Prolog

3.2K 180 14
                                    

Seorang namja berambut hitam terlihat menangis meraung - raung. Wajah manisnya yang selalu membagi senyum kebahagiaan kini hanya diselimuti tangis yang memilukan hati.

"Pembohong! Dasar buntalan pembohong!" Raungnya.

Min Yoon-Gi atau Jeon Yoon-Gi namanya, sebut saja Yoongi. Namja berusia 27 tahun, dengan tinggi 172 cm, bekulit putih bersih, memiliki wajah yang manis dengan senyum gusinya yang selalu menghiasi.

Kini namja itu sedang menangis tersedu, bahkan meraung didepan namja lainnya yang terlihat sedang tertidur damai diatas sebuah ranjang single.

"Kau berbohong padaku! Dasar pembohong!" Namja mungil itu berdiri setelah cukup lama terduduk dilantai.

Yoongi berjalan dengan bahu yang masih bergetar. Ia mendatangi tempat tidur dimana kekasihnya dibaringkan.

Diterjangnya tubuh yang sudah pucat itu dengan sebuah pelukan erat. Tangisnya semakin pecah kala ia merasakan dinginnya kulit sang kekasih ketika bersentuhan dengan kulitnya.

"Kau memintaku menunggumu, Jeon! Aku sudah menunggumu Jeon, tapi ini balasanmu padaku," suaranya sudah terdengar serak bahkan mungkin sebentar lagi tenggorokkannya akan terasa sakit.

"Aku menunggumu Jeon, bukan mayatmu. Kenapa kau jahat padaku, aku salah apa?" Yoongi berujar pelan meski suaranya masih bergetar.

"Jeon-ssi ceraikan saja aku bila kau ingin meninggalkanku, bukan begini,"

Yoongi beranjak menaiki tempat tidur rumah sakit itu, menempatkan dirinya disebelah sang suami dan memeluk erat suaminya.

Tangisnya belum berhenti, ia bahkan tak menyadari atau tak peduli pada orang lain yang melihatnya dengan tatapan iba dan sedih.

Kini yang ada dalam pikirannya adalah Jeon Jungkook, panggil saja Jungkook. Namja yang sudah 4 tahun menjadi suaminya kini sedang tertidur damai dalam pelukannya. Jungkook-nya sedang tidur, iya tidur panjang dan tak akan bangun lagi.

"Jeon, kita akan bersama. Kau janji padaku, kita akan bersama, mengurus dan membesarkan Jimin bersama,"

Yoongi menenggelamkan wajahnya ditengkuk Jungkook dan menghirup dalam - dalam aroma terakhir dari Jungkook.

"Mama? Mama!" Panggilan sikecil membuatnya tersentak. Yoongi segera mendudukkan tubuhnya, matanya menatap sedih pada putra kecilnya yang sedang berada dalam gendongan orang lain.

Wajah bayi mungilnya itu terlihat basah, mungkin ia menangis sejak tadi karena tangisan Yoongi. Tangannya terulur seakan ingin meraih Yoongi. "Mama!"

Yoongi segera beranjak, mengambil Jimin dari tangan Jin, memeluknya erat. Ia menciumi penuh wajah Jimin dengan air mata yang masih setia mengalir.

Yoongi membawa Jimin keatas ranjang, meletakkannya keatas tubuh sang suami lalu kemudian kembali berbaring disebelah Jungkook.

Yoongi memeluk Jimin dan Jungkook dalam rengkuhan. Yoongi menahan suara tangisannya, takut membuat Jimin kembali menangis. Namun gagal, bukan suara tangisannya namun--

"Papa? Papa? Papa?!" Jimin kecil itu menepuk - nepuk wajah Jungkook, berharap sang ayah akan bangun dan mengelitikinya seperti biasanya.

Tangis Yoongi semakin deras, ia merasa hatinya seakan sedang diremas dan dicubit secara bersamaan.

Jin yang berada dalam ruangan itu hanya bisa menagis terisak dalam pelukan suaminya. Menyaksikan apa yang terjadi dengan seseorang yang sudah ia anggap saudara benar - benar melukai hatinya.

.
.
.
.

Pemakaman sudah selesai sejak 1 jam yang lalu. Tapi Yoongi masih bertahan disana sembari memeluk erat nisan yang bertuliskan nama suaminya, Jeon Jungkook.

"Hyung, ayo pulang. Kasihan Jimin,"

Ah bayi mungilnya, bagaimana perasaan anak itu sekarang? Ia masih telampau kecil untuk kehilangan sosok sepenting Jungkook dalam kehidupan mereka.

.

Jimin kecil sudah dibawa pergi oleh Jin kedalam mobil sejak tadi, karena bayi 2 setengah tahun itu terlihat cukup kelelahan. Hanya Namjoon yang masih setia menemaninya sembari memayungi tubuhnya.

"Kookie, bagaimana aku akan membesarkan Jimin tanpamu?"

Namjoon memegang bahu kiri Yoongi seakan menyalurkan kekuatannya melalu kehangatan telapak tangannya. "Hyung, masih ada aku, Jin dan Hoseokie, kami bersamamu hyung,"

"Apa aku bisa?" Yoongi memandang langit yang tampak mendung dengan rintik air hujan yang berjatuhan dari langit. "Kau harus kuat hyung, demi Jimin,"

.
.
.
.

Sampai jumpa jum'at depan:)

My Baby J -KookGaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang