PROLOG

711 125 48
                                    

🍁🍁🍁

Apa boleh aku meminta pada mu, Tuhan? aku ingin sekali merasakan hangat didalam
sebuah keluarga, walaupun hanya sekejap engkau berikan, tapi aku sangat bersyukur.

🍁🍁🍁



Seorang gadis dengan rambut tergerai itu membiarkan angin menerpa dirinya. Gadis itu
masih saja enggan untuk sekedar merubah posisi dari tempat nya, duduk di atas hamparan
pasir akan selalu menjadi tempat favorit. Ombak sebagai iringan melodi terus membentur
tanpa henti, suara ombak memang alunan paling ternyaman yang ia dengar selama hidup.

Tangan nya masih sibuk bergerak kesana kemari di atas sebuah buku yang selalu ia bawa, bisa
dibilang ini adalah sahabat dia, sahabat secret. Dairi namanya.

Pada lembar berikutnya.


    Hai Dairi
                        ┛

Maaf kalau selama ini aku sering bercerita disaat rasa emosi atau sedih saja ....
Maaf juga kalau aku enggak pernah bercerita disaat aku lagi difase kebahagiaan.

Aku hanya ingin mengingat tentang kebahagiaan tanpa ada sedikit pun kesedihan didalam nya. Aku tahu aku egois, tapi tolong ... tolong biarkan aku menyembunyikan kesedihan ini di
kamu. Hanya kamu yang bisa aku percaya.

Dairi ....

Kali ini bukan tentang emosi saja yang akan aku ceritakan kepada mu, ini tentang rasa yang
tidak bisa diungkapkan oleh seorang anak perempuan yang hidup dikeluarga broken home.

Dairi ....

Apa kamu tahu? Aku kembali mendengar suara itu lagi ....
Suara yang akhir-akhir ini selalu menyapa gendang telinga ku, aku bosan mendengar suara
itu. suara yang sangat memuakkan untuk ku dengar selama dirumah.
Aku ingin marah dengan keadaan ini, keadaan yang seolah-olah tidak ada ujungnya.

Lagi dan lagi malam tadi aku tidur ditemani alunan merdu berasal dari mulut mereka. Pagi
tadi aku disapa dengan hangat oleh alunan itu kembali. Mulut komat-kamit mengeluarkan
berbagai makian dan amarah.
Harus sampai kapan aku ditemani dengan suara menakutkan ini?

Katanya rumah itu terisi Ayah, Ibu, dan anak. Tapi mengapa disini seolah hanya aku saja
yang tinggal?

Kata kebanyakan orang, keluarga tempat berkeluh kesah, nyatanya keluarga tempat memberi
luka. Tentang Ayah dan Ibu yang menciptakan luka untuk ku, putri nya.

Jika boleh memilih, tentu saja aku tidak ingin lahir dari keluarga berantakan. Namun aku
bisa apa, manusia mungil yang dulunya diciptakan diantara mereka.

Lucu bukan?

Dunia menuntut ku berdamai dengan keadaan, sementara keadaan membunuh ku secara
perlahan.

Apa takdir senang mempermainkan diri ku, Dairi?

Dairi ....

Aku ingin sekali menenggelamkan diri ku di tengah laut dan berubah menjadi seekor ikan
sangat cantik di sana.

Namun aku sadar bahwa itu tidak akan mungkin terjadi. Itu semua hanya dusta ....
Seperti halnya kebahagiaan di hidup ku.

Aku lelah ....

'Lelah dengan keadaan apa salah (?)'

Gadis itu mengakhiri bercerita nya, lalu menutup cover buku berbahan kulit, mengikat
penutup binder menggunakan tali yang dihiasi dengan hiasan daun, dan kembali menyimpan
ke dalam Totebag hitam miliknya.

Hari sudah sore. Di ujung pantai sana sudah mulai terlihat sunrise, penampakan sangat indah. Namun sayang, perasaan dia tidak seindah ciptaan Tuhan sekarang.

Ia masih enggan menginjak kaki ke rumah. Pertengkaran itu pasti akan berlangsung lama.
Pada akhirnya dia memilih berdiri lalu berjalan menuju ombak. Melangkah semakin jauh ke
tengah laut hingga ombak menghantamnya begitu kuat. Ia mencoba merasakan gemuruhnya.

"Aku mau kebahagiaan, apa itu salah?" gadis itu selalu mempertanyakan hal serupa yang ia
tahu jawaban nya atau mungkin ia tidak ingin menebak kembali. Pada nyatanya realita itu
menyakitkan.

My Destiny [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang