HALO SEMUA.
GIMANA NI KABAR KALIAN?
UDAH DI MASUKIN KE PERPUSTAKAAN BELUM?
KALO BELUM MASUKIN YUK BIAR ENGGAK KETINGGALAN NEXT PARTNYA.
SEBELUM KALIAN BACA VOTE DULU BIAR ENGGAK LUPA, DAN JANGAN LUPA JUGA RAMAIKAN YA.
HAPPY READING GAYS❤️
TERKUAK
•••••
Meera sudah siuman 30 menit yang lalu, dan sudah dipindahkan pula ke ruangan yang tersedia di rumah sakit. Suara gelak tawa terdengar memenuhi ruangan bernuansa putih itu sampai di mana suara dorongan pintu membuat mereka terdiam. Di ujung sana, terdapat laki-laki berpenampilan urakan, entah itu baju seragam yang keluar dari celana abu-abu ataupun rambut acak-acakan.
"Lo kenapa acak-acakan gini?" Pertanyaan itu langsung muncul dari mulut Putri.
"Gapapa, gerah doang," ucap Kelvin sekenanya. "Lo udah baikan?" tanyanya sembari berjalan setelah menutup pintu ruangan kembali.
Meera menatap wajah tegas itu tanpa menjawab.
"Kenapa diem? Masih sakit? Dimana? Atau mau gue panggil dokter?" kali ini Meera menggelengkan kepala sedikit ragu.
Kelvin tersenyum teduh mendapat renspon yang melegakan untuk dirinya.
"Meera, kenalin dia Kelvin. Orang yang nolongin lo dilapangan,"
"Ohh, makasih banyak ya Vin, salam kenal." Kelvin hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tidak lama kemudian, pintu kembali terbuka, penampilan Bu Lala tidak jauh beda sama
penampilan Kelvin saat pertama masuk tadi. Putri menerka apa yang terjadi pada mereka? Apa ada sangkut-pautnya dengan keadaan Meera?"Ibu," panggil Bilqis saat Bu Lala sudah berdiri di sisi lain brankar Meera.
"Iya kenapa, Bilqis?"
"Ibu habis menangis? Mata Ibu merah, memang apa yang dibicarakan Dokter tadi, bu?"
Bu Lala menggeleng. "Ibu tidak menangis, di depan tadi mata ibu kelilipan debu, dan keadaan Meera pun sudah membaik hanya perlu istirahat saja."
"Syukurlah kalau begitu," ucap Bilqis, sementara putri mengangguk ragu, suara Bu Lala mengapa sedikit bergetar?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [REVISI]
Teen Fiction[ BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM DI BACA, TERIMAKASIH SEMUA]. - Aku hanya seorang gadis, menuntut kebahagiaan dalam hidup. - Pada kenyataannya, dunia ini bukanlah cerita novel atau cerita orange. Tak ada akhir bahagia tanpa ketentuan...