Hidup pasti akan memiliki tujuan.
Namun jalan yang dihadapi selalu berada dalam dua pilihan.
Lari atau hadapi, pertahankan atau lepaskan.
Manusia punya kebebasan memilih satu diantara pilihan tersebut.
Apapun itu, inti dari kekuatan adalah kesabaran.***
SUARA decit pintu terdengar mengisi ruangan serba putih yang sunyi. Sesosok cowok dengan tubuh jangkung berperawakan tegap masuk, setelah mengetuk pintu hingga beberapa kali. Lalu dia memperhatikan seseorang perempuan yang tak lain adalah perawat ibunya. Gibran tersenyum tipis lantas menutup pintunya kembali. Dia meletakkan buah-buahan segar di atas nakas, lalu meraih kursi lipat hitam dan duduk disamping tubuh kurus ibunya yang sudah terlelap diatas ranjang tempat tidurnya.
"Nyonya Dera sudah tertidur dari pukul enam tuan Gibran," kata perawat itu seolah paham maksud kedatangan Gibran.
Mata sayup Gibran nyaris berkaca-kaca. Dia selalu terlihat rapuh jika berhadapan langsung dengan kondisi Dera yang tidak mengalami perubahan apa pun.
"Saya gak tau lagi sus, gimana caranya membuat mama kembali lagi kayak dulu, " ucap Gibran lirih, kemudian setetes air matanya keluar. Cepat-cepat dia menyekanya.
Perawat cantik yang bernama Nita itu paham betul apa yang dirasakan sosok remaja di depannya kini, alih-alih dia mencoba memberi pengertian kepada Gibran agar dia bisa lebih kuat menerima realita dalam kehidupannya.
"Tuan Gibran harus tabah, jangan lupa terus berdo'a untuk kesembuhan Nyonya Dera. Anggap aja ini ujian, tuan"
Gibran tersenyum lirih, dia tak kuasa lagi menahan matanya yang perih. Gibran memang kuat dari luar, dia juga tidak ingin memlerlihatkan kerapuhannya kepada orang-orang, termasuk sahabatnya sekalipun. Dia juga berusaha menyembunyikan penderitaan yang Gibran rasakan.
Gibran berdiri dari duduknya, lalu dia mencium kening Dera penuh kelembutan. Kemudian tangannya mengelus rambut ibunya penuh kasih sayang.
"Ma, cepat kembali seperti dulu. Gibran rindu sama omelan mama. Gibran sendirian ma. Gibran butuh mama, " ucapnya lirih. Dia menangis. Butiran bening itu kini membasahi kedua pipinya.
"Gibran janji sama mama, kalau mama sembuh, Gibran akan menuruti apapun yang mama suruh. Gibran akan melakukannya ma, Gibran janji....! " Suasana hatinya benar-benar kalut, Gibran larut dalam kesedihan jika harus dihadapkan dengan kondisi ibunya yang terlihat lusuh dan kurus kering. Namun Gibran akan senantiasa terlihat tegar dan kuat jika dia menemui Dera dalam keadaan sadar tidak seperti saat ini, Dera yang terlelap begitu tenang dalam tidurnya. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak akan menangis kala di depan ibunya.
***
Dilain tempat, seseorang dengan rambut panjangnya berdiri diatas balkon kamarnya. Dia menatap nanar ke arah hamparan bintang diatas langit. Sesekali semilir angin berhembus menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai rapi. Natasya melamun. Dia masih memikirkan sosok Gibran ditambah pernyataan dari Zahra dan Naya yang membuatnya tambah penasaran.
"Jadi namanya Gibran, " ucapnya pada diri sendiri. Lalu tanpa sadar dia tersenyum tatkala dia kembali teringat perdebatan singkat antara dirinya dengan Gibran sewaktu di gerbang pintu sekolah tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY'S HEART
Teen FictionSenakal-nakalnya anak cowok, mereka juga ada waktunya rapuh dan lemah. Kadang mereka hanya pandai melakukan drama hebat yang tak bisa terbaca oleh siapa pun, kalau cowok melakukan hal yang terlihat buruk bisa jadi hal itu mampu menenangkan beban pik...