MALAM yang begitu sunyi. Hening, Senyap bagaikan tak berpenghuni.
Diruangan VVIP itu hanya ada sesosok Gibran yang masih setia menanti kesadaran seorang wanita yang sangat dia sayangi.
Tubuh Dera masih terbaring lemah di atas ranjang pasien dengan beberapa selang infus di bagian tangannya. Wajahnya yang terlihat pucat membuat hati Gibran terasa tersayat. Entah apa yang Gibran takutkan malam ini sehingga dia tidak bisa tidur sama sekali, bahkan sedari tadi Kevin sudah pergi pulang ke rumah lantaran dia tidak bisa menemani Dera bersama Gibran.
"Ma, Kenapa Mama gak pernah kasih tau Gibran kalo Mama punya riwayat kanker ini. " Tangan Gibran menggenggam erat jemari Dera sambil mencium.
"Kalo Gibran tau bakalan kayak gini, mending dari dulu aja Gibran tiap hari jagain mama," lanjutnya lagi. Kemudian dia melirik jam dinding di depannya. Benar saja, waktu sudah menunjukkan pukul 11.20 WIB. Perutnya kini mulai berbunyi minta di isi. Dari Siang tadi dia belum makan sama sekali. Akhirnya dia berinisiatif untuk pergi ke kantin yang menyediakan makanan selama 24 jam di RS ini.
"Ma, Gibran pergi bentar, mau makan. Cepat sadar ya Ma, " lalu Gibran bangkit dan mencium dahi Dera.
Gibran menyusuri lorong dengan langkah pelan. Dinginnya angin seakan menusuk-nusuk kulit Gibran. Ditambah keheningan malam yang begitu mencengkam dengan cahaya lampu yang agak sedikit remang-remang, membuat rumah Sakit pantas di juluki tempat mengerikan jika pada waktu malam. Tapi, bagi cowok seperti Gibran hal begitu tidak berlaku padanya. Dia tidak merasa takut pada makhluk-makhluk tak kasat mata yang menghuni Rumah Sakit ini. Lagian, mereka tak akan menggangu jika dia tidak ketakutan. Pikirnya.
***
Keesokan harinya, sesosok cewek dengan seragam sekolahnya kini berdiri tepat di depan pintu masuk sekolahan. Entah siapa yang dia tunggu sehingga kepalanya celingak-celinguk seakan-akan mencari seseorang.
"Hai, Nat. " sapa Naya yang kini penasaran melihat sikap Natasya.
Natasya menoleh. "Hmm, iya, " balasnya. Lalu Natasya tetap melihat-lihat ke segala arah.
Dahi Naya seketika berkerut. "Nunggu siapa sih?"
"Duh, tuh anak biasa banget ya telat datang? " bukannya menjawab malah ngasih balik pertanyaan ke Naya.
"Hmm, gue tau. Lo nunggu Gibran, kan? "tanya Naya mantap. "Eh, Nat. Lo kalo nunggu si biang kerok bar-bar gak bakalan dateng dia sampe bel bunyi. Udah yuk, kita masuk kelas aja. " ajak Naya meyakinkan Natasya.
Natasya mengangguk.
"Tumben lo cariin Gibran, mungkin efek dari sakit hati diselingkuhin sama Bayu kali ya hehe. " ucap Naya sambil berjalan.
"Gak usah sebut-sebut nama itu lagi. Gue benci. " Natasya memang sudah memasukkan Bayu ke daftar cowok yang paling di benci dalam hatinya. Bukan apa-apa, dia masih tidak bisa terima kalau Bayu tega mempermainkan perasaannya. Setelah dia meminta kesetiaan pada Natasya dan ternyata Bayu sendirilah yang telah melanggar janjinya, bagaimana mungkin Natasya tidak patah hati. Jika kalian pernah berada di posisi Natasya, mungkin kalian mengerti bagaimana rasa sakit akibat kecewa.
Saat Natasya dan Naya tengah asik berbincang menyusuri lorong sekolah tiba-tiba saja segerombol cewek iblis itu datang menghentikan langkah mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Bella dan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY'S HEART
Roman pour AdolescentsSenakal-nakalnya anak cowok, mereka juga ada waktunya rapuh dan lemah. Kadang mereka hanya pandai melakukan drama hebat yang tak bisa terbaca oleh siapa pun, kalau cowok melakukan hal yang terlihat buruk bisa jadi hal itu mampu menenangkan beban pik...
