Prolog

363 24 6
                                    

Bismillahirrahmaanirrahiim

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” (Q.S al-An’ām : 162)






🌺🌺🌺

Lillah, hampir setiap bibir mampu mengucapnya. Namun tak sedikit hati yang goyah, untuk bisa menyelaminya. Ikhlas, kata yang amat mudah mencuat, tak sedikit hati yang berkhianat.

Apakah ikhlas hanya milik mereka yang dilanda asmara. Yang berdalih merelakan hati demi kasih yang bahagia.
Tentu tidak, ikhlas bisa saja milik mereka yang tiada pernah berucap namun tetap melangkah pada apa yang seharusnya.
Layaknya Mentari sebelum terbenam, bila akan hadirnya malam. Ia menyuguhkan keindahan yang tak satupun mata menolak memandangnya.
Apa ia pernah mengeluh? Mengapa harus pergi, padahal ia datang untuk menyinari. Mengapa harus berganti malam, padahal ia hanya membawa kegelapan. Tidak juga, ia hanya melakukan kehendak-Nya.



***

"Tuan, tolong nikahi saya." suaranya gemetar. Tubuhnya berjongkok dan memeluk lututnya yang mungil. Wajahnya yang sendu bersembunyi dalam lipatan tangan tanpa berani menatap pria itu.

"Jangan gila kamu, apa kau hamil?" Pria itu terus mendekatinya. Tangannya sibuk membuka kancing kemeja tanpa peduli pada rintihan gadis mungil itu.

Sepatunya yang mengkilat kini tepat dihadapan gadis itu. Zara semakin terisak. Tubuhnya yang dibalut handuk kimono semakin gemetar. Rambutnya yang basah semakin membuat pria itu membuncah.

Zara yang malang, dengan air mata berlinang ia terus memohon pada pria itu. Namun tidak menggoyahkan nafsu yang membakar. Pria yang rupawan berlutut dihadapannya dan mengelus rambutnya. Zara benar - benar ketakutan. Tatapannya kini mencoba berbicara. Tatapan yang membuat siapapun memandang akan berbelas kasih padanya.

"Tu...an, saya mo-hoon..." ucapnya terisak.
Pria itu seketika menarik tangannya. Tatapan mereka kini beradu dan membuat semua seolah berhenti sejenak. Ia mengingatkan Rayyan pada bayangan mamanya. Membuat memori ingatannya memutar kejadian pilu dari masa lalu.

Mama jangan menangis, mamaaa ... Mama ...

Rayyan kecil terus mengusap air mata di wajah mamanya.

Rayyan berdiri dan berbalik menyembunyikan matanya yang berkaca - kaca. Dadanya kian sesak, meruntuhkan nafsu dan keangkuhannya. "Pergilah ... aku tidak akan menyentuhmu." ucapnya dengan tetap lantang. "Cepat sebelum aku berubah pikiran." Ia berjalan menjauhi Zara.

Tangannya sibuk membetulkan kancing bajunya yang sudah separuh terbuka. Zara menangis lega, tubuhnya yang lemah berusaha untuk berdiri.

"Tolong nikahilah saya tuan," kata itu yang terus terucap dari mulut Zara.

Rayyan yang sudah meraih jasnya dan hendak pergi, mendadak terhenti mendengar kata - kata Zara.
"Dasar perempuan gila!!!" umpatnya. Ia berbalik menatap Zara yang masih berdiri disudut kamar. "Apa kau sudah gila? Apa kau bermimpi menikah dengan lelaki pebisnis sepertiku? Jangan pernah bermimpi !!!" ucapnya sinis.

"Tolong nikahi saya ... " Zara terus saja memohon.

Rayyan hanya tertawa sinis, "Apa yang kamu inginkan? Aku sudah membayar pada bosmu, minta sama dia. Lagipula aku sudah ditipu. Dia bilang kau masih perawan tapi ..." ia sedikit menjeda dan tersenyum kecut. "Kau malah minta aku menikahimu. Apa kau hamil? Hah!!! "
Pertanyaan dan hujatan terus ia layangkan pada Zara. Tanpa peduli Zara terus meminta belas kasih. Ia tidak dapat berfikir lagi selain meminta dinikahi.

"Pergilah cepat, jangan memohon kepadaku. Aku tidak mungkin menikahi wanita sepertimu." cercanya spontan tanpa sedikitpun berfikir tentang perasaan wanita muda itu.

Zara berjalan perlahan dengan tubuh yang masih gemetar. Dengan kaki telanjang, tangannya bersilang diatas dada tanda bahwa ia berselimut ketakutan. "Nikahilah saya Tuan, saya tidak mau Tuan rugi. Tuan sudah membayar pada orang itu. Nikahilah saya lalu ..." ia menjeda menyeka habis air mata yang membanjiri pipi mungilnya. "Lalu tuan bisa melakukan apapun yang Tuan inginkan."

"Dasar tidak waras! Sudah kubilang--"

"Menikah siri. Tuan bisa menikahi saya secara siri. Tidak akan ada yang tau. Saya mohon, bantu saya." Zara memotong ucapannya dan terus mendekati Rayyan yang hampir mencapai pintu kamar.

Zara terus memohon dan terisak didepan pria yang baru ia kenal. Tidak, tidak juga ia kenal. Tapi baru saja hendak merenggut segalanya dari Zara bila saja pria itu tak punya belas kasih. Beruntungnya, dia bertemu dengan pria yang tidak sampai hati melihatnya terus menangis. Zara yakin dibalik wajahnya yang angkuh, perangai nya yang terkesan kasar ada sisi lain dibaliknya. Yah, sejak pria itu berkata melepaskannya ia begitu yakin pria itu bukan orang jahat. Zara seakan mendapatkan jalan keluar, Zara selalu yakin Allah selalu membantunya. Dan benar saja bila Allah sudah berkehendak maka mudah saja untuk segala sesuatu terjadi.

Zara, perempuan muda 20 tahun yang tanpa ia ketahui telah dijual pamannya sendiri. Hingga pertemuan dengan Tuan Rayyan yang tidak pernah ia sangka. Yang kini terpaksa bersedia menikahinya.

Miris memang, siapa saja ia anggap keluarga justru membuangnya jauh jauh. Dan membuat dirinya mengemis pada orang lain.

"Alhamdulilah, terimakasih ya Allah sudah menyelamatkan hamba melalui Tuan Rayyan," syukurnya dalam hati.

Apapun itu, Zara hanya beucap syukur. Ia yakin skenario Allah adalah yang terbaik.
Meskipun ia sendiri tahu betul, pernikahannya akan terjal bahkan terombang ambing dalam gelombang ketidakpastian. Sebab jika Tuan Rayyan sudah tidak lagi menghendakinya. Kalimat cerai tidak akan ada penghalangnya. Inilah yang akan Zara hadapi, pernikahan siri.















Next.....?????

Tinggalkan vote dan komen ya. 😊😊😊

SENJA From ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang