Hari berganti hari, bulan berganti bulan, waktu tetap bergulir. Hingga tanpa terasa waktu bergulir dengan cepat. Bulan Mei telah tiba dimana bagi para siswa telah dapat diduga bahwa ujian akhir semester akan segera terjadi. Hari ini tepat minggu kedua dari bulan Mei membuat para siswa makin sibuk dengan tugas mereka. Tanpa terkecuali empat gadis ini yang saat ini duduk dikantin dengan buku didepan mereka. Makanan pun mereka masih belum memesannya.
"Vi, ajarin gue fisika bab yang ini" Pinta shilla sambil menunjuk halaman buku didepan via. Via mengangguk.
"Bentar deh. Kalo gini kita gak efektif. Gimana kalo kita bikin jadwal belajar kita sekalian nyicil tugas" Usul agni.
"Kalo gitu sekarang fisika aja dulu. Gue kaga mudeng apapun nih" Putus ify yang diangguki shilla.
"Oke deh hari ini fisika. Tapi girls, makan dulu yuk" Kata agni.
"Lo pesen ya. Gue masih mau berantem sama nih kupret" Sahut ify sambil nunjuk buku didepannya. Agni tahu bahwa saat ini sahabatnya itu sedang mengerjakan tugas bu winda yang sebanyak tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir. Tak terkira emang bu winda kalo memberi tugas. Namun sebagai siswa mereka hanya bisa mengerjakannua tanpa membantah. Ify bergulat dengan buku fisika berserta buku rumusnya yang serasa ingin dibakar. Bahkan sampai agni kembali dengan pesanannya, ify masih saja bergulat. Tiga temannya hanya menggeleng. Dari kejauhan terlihat 4 cowok yang tak lain dan tak bukan adalah pacar mereka berjalan mendekati bangku mereka. Ify masih tak bergeming hanya menulis dan menghitung apa yang ada didepannya. Rio telah duduk disamping ify memperhatikan apa yang dilakulan ify.
"Fy" Sapa rio yang dibalas deheman dari ify. Ify masih dengan serius mengerjakan soalnya.
"FY" Teriak rio.
"Apaan sih? Untung selesai kalo belum gue patok lo pake kalkulator" Kesal ify.
"Nah lo dipanggil kaga noleh" Balas rio.
"Penting gue jawab" Sahut ify.
"Vi, periksa nih jawaban gue" Kata ify pada via sambil memberikan bukunya pada via. Via menerima dan mulai memeriksa dengan teliti.
"Lo gak ngerti dari mana sih fy? Lo tuh emang orangnya lebih pinter dari gue. Meskipun lo bilang kagak bisa juga nilai lo bagus. Nih lo betul semua" Kata via.
"Tau fy, lo mah dari sananya udah emang pinter" Sahut shilla yang diangguki agni.
"Pinter apaan kaya gue? Pinter ngibul iya" Kata ify. Ify memakan pesanannya.
"Kalian kenapa sih? Kita disini sampek dicuekin" Kata gabriel.
"Lord winda bikin perang buat kita" Sahut agni.
"Iya nih kak, 3 bab bayangin setiap lo lihat soal lo harus kerjain itu. Mana di folio. Dikata bokap gue yang punya pabrik kertas folio apa. Gue beli mulu kan akhirnya" Kesal shilla.
"Nah shil, ngapa lo pusing soal fisika. Pacar lo aja sembarang macam soal fisika dilahap sama dia. Sampek soal gaib juga dia lahap" Kata cakka diangguki alvin juga rio.
"Buat apa pacar kalo temen gue aja ada ya kan" Sahut shilla yang mengangkat alisnya pada via.
"Lo ngomong gitu sama ify tuh. Dia segala macam soal pelajaran apapun dilahap. Heran gue otaknya kek apa. Belajar kagak nilai kagak diraguin" Kata via sambil menunjuk ify yang sedang makan pesanannya dengan nikmat.
"Ajaib lo fy. Pake dukun mana lo? Boleh lah ajak si cakka biar agak bener sedikit otaknya dia" Kata alvin dengan tampang sedikit tak percaya.
"Lo pernah nyontek gak fy?" Tanya cakka. Ify masih menikmati makanannya.
"Ya pernahlah kak cakka. Itu adalah sebuah proses perjalan setiap masa sekolah kali. Kagak nyontek kagak seru" Seru ify.
"Iya lo nyontek kalo lo lagi males mikir dan kagak ngulas materi" Sahut via. Ify hanya membalas dengan kekehannya.
"Lo ngapa diem aja kak? Sariawan lo?" Tanya ify pada rio yang ada tepat disampingnya.
"Gue diem aja daripada lo diemin gue" Kesal rio. Tanpa membalas ucapan rio, ify mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Setelah memastikan pesannya terkirim ify memasukkan kembali ponselnya. Ponsel rio bergetar namun rio tak menghiraukannya. Ify hanya mengedikkan bahunya.
"Eh, lepas ujian. Liburan yuk" Ajak cakka.
"Kemana?" Tanya agni.
"Bali" Jawab cakka santai.
"Bali mata lo peyang. Lo pikir biaya kesono kagak banyak. Lo mau bayarin kita? Hah? Kalo enggak mending lo diem deh kagak usah mengadi-ngadi. Dikate duwit tinggal gali aja kek kucing boker" Kesal ify.
"Tau nih kak. Kalo lo mau bayari kita sih kita berangkat" Kata via.
"Lo kata gue bokap lo" Sahut cakka.
"Mangkannya lo jangan mengadi-ngadi dah. Kesel gue lihat tingkah lo" Kesal ify.
"Lo pms fy?" Tanya gabriel.
"Auk ah duluan gue" Kata ify sambil membawa bukunya.
"Lo mau kemana fy?" Tanya alvin teriak dari tempatnya.
"Lihat kucing boker" Jawab ify dengan teriak juga dari kejauhan. Ify terus melangkah tanpa tau arah yang pasti hari ini memang minggu tenang bagi para siswa jadi kemana pun oke asal didalam sekolah. Kakinya terus melangkah hingga didepan taman yang biasa dia datangi dengan rio. Taman belakang sekolah terlihat sangat indah tak terjamah. Karena memang letaknya yang sangat dalam dan belakaaaang sekali. Tangan ify diraih oleh seseorang dibelakangnya. Sontak ify menolehkan kepalanya. Rio, pria itu mengikuti ify hingga taman belakang sekolah.
"Lo kenapa?" Tanya rio halus.
"Hanya berdiri dan melihat apa yang didepan gue" Jawab ify sekenanya.
"Lo tadi kenapa? Kesel sama gue?" Tanya rio. 4 bulan menjalin hubungan dengan ify membuat rio dapat mengerti segala kondisi yang terjadi pada gadis ini.
"Entah" Jawab ify.
"Gue diem karna gak mau ganggu lo" Kata rio yang hanya didehemi oleh ify. Rio menarik pelan tangan ify menuju bangku taman. Rio mengajak ify duduk dibangku taman itu.
"Fy, lo gak pernah sekesal tadi didepan mereka. Maaf kalo gue bikin lo kesal" Kata rio lagi. Ify masih setia memberi jawaban sebuah deheman. Rio masih dengan sabar menghadapi kekesalan ify. Rio mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan yang ada diponselnya. Mereka hanya berdiam diri.
[Nauralify]
[Gue diemin lo bukan karena gue kesel sama lo. Gue terlalu sibuk sama tugas gue. Terlalu pusing gue buat sekedar leha-leha aja susah. Maaf kalo gue nyakitin perasaan lo]
Rio tersenyum membaca pesan dihpnya. Jarang ada cewek yang gak gengsi minta maaf dulu ke cowoknya. Rio memasukan hpnya dan memperhatikan gerak gerik ify. Disampingnya ify hanya diam dan membolak-balik halaman buku yang dibawanya. Rio merasa sangat beruntung dapat memiliki gadis ini sebagai pengisi harinya. Awal perkenalan mereka yang tak mudah justru menjadikan pondasi kuat buat mereka. Mereka makin mengerti perubahan emosi yang terjadi diantara keduanya dan menjadikan mereka tahu harus berbuat apa untuk menenangkan pasangannya. Meskipun terkadang jalan yang terbaik adalah BERANTEM. Hal itu memang tak dapat dijauhkan dari mereka berdua. Rio mengambil buku ify dan menutupnya. Ify hanya menatap rio sinis tanpa protes. Rio menarik tubuh ify mendekat dengannya dan meletakkan kepala ify pada bahunya. Ify pun bersandar dengan memejamkan matanya. Rio membelai rambut ify dan menatap wajah ify yang memancarkan aura kelelahnnya.
"Lo mau berbagi sama gue?" Tanya rio halus. Ify menganggukkan kepalanya dengan mata terpejam dan posisinya yang masih bersandar pada bahu rio.
"Apapun yang lo rasain lo harus berbagi. Jangan simpen sendiri. Gue gak mau lihat lo sakit. Kalo ada yang mau lo tanyain lo boleh tanya ke gue, masalah apapun itu sekalipun pelajaran. Gue siap bantu lo" Terang rio. Ify hanya mendengarkan. Tangan rio masih membelai rambut ify.
"Jadi lo kenapa? Selain masalah bu winda" Tanya rio. Ify membenarkan posisi duduknya dan menatap mata rio. Rio hanya membalas tatapan ify dengan tatapan penasarannya. Rio masih menunggu gadisnya ini mengungkapkan apa yang terjadi padanya.
"Gue kesel dan gue malu sama lo. Lo punya predikat peringkat pararel tetap nah gue, semester kemarin bisa aja jadi lucky situation gue. Gue takut lo ngerasa malu sama gue kak. Karena itu gue belajar keras agar peringkat itu gak lepas dari gue dan gue merasa pantas buat lo" Ujar ify. Rio terkejut mendengar penuturan ify.
"Fy, gue pacaran sama lo bukan karena lo peringkat 1 pararel kemarin. Gue juga gak peduli mau peringkat lo turun atau tetap, lo tetep jadi ify yang gue suka. Tapi gak gini, lo terkesan maksain diri lo. Lo itu udah pintar fy, bahkan temen lo ngakuin kepintaran lo itu kan. Hubungan kita yang jalanin kita, lo gak usah dengerin apa yang orang lain bilang. Selama lo nyaman sama gue dan gue nyaman sama lo, itu bukan hal yang harus dipertimbangkan. Kalo pun saat itu lo gak peringkat 1 pararel gue juga tetep akan deketin lo. Gue memulai hubungan asmara sama lo bukan ngadain lomba cerdas cermat yang harus pintar. So, gue minta lo jadi diri lo sendiri. Jangan maksain diri lo. Lo udah yang terbaik buat gue" Tutur rio. Rio menarik ify dalam pelukannya. Ify meneteskan air matanya tepat didada rio. Rio merasakan bahu ify bergetar pun membelai punggung ify sampai dia merasakan ify berhenti menangis. Rio melepas pelukannya dan melihat ify dengan tatapannya yang dalam sambil membelai bahu ify rio tersenyum.
"Inget kata-kata gue tadi" Kata rio yang diangguki ify. Hp rio bergetar menandakan adanya telfon masuk dari seseorang. Rio pun mengeluarkan hpnya melihat siapa yang menelfonnya.
"Siapa?" Tanya ify.
"Gabriel" Jawab rio sambil menunjukan layar ponselnya. Rio pun mengangkat telfonnya.
"Kenapa yel?"
"Ya sorry. Apaan?"
"Kapan?"
"Sekarang?"
"Gila ya lo baru kasih tau gue"
"Yaudah ketemu diruang guru" Putus rio.
"Fy, gue dicariin pak duta. Gue keruang guru dulu ya. Lo kekelas atau balik kekantin?" Pamit dan tanya rio.
"Gue gampang kemana aja bisa. Lo ke ruang guru aja dulu kak" Kata ify.
"Yaudah gue duluan ya. Kalo pulang gue tunggu diparkiran" Pesan rio sambil mengacak puncak kepala ify. Ify membalas dengan mengangguk dan senyum. Rio pun berlari meninggalkan ify sendiri di taman belakang sekolah. Ify menghela nafasnya perlahan melihat rio berlari dan menghilang dibalik gedung.
"Gini amat pacaran sama orang sibuk. Tapi gue bersyukur kak, lo bisa ngertiin keadaan gue. Lo selalu bisa balikin gue dan bikin gue gak pesimis lagi. Makasih lo udah datang dan nemenin gue selama 4 bulan ini" Ucap ify sambil menatap kedepan. Senyumnya tak hilang dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tanpamu [COMPLETE]
FanficEntah mengapa aku memikirkannya? apakah aku mulai tergantung padanya? tapi mengapa aku membencinya? apakah ini cinta? dan apakah aku tak bisa tanpanya? -Aku Tanpamu