ada 358 hari lagi yang harus gue laluin tanpa lo. Tapi kenapa gue merasa terlalu susah tanpa lo. Lo yang selalu ada disamping gue waktu gue seneng, susah atau sedih. Ketiadaan lo di sisi gue membuat hati gue terasa kosong. Gue tanpa lo udah kaya ikan tanpa air yang gak akan bertahan lama. Lo udah buat gue ketergantungan dengan keberadaan lo. I love you Mario Geraldy Haling'. Ify hanya bisa tersenyum sambil berdoa semoga waktu cepat berlalu dan mempertemukan dirinya dengan seseorang yang kini bagaikan candu untuknya.[Usaha terbaik akan ku kerahkan selagi waktu mencoba menyelesaikan tugasnya untuk kita]
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tanpamu [COMPLETE]
FanficEntah mengapa aku memikirkannya? apakah aku mulai tergantung padanya? tapi mengapa aku membencinya? apakah ini cinta? dan apakah aku tak bisa tanpanya? -Aku Tanpamu