BAB 11 - HUTANG

89 5 5
                                    

Jangan lupa bayar hutang karena semua dosa di ampuni kecuali hutang! "Orang yang mati sayhid diampuni semua dosanya kecuali hutang."
(HR Muslim)








🌺🌺🌺

"Kamu sudah sadar?"

Suara lirih itu menyambut keryipan mata zara yang detik lalu terpejam tanpa sadar. Zara hanya melenguh memijat pelipis yang masih saja terbelenggu oleh sakit. Tubuhnya mencoba untuk bangkit demi menyambut suara yang amat membuatnya takut.

" Assshhh... Astagfirullah... Sa-kit." Ia mulai meremas hijabnya, rasa sakit yang menjeratnya tak mampu lagi ia redam. Ia tak peduli lagi akan Rayyan yang masih berada disisinya. Pandangannya pun tanpa mampu menatap masih melebur dalam kesakitan.

"Apa yang kamu rasakan. A-a-aku panggilkan dokter sebentar." Rayyan yang duduk dihadapan Zara dengan kilat menggapai ponselnya.

Dokter, tolong datang kerumah dok sekarang.

Suara lantang itu kian menjauh, zara yang masih terduduk diranjang Rayyan mencoba kembali berbaring perlahan. Ranjang mewah ini semestinya amat nyaman, namun sakit yang bagaikan rajam tak mampu membuat zara berpaling. Ia tak menghirau lagi sekelilingnya, selain bibir yang terus beristighfar.

Rayyan kembali disisi zara, tubuhnya seakan kehilangan tumpuan. Pandangannya tak bertolak dari zara yang terus menahan sakit. Tangannya lemas menggeletakkan ponsel dimeja, lalu ia duduk disamping zara yang memejam erat matanya.

Menit selanjutnya Bi Atin datang membawa nampan lengkap dengan makanan dan minuman.

" Permisi, Tuan. Ini makan dan minumnya." ucap bi atin meletakkan nampan diatas meja.

"Terimakasih, Bi. Mmm ... Bi ... Bibi, kalo pusing biasanya gimana Bi?" sahut Rayyan dengan raut wajah penuh harap. Kali ini khawatir tak mampu lagi bersembunyi dibalik angkuhnya.

"Biasanya Bibi cuma pijet sendiri pake balsem terus dibuat tidur Tuan, nanti sembuh sendiri."

"Zara pusing?" tanya bi atin menatap zara yang masih kesakitan.

"I-ya, Bi ... Sssssshh ... " Zara semakin mengerang bersama airmata yang berlinang.

"Bibi tolong ambilkan balsem." pinta Rayyan semakin khawatir.

"Iya Tuan"

Aku harus bagaimana?

Kegelisahan membuat Rayyan semakin tak berdaya. Apa yang mampu ia perbuat sedang rasa ragu membuatnya masih berdiri dibelakang start. Yah, tanpa berani untuk ia memulainya.

" Hu-tang ... A-ku masih punya hutang. Tolong katakan syaratnya. Aku tidak mau jika harus menghadap Allah membawa hutang."

Deggg

Kalimat itu membuat Rayyan tercekik oleh ketakutan. Bola matanya mengencang berkaca - kaca. Tanpa lagi berdiskusi jemarinya meraih pergelangan Zara yang masih terpejam dan terisak.

" Sssttttt ... Dasar bodoh! Aku tidak akan membiarkanmu mati dikamarku. Tidak akan ... "

"Tuan ..."

"Aku melarangmu bicara sekarang. Diamlah ..."

Air mata Rayyan menetes tanpa menunggu perintahnya. Ia menggenggam erat pergelangan Zara seolah tak sudi ditinggal pergi.

"Aku akan menyuapimu. Ayo bangun ..." pintanya sedikit memohon.

"Tidak, a-ku pusing sekali. Mual. Aku mau tidur saja." elak zara. Ia lalu menarik kembali tangannya dan berbaring membelakangi Rayyan.

SENJA From ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang