BAB 5 | MY DESTINY

235 85 36
                                    

HALO SEMUA.

GIMANA NI KABAR KALIAN?

UDAH DI MASUKIN KE PERPUSTAKAAN BELUM?

KALO BELUM MASUKIN YUK BIAR ENGGAK KETINGGALAN NEXT PARTNYA.

SEBELUM KALIAN BACA VOTE DULU BIAR ENGGAK LUPA, DAN JANGAN LUPA JUGA RAMAIKAN YA.

HAPPY READING GAYS❤️


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



KETIKA RUMAH TIDAK LAGI TEMPAT PULANG



•••••



🥀🥀🥀

Aku bingung harus bagaimana lagi, kalian masing-masing lebih mementingkan ego kalian
sendiri lalu menyalahkan satu sama lain. Kalian enggak pernah berpikir atau melirik sejenak
bahwa di antara kalian ada aku. Aku yang tersakiti batinnya.
Apa harus aku pergi dulu dari rumah ini agar kalian bisa bersatu?

🥀🥀🥀




Meera menggeleng pelan, duduk selonjor di atas lantai tepat didepan pintu masuk utama. Menonton adegan di depannya dengan tersenyum paksa. "Dua hari gue pergi tanpa kabar, salah satu antara mereka aja enggak ada yang nyariin. Kali ini pulang, niat rebahan malah harus dengerin adu cocor soang." Ya beginilah kondisi broken home, harus siap mental jangan sampe terpental.

Sebenernya hari ini dia belum diperbolehkan pulang dan harus lebih lama dirawat dirumah
sakit. Namun takut mereka curiga. Tapi langkah dia memilih pulang adalah keputusan yang salah.

"AKU CAPEK YA MAS HARUS BERANTEM TERUS SAMA KAMU." Teriakan itu kembali menyadarkan Meera.

"Bukan kalian doang yang capek, gue juga capek sebagai anak, tekanan batin lama-lama di sini." Bisik Meera masih menatap ke arah mereka yang belum menyadari kehadirannya.

"Ya udah gausah diperpanjang."

"Gausah diperpanjang kata kamu? Aku mau kamu jujur, kamu habis dari club itu lagi kan?"

Meera mengangguk anggukan kepala. "Masih satu permasalahan ternyata, lama juga ya kelarnya,"

"Jangan asal menuduh kamu!"

"Nuduh gimana? Buktinya aja udah di depan mata kepala kamu sendiri, baju yang bau alkohol itu kalau bukan dari hasil club terus dari apa, hah? Hasil bakar sampah?"

"Halah berisik kamu itu, sudah saya bilang jangan pernah mengurusi masalah pribadi saya."

"Aku ini istri kamu Fandi!"

"Terus kalau kamu istri saya, saya harus kasih tau apa aktivitas saya semuanya? Ingat Amanda
manusia juga butuh privasi,"

Suara mereka semakin menggelegar, cukup sudah Meera dipaksa bisu oleh keadaan. Kali ini dramanya benar-benar memuakkan.

"Kalau memang merasa enggak cocok, mending kalian cerai." Ujarnya seraya bangun dari posisi
duduk. Berjalan mendekati dua orang yang sudah berhenti cekcok.

"MEERA!"

"Apa, Dad? Mau menampar Meera, iya? Tampar nih," tepuk gadis itu ke pipinya. "Biasanya juga Dady main tangan kan ke Momy,"

"Meera tuh capek! Meera pengen punya keluarga normal, bukan keluarga seperti ini yang isinya bertengkar, bertengkar, dan bertengkar terus yang di benak kalian berdua." Teriak Meera.

"Di sini, di hadapan kalian ada anak yang kalian sakiti baik batin maupun fisik, memangnya
apa salah Meera?" mata itu berair. "Apa salah Meera, hah?"

My Destiny [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang