BAB 6 - KEHADIRANMU

136 11 3
                                    

“Kamu tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sesungguhnya sebelum benar-benar jatuh cinta dan kamu tidak akan merasakan rasa sakit yang sesungguhnya sebelum kehilangannya."
(Anonim)







🌺🌺

"Pagi, Pak", sapa Rayyan pada lelaki paru baya yang terduduk didepan meja ruang kantornya. Tangannya sigap menyalami lelaki itu.

"Pagi Pak Okano", balas lelaki itu ramah.

"Bapak Aldo. Panggil saya Rayyan pak, saya biasa dipanggil begitu. Kan kita sebentar lagi akan jadi satu tim.", pinta Rayyan dengan formal.

"Baik Pak Rayyan", sahutnya dengan tawa renyah.

"Oh ya, jadi bisa ceritakan pada saya permasalahan bapak.", mulai Rayyan tanpa basa basi. Tangannya berpangku diatas meja siap mendengarkan kliennya.

"Baik, begini Pak Rayyan. Saya sedang akan menjalani sidang perceraian dengan isteri saya. Tapi istri saya ngotot ingin mendapatkan hak asuh anak kami pak. Sedangkan saya yang seharusnya mendapatkannya.", jelas lelaki itu menggebu.

"Boleh tau alasan bapak bercerai? Bapak tidak perlu takut, tugas saya adalah menjaga kerahasiaan bapak dan memberikan nasihat. Jadi saya harus tau secara spesifik. Saya akan jamin rahasia bapak aman.", jelas Rayyan dengan sabar. Alisnya hendak bersatu penuh selidik dibenaknya.

"Saya sudah menikah lagi pak. Dan istri saya menolak itu, padahal saya mampu memberi nafkah. Istri saya justru minta bercerai. Jadi, saya mau mengambil hak asuh anak saya. Karena istri saya tidak akan bisa membiayai anak saya pak.", tegas lelaki itu tanpa sedikit pun melemahkan suara.

" Baik Pak." Rayyan menarik nafas panjang." Apakah pernikahan bapak sudah benar-benar tidak bisa dipertahankan?", tawar nya dengan tetap sabar.

"Saya rasa tidak pak. Istri saya berubah emosional sejak tahu saya menikah. Dia selalu meminta bercerai. Saya sudah tidak tahan sama tingkahnya.", jelasnya semakin berapi.

"Jadi, istri pertama tidak tahu saat bapak menikah lagi?", sahut Rayyan penasaran.

"Tidak Pak", jawabnya singkat.

Rayyan memanggut pelan, benaknya telah meresapi setiap inci kata yang kliennya ucapkan. Hatinya siap menyimpulkan namun gelarnya tak mengizinkan untuk itu. Ia terus menyelam lebih dalam, menemui apa yang harus ia cari.

"Istri kedua sudah punya anak?"

"Sudah pak, dua. Perempuan."

"Anak dari istri pertama?"

"Satu laki - laki pak."

Percakapan terus berlanjut hingga bertitik pada satu kesimpulan. Hari ini, untuk pertamakalinya setelah hitungan tahun ia berjabat sebagai advokat ia bulat menolak kliennya. Ada banyak kasus serupa, dan kode etik memgharuskannya membela segala bentuk permasalahan. Tapi advokat tetaplah manusia, dan undang - undang memperbolehkan penolakan jika tidak sesuai dengan hati nuraninya.

***

Rayyan menatap kosong makam ibunya. Ia sesekali menarik nafas, memutar bola mata demi menyangkal airnya yang hampir jatuh. Entah sejak kapan ia lupa sebabnya ingin menjadi pengacara. Tapi hari ini, semenjak kehadiran Zara yang tak pernah ia minta. Memori usang itu kini mengingat segalanya.

"Ma.... Maafin Ray ma. Ray udah lupa sama mama. Ray jadi jahat ma.... Maafin Ray ma.. Ray nggak mau sama kaya ayah.", ucapnya yang kini air mata tak lagi terbendung. Lututnya seakan lemas bersama hatinya yang telah luluh.

SENJA From ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang