Sebelum baca jangan lupa vote lah. Ditunggu ya votenya :))
------
Taman kota terlihat ramai, banyak orang lalu lalang. Asap kendaraan menyebabkan udara makin panas. Tapi tak sedikit juga orang yang masih betah duduk di taman kota. Dua sejoli ini duduk sambil melihat kendaraan lalu lalang.
"Em... Fy, lo kenapa mau pacaran sama gue?" Tanya rio yang berada disamping ify. Ify memutar bola matanya jengah mendengar pertanyaan rio yang menurutnya terlalu bodoh untuk dijawab.
"Lo gak ada pertanyaan lain yang lebih bermutu gitu kak" Gerutu ify. Rio yang mendengar pun terkekeh.
"Udah jawab aja. Tinggal jawab aja repot" Kekeh rio. Ify diam sejenak.
"Emm.... Gue pacaran sama lo karena lo belain gue dari debo mungkin" Jawab ify asal. Mata rio terbelalak mendengar jawaban ify. Rio menolehkan wajah terkejutnya menatap wajah samping ify, ify hanya diam tak bereaksi.
"Lo beneran pacaran sama gue karena gue belain lo depan debo?" Tanya rio serius. Ify menolehkan kepalanya.
" Gue tanya ke lo. Apa lo lihat gue kaya gitu?" Tanya ify balik.
"Enggak" Jawab rio singkat.
"Ya udah. Kenapa hal kaya gini lo tanyain?" Tanya ify. Ify menatap rio serius. Rio diam tak tau harus berkata apa.
"Lo sebenernya mau ngomongin apa sih kak?" Tanya ify serius dengan menatap wajah rio.
"Em... Gak ada" Jawab rio memalingkan wajahnya.
"Lo pikir gue gak tau kalo lo bohong. Oke gue akan pura-pura gak tau" Sahut ify yang langsung berdiri. Rio terkejut melihat ify berdiri.
"Lo mau kemana?" Tanya rio.
"Cari minum aus" Jawab ify.
"Lo tunggu sini gue cariin" Kata rio yang langsung pergi mencari minum. Ify duduk kembali sambil menatap kenadaraan lalu lalang namun pikirannya telah melayang kemana-mana.
'Gue udah jatuh cinta banget apa sama kak rio sampek gue masih takut kak rio beneran bakal pergi kekorea' batin ify. Ify termenung sendiri dibangku taman. Tanpa sadar, rio datang dengan membawa dua botol minuman dingin. Rio melihat ify sedang melamun.
"Fy" Panggil rio. Ify masih belum juga membuyarkan lamunannya. Rio menepuk bahu ify. Dengan wajah terkejut, ify menoleh ke rio dan membuyarkan lamunannya.
"Lo ngagetin tau gak" Kesal ify.
"Lo yang ngelamun. Ngelamunin apaan sih?" Tanya rio. Ify hanya mengedikkan bahunya.
"Fy, lo percaya LDR gak?" Tanya rio sambil menyodorkan botol minum kearah ify.
"Entah. Kenapa?" Jawab ify. Hati ify tak karuan takut mendengar lanjutan perkataan rio.
"Kalo seandainya gue harus pergi jauh. Lo mau LDR atau lepasin gue?" Tanya rio to the poin. Ify menahan dirinya untuk tidak menangis. Ify tau arah pembicaraan rio. Ify sungguh tak ingin egois. Namun, apa daya hatinya serasa menolak apa yang ada diotaknya. Jantungnya berdegup kencang seolah akan meledak begitu mendengar pertanyaan rio. Ify membuka minumannya dan meminumnya mencoba untuk bersikap biasa saja didepan rio.
"Lo pergi jauh? Tergantung konteksnya kak. Lo pergi jauh tujuannya apa? Kalo lo pergi jauh buat ninggalin gue dan cari yang lain. Gue akan lepasin lo" Jawab ify dengan usahanya mencoba biasa saja. Air muka ify tak berubah sekalipun jika dilihat dengan sekali pandang. Namun, jika kalian melihatnya lebih dalam disana tersirat sebuah kesedihan yang tak ingin dia keluarkan.
"Boleh gue jujur?" Tanya rio. Ify hanya mengangguk.
"Gue dapet beasiswa pertukaran pelajar dikorea selama setahun. Gue gak tau, lo akan bersikap seperti apa setelah tau hal ini. Jujur, gue takut lo ninggalin gue. Karena perjuangan gue dan lo buat sama-sama emang gak mudah fy. Kita selalu berantem sampek ujungnya kita saling mencintai dan menjaga. Lo udah rendah diri karena gue punya predikat peringkat satu pararel bertahan. Gue gak mau lo makin minder dengan ini" Kata rio panjang. Ify mendengarkan.
'Ternyata lo gak bilang karena lo pertimbangkan semuanya kak? Gue harus apa kalo lo kaya gini?' Batin ify.
"Setelah lo tau apa yang akan lo lakuin? Kita LDR atau..." Pertanyaan yang dilontarkan rio langsung dipotong oleh ify.
"Gue pulang dulu kak. Lupa mau kekantor papa" Potong ify yang berdiri dan memberhentikan taksi didepannya. Rio menatap kepergian ify dengan tatapan yang susah diartikan.
"Lo pasti belum siap kan fy? Maaf gue harus ngomong ini sekarang" Kata rio melihat taksi yang ditumpangi ify pergi menjauh.***
Dalam taksi ify menangis, bahkan supir taksi pun bingung mau kemana. Setiap kali dia ajukan pertanyaan kemana harus mengantar ify, gadis itu hanya menjawab "jalan aja deh pak" sambil terisak. Supir taksi tersebut hanya bisa memberikan kotak tisu yang tersedia di dashboard pada ify. Ify menerima kotak tisu itu dan menghapus air matanya. Ify pun memilih pulang. Ify memberikan alamat tujuannya dan sang supir pun memutar arah dan menuju alamat yang diberi ify. Ify memberikan uang lebih dari yang tertera di led kecil didalam taksi.
"Non kembaliannya" Panggil supir taksi itu.
"Ambil buat bapak. Makasih ya pak. Maaf merepotkan" Kata ify sopan.
"Sama-sama non. Semoga non bahagia gak nangis lagi" Sahut supir taksi tersebut. Ify tersenyum mendengar perkataan supir taksi itu. Ify segera masuk kedalam rumah dan menuju kamarnya. Deva yang baru saja keluar dari kamarnya melihat kakak terburu masuk kedalam kamar menjadi heran.
"Tumbenan tuh orang dah pulang" Heran deva. Deva pun mengedikkan bahunya. Deva turun dan menonton tv dibawah. Saat ini papa dan mamanya sedang keluar. Papanya menemani mamanya berbelanja semua bahan dirumah. Alhasil rumah sepi, dan ify tak kunjung keluar dari kamarnya. Deva masih tak tahu ada apa dengan kakaknya. Deva masih merasa bodo amat dengan kakaknya. Sampai akhirnya rasa penasarannya tinggi.
"Tuh orang ngapasih? Bikin penasaran sumpah" Kata deva yang langsung berdiri dan menuju kamar ify. Diketoknya pintu ify tak kunjung dibuka. Diputarnya knop pintu kamar ify namun nihil pintu itu terkunci dari dalam. Deva masih berpositif thingking.
"Capek kali" Kata deva. Deva pun menuju kamarnya dan membiarkan kamarnya tetap terbuka agar dia dapat melihat ify keluar dari kamar ify. Setelah lama menunggu ify yang tak kunjung keluar dan rasa penasarannya yang masih tinggi, deva memutuskan untuk menghubungi ray.
"Telfon ray aja lah. Sapa tau dia punya info kenapa tuh lampir diem ngurung dikamarnya" Kata deva sambil meraih hpnya di nakas dan mencari kontak ray.
"Eh ray my bro. Ngapain lo" Kata deva saat telfonnya diangkat.
"Dih ogah, gue kagak sudi dikira hombreng lagi sama lo"
"Aaah, gue mau nanya nih ray sapa tau lo punya info gitu"
"Iya cewek. Kakak gue"
"Mangkannya dengerin dulu. Kan tadi setau gue dia ijin kerumah lo buat ketemu mama lo sambil balikin kotak bekal. Nah, beberapa waktu yang lalu dia pulang ray. Tadi sampek sekarang kaga keluar kamar. Dan kamarnya dikunci. Lo tau sesuatu"
"Ahhh gitu ya. Jadi lo gak tau. Ya udah deh ray gak papa" Putus deva. Deva turun lagi kelantai bawah mencari bi inah. Bi inah sedang didapur dan deva menghampirinya.
"Bi, bibi tau kak ify tadi pulang?" Tanya deva yang masih mencari informasi.
"Enggak den, kenapa?" Tanya bi inah balik.
"Kak ify gak keluar kamar sampai sekarang. Deva minta kunci duplikat deh bi" Jawab deva.
"Bentar de, bibi ambilin kuncinya" Kata bi inah yang diangguki deva. Bi inah kembali dengan kunci yang diminta deva. Deva menerima kuncinya dan berlalu menuju kamar ify. Deva membuka kuncinya dan saat pintu itu terbuka betapa terkejutnya deva melihat kakaknya yang sangat berantakan. Deva menghampiri ify yang terkulai lemas disamping ranjangnya. Kamar ify sudah berubah menjadi kapal pecah. Deva merangkul ify.
"Kak, lo kenapa?" Tanya deva halus. Ify menghambur kedalam pelukan deva. Ify menangis sejadinya meskipun tubuhnya sangat lemas. Deva membiarkan ify menangis didalam pelukannya. Bukan pertama kalinya dia melihat ify menangis seperti ini. Ify memang selalu menangis padanya dan deva akan setia memeluk kakaknya saat menangis. Saat tangisan ify mulai mereda, deva perlahan melepaskan pelukannya.
"Lo cerita sekarang lo kenapa?" Suruh deva. Ify menarik nafasnya dalam-dalam sambil mengatur isakannya yang tersisa. Ditatapnya wajah deva yang terlihat khawatir.
"Gue takut dev" Kata ify. Deva masih tak mengerti.
"Takut?, apa yang lo takutin?" Tanya deva.
"Kak rio, dia dapet beasiswa ke korea. Gue takut menerima kenyataan kalo dia bakal ninggalin gue" Jawab ify. Deva mengatur keterkejutannya.
"Kak, kak rio sama debo itu beda. Debo yang masih bareng-bareng sama lo dan nempel banget kek perangko aja masih bisa nyelingkuhin lo. Tapi kak rio beda, dia akan mencoba sekuat apapun dia akan ada buat lo. Bukankah harusnya lo bangga pacar lo dapet beasiswa yang belum tentu orang lain bisa dapetin dan lo bilang kekorea kan, bukankah lo juga harus bangga dengan begitu lo bisa beli album tanpa pajak ke kak rio" Hibur deva. Ify yang masih menangis sesegukan pun tak bisa menjawab, memang benar apa yang dikatakan deva. Dia pasti bangga memiliki pacar seperti rio. Tapi ketidaksiapan yang melanda membuat dia takut kehilangan rio.
"Gue tau lo gak akan egois kak. Selama 4 bulan dan masa pendekatan lo sama kak rio bukan masa yang mudah. Lo bisa meredam emosi kak rio, lo bisa mengerti semua tentang kak rio. Dan bahkan mungkin sebaliknya. Bukankah itu sudah jadi pondasi buat kalian akan bertahan?" Kata deva.
"Apa gue bisa tanpa dia dev? Dulu saat gue belum menyadari gue jatuh cinta sama dia. Gue menghindari dia tapi rasanya gue tersiksa. Dan saat ini saat gue bener-bener sayang dia, Tuhan memisahkan kita" Racau ify.
"Tuhan bukan memisahkan kalian, Tuhan hanya ingin melihat bagaimana kalian menjaga satu sama lain meskipun jarak dan waktu menjadi halangannya. Lo harus tau kak tidak akan ada pelangi indah sebelum hujan. Hujan bagaikan ujian ini buat kalian, tapi ingat ada pelangi indah yang akan muncul setelah kalian melewati hujan" Hibur deva. Ify tak menjawab.
"Sekarang lo istirahat dulu ya. Gue temenin" Kata deva membantu ify berdiri dan mengambil bantal ify yang terlempar berserakan. Diposisikannya ify berbaring dan deva berbaring disampingnya. Sesekali deva melihat kearah ify dan melihat apakah ify telah tertidur atau belum. Saat memastikan ify telah tertidur, deva bangkit dan membereskan kamar kakaknya. Takut jika mamanya atau papanya masuk ke kamar kakanya saat kamarnya menjadi kapal pecah seperti ini yang ada ify akan diinterogasi. Deva pun selesai membereskan kamar ify dan memilih keluar dan mengembalikan kunci duplikat yang dipinjamnya dari bi inah. Saat menuruni tangga deva melihat seorang cowok yang tak lain dan tak bukan adalah rio.
"Dev, ify udah pulang kan?" Tanya rio. Deva mengangguk dan berlalu menemui bi inah dan mengembalikan kuncinya. Deva berjalan kerarah tangga lagi dan rio masih ada disana.
"Dia ada dikamarnya tidur. Lo kalo mau lihat dia masuk aja" Kata deva. Rio segera bergegas menuju kamar ify. Deva melihat rio yang terburu-buru makin yakin bahwa rio bersungguh-sungguh dengan kakaknya.
'Lo lihat kak, kak rio kesini nyariin lo. Gue yakin dia gak akan pernah dengan mudah ngelepasin lo. Lo terlalu indah untuk bersedih kak' batin deva. Ia pun ikut menaiki tangga dan menunggu didepan kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tanpamu [COMPLETE]
FanfictionEntah mengapa aku memikirkannya? apakah aku mulai tergantung padanya? tapi mengapa aku membencinya? apakah ini cinta? dan apakah aku tak bisa tanpanya? -Aku Tanpamu